Memulai hidup baru dan menata hati adalah hal terbaik yang bisa kulakukan, biarlah rasa ini bersemayam sampai waktu sendiri yang menghapuskannya.
___
"Bu, Sekar berangkat kerja dulu yah." Sekar menghampiri ibunya dengan terburu-buru.
"Loh, Kamu nggak sarapan dulu Ndo?" Sekar menggeleng dan mencium punggung tangan ibunya, "Nggak Bu, Sekar udah telat nih." Sekar keluar dari rumah dengan tergesa-gesa.
Tak terasa dua tahun sudah Sekar menetap di sukabumi. Kini dia bekerja sebagai karyawan biasa disebuah perusahaan swasta yang ada di kota ini. Meski gaji yang didapatkannya tidak sebesar yang di Jakarta, Sekar tetap menerima dan mensyukurinya. Setidaknya hidupnya di sini jauh lebih menenangkan karena tak lagi merasakan terluka dan juga cemburu saat orang yang dicintainya bermesraan dengan sahabatnya.
Selain merasa bahagia, Sekar juga merasa lega karena kini hatinya tak lagi tertuju pada seseorang di masa lalunya. Benar kata ibunya, ikhlas adalah obat segala luka.
Saat memutuskan untuk memulai hidup baru di sini, Sekar memang sudah bertekad untuk mengikhlaskan segala yang telah terjadi. Meski awalnya sulit dan tertatih, toh pada akhirnya perlahan rasa itu hilang juga. Sekar mampu menjahit lukanya meski harus berdarah-darah.
Sekar memarkirkan motornya di parkiran kantor. Saat baru saja melepas helemnya, suara seseorang yang sangat dikenalnya memanggil namanya.
Sekar menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Altaf yang sedang berjalan menghampirinya dengan senyum manisnya. "Kamu baru sampai juga?" tanya Sekar begitu Altaf sampai di hadapannya.
"Iya nih, Aku telat bangun. Kamu juga?" Sekar terkekeh mendengar jawaban sekaligus pertanyaan dari Altaf, "Iya, habis semalam kita ngobrol lama banget, malah sampe ketiduran sendiri." Altaf ikut terkekeh mendengar ucapan kekasihnya.
Yah, Altaf Assegaf adalah lelaki yang membantu Sekar sembuh dari luka hatinya. Sosok laki-laki gagah berlesung pipi itu mampu membuat hati Sekar yang sudah mati rasa hidup kembali.
Bekerja di tempat yang sama membuat intensitas pertemuan keduanya semakin sering, hal itulah yang membuat keduanya dekat. Hingga menumbuhkan benih-benih cinta dihati Altaf.
Sebagai seorang lelaki, Altaf memilih untuk mengutarakan isi hatinya pada Sekar. Sayang, Sekar yang masih terluka tak mampu menerima rasa Altaf yang begitu tulus. Sekar memilih menolak rasa dan hubungan yang Altaf tawarkan. Namun ternyata Altaf tak menyerah, laki-laki keturunan Jawa itu tetep mendekati Sekar dan menghujaninya dengan perhatian-perhatian yang akhirnya membuat hati gadis itu luluh dan mau menerimanya.
Kini, hubungan Sekar dan Altaf sudah berjalan selama enam bulan, namun meskipun belum lama menjalin hubungan- mereka sudah memutuskan untuk serius. Bahkan Altaf sudah berencana untuk melamar Sekar dihari ulang tahunnya nanti.
"Aku ke ruangan ku dulu, yah. Kamu kerjanya yang semangat, nanti istirahat kita makan siang bareng." Altaf mengelus pipi Sekar dan mencium keningnya sekilas.
"Duh, yang masih anget-angetnya- mesraan terooos," sorak Dodi yang mengundang tawa Altaf dan teman-teman lainnya, sedangkan Sekar menundukkan kepalanya dengan pipi yang merona.
"Udah Sana kamu ke ruangan kamu, Aku malu." Altaf terkekeh dan mengacak rambut Sekar lalu pergi ke ruangannya.
Altaf memang berada di ruangan yang berbeda dengan Sekar, karena Sekar bekerja di bagian marketing sedangkan dirinya bekerja dibagian HRD. Namun meskipun begitu, mereka selalu mengupayakan untuk makan siang bersama di jam istirahat, hal itu mereka lakukan untuk semakin merekatkan hubungan keduanya.
"Sekar nanti kamu ke ruangan Pak Jamal, yah." Sekar yang baru saja duduk di kursi kerjanya mengernyitkan dahinya mendengar perintah dari Santi, kepala marketing.
"Loh, ada apa yah, Mbak?" tanya Sekar pada Santi yang berdiri di depan mejanya. "Sudah, temui saja dulu." Sekar menganggukkan kepalanya meski pikirannya masih terasa bingung.
