6

379 51 25
                                    

Hinata terbangun dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Tangannya bergerak mengambil air yang biasa ia simpan di nakas tempat kasurnya. Namun seketika tangannya terhenti di udara. Ia baru sadar bahwa dirinya bukan berada di apartemennya, melainkan apartemen Naruto.

Dengan langkah enggan dia melangkahkan kakinya menuju dapur.

Setelah mengambil air tersebut, Hinata kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Naruto yang tengah berdiri di balkon dengan ponsel di tangannya.

Hinata melihat jam, ternyata sudah jam 3 pagi. Tapi kenapa Naruto-senpai ada di sini? Apakah dia belum tidur? Atau terbangun seperti dirinya? Pikirnya.

Detik berikutnya Hinata menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak peduli dengan Naruto-senpainya.

Langkahnya kembali berjalan menuju kamar Naruto yang ditempatinya. Tapi, langkahnya kembali terhenti ketika Naruto memanggilnya.

"Ahh Hinata, kau terbangun?"

"N-nee senpai." jawab Hinata gugup.

"Sudah ku katakan kan, jangan memanggilku senpai. Kita berada di luar lingkungan kampus. Panggil saja Naruto dengan tambahan surfik kun tentunya."

Seketika wajah Hinata memerah mendengar ucapan Naruto.

"A-ah ne Na-Naruto-kun" ucap Hinata malu-malu.

"Ayo duduk di sini bersama ku. Ahh atau kau ingin melanjutkan tidurmu?" tawar Naruto.

Hinata menjawab dengan gelengan kepala. Selanjutnya ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Naruto.

Ia berdiri di belakang pagar kaca yang terbentang di balkon tersebut. Tangannya ia rentangkan guna menyambut udara sejuk yang menyapanya. Matanya juga terpejam agar bisa menikmati udara yang masuk ke dalam paru-parunya.

Sejuk

Itulah yang dirasakannya

Suasana sejuk itu membuatnya tenang. Tangannya menyentuh jantung yang sedari tadi berdetak kencang.

Ahh suasana sejuk itu membuat jantungnya berdetak tenang.

Kemudian, matanya perlahan kembali terbuka. Memandang kota kecil yang tergambar di depannya.

"Sangat Indah!" lirihnya memuji ciptaan Tuhan di depannya.

Naruto yang berdiri di samping Hinata menatap gemas gadis manis di depannya. Matanya berbinar bahagia. Jantungnya berdetak cepat dan tenang.

'Kau lebih indah' Batin Naruto memandang Hinata tanpa berkedip.

Naruto semakin mendekati Hinata. Dia memandang gadis manis itu dan menatapnya dengan lekat.

"Pemandangan ini memang sangat indah. Tapi, aku bisa membawamu pada pemandangan yang jauh lebih Indah dari ini." ucap Naruto tersenyum kecil.

"Benarkah?"

"Hmmm" balas Naruto penuh arti.

"Bisakah Naruto-kun membawaku ke tempat sangat indah itu?" tanya Hinata dengan polosnya.

Naruto terpanah melihat Hinata yang menggemaskan. Tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala Hinata.

"Tentu saja. Besok jadwalmu kosong kan?"

"Humm" Hinata menganggukkan kepalanya."Tapi, kenapa Naruto-kun tahu?"

"Ahh itu... Emm dari Kiba. Yah, Kiba kan anggota klub ku" jawab Naruto gugup.

Hinata membalas dengan menganggukkan kepalanya, yah meskipun jawaban Naruto tidak membuatnya yakin sih.

"Ohh iya, tadi Naruto-kun bilang butuh bantuan ku kan. Bantuan apa maksudnya?" tanya Hinata polos.

"Itu ya, aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu." jawab Naruto serius.

"Kenapa tidak sekarang?"

"Tidak ada alasan. Sekalian kita berlibur di tempat yang ku maksud tadi." jawab Naruto.

"Hmmm" Hinata menganggukkan kepalanya mengerti.

"Besok aku akan memastikan mu menikmati ken__ maksudku liburan kita" ucap Naruto dengan mata binarnya.

"Woahh Arigatou Naruto-kun!!" antusias Hinata.

"Jangan berterima kasih sekarang, Nata-chan" lagi, Naruto mengusak rambut Hinata lembut.

Hinata yang di perlakukan