Tidak biasanya Pak Jamal memanggil dirinya, biasanya jika ada perlu pasti melalui Santi, tapi kenapa kali ini berbeda?
Sekar mengendikan bahunya dan memulai pekerjaannya. Biarlah nanti dia menemui Pak Jamal langsung, mungkin memang ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan dirinya.
***
Altaf tersenyum melihat kekasihnya yang makan dengan lahap. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan dimata Altaf. Entahlah, Sekar itu seperti candu bagi Altaf, apapun yang ada dalam diri gadis itu dan apapun yang gadisnya lakukan selalu saja membuatnya merasa gemas dan jatuh cinta berkali-kali pada gadis berhidung runcing itu.
"Makannya pelan-pelan sayang, nanti keselek," ucap Altaf yang melihat cara makan Sekar.
"Aku laper banget, belum sarapan soalnya," ucap Sekar dengan suara yang tidak jelas karena mulutnya penuh dengan nasi.
"Kenapa enggak bilang, tahu gitu aku beliin kamu roti tadi pagi. Maaf yah, aku kurang pengertian." Altaf menyodorkan botol minum yang langsung diterima Sekar.
Sekar meneguk minumnya dan menatap Altaf dengan senyum manisnya yang membuat hati Altaf terasa sejuk. "Bukan salah kamu, kok. Lagian, kamu kan bukan cenayang yang apa-apa harus tahu tanpa dikasih tahu. Dan satu lagi, jangan pernah menyalahkan diri kamu sendiri. Bagi aku, kamu adalah kaki-laki terbaik yang aku miliki. Dan aku bahagia punya kamu dalam hidup aku," ucap Sekar yang membuat hati Altaf menghangat.
Altaf tak salah melabuhkan cintanya pada Sekar. Gadis itu adalah orang yang sangat baik dan juga lembut, tak pernah menuntut apapun pada dirinya. Walaupun Altaf harus menunggu lama untuk mendapatkan cinta Sekar, tapi semua itu sebanding dengan kebahagiaan yang dia rasakan setelah memiliki Sekar.
Sekar meraih tangan Altaf dan menggenggamnya, "Aku sayang kamu, dan juga... Cinta kamu." Altaf membalas genggaman tangan Sekar dan menatap wajah Ayu yang selalu dirindukannya itu dengan penuh cinta.
"Aku lebih lebih cinta dan sayang kamu. Terimakasih sudah membuka hati kamu buat laki-laki biasa kaya aku." Sekar menggelengkan kepalanya, "Kamu laki-laki yang sangat luar biasa buat aku, dan terimakasih juga sudah membantuku untuk sembuh dari luka masa lalu."
***
Tok tok tok
Sekar mengetuk pintu ruangan Pak Jamal. Setelah dipersilahkan, gadis yang mengenakan blouse berwarna cokelat itu membuka pintu dan masuk ke ruangan Pak Jamal.
Pak Jamal mendongakkan wajahnya dan tersenyum ramah pada Sekar, "Sekar, silakan duduk."
Sekar duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Pak Jamal. Dia tersenyum canggung pada atasannya dan sedikit menundukkan kepalanya, "Maaf Pak, kata Mbak Santi, Bapak memanggil saya. Ada apa yah, Pak ? Apa pekerjaan saya bermasalah?"
Pak Jamal tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak Sekar. Pekerjaanmu sama sekali tidak ada masalah dan justru sangat bagus. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk memutasi kamu ke kantor pusat yang ada di Jakarta."
Sekar membelalakan matanya, mutasi? Jakarta? Tidak. Dia belum siap untuk kembali ke kota itu. Meski lukanya sudah sembuh dan sudah memiliki pengganti, tapi tetap saja rasanya tidak mudah untuk kembali ke kota yang menyimpan banyak luka itu untuknya.
Selain itu, Sekar juga belum siap jika harus bertemu kembali dengan masa lalunya. Jakarta memang sangat luas, tapi bukankah kemungkinan itu akan selalu ada? dan dia tidak siap untuk menerima segala kemungkinan yang ada.
NOTE:
DI KBM APP SUDAH TAMAT+EPILOG+EKSTRAPART.
BUAT YANG SEBELUMNYA UDAH PERNAH BACA DAN BELUM SEMPAT BELI EBOOKNYA, SILAHKAN LANGSUNG KUNJUNGI KBM APP YAH. COVER DI WP SAMA DI KBM BERBEDA.
Akun KBM : Leni_suleni
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pernikahan Impian
Ficción General[ REPOST ] SELESAI Mencintai dalam diam bukanlah sesuatu yang mudah, tapi hal itu sudah menjadi pilihan Sekar. Meski hatinya patah berkali-kali Sekar tetap memilih bungkam tentang rasanya. Perbedaan status sosial yang sangat jauh membuat Sekar tak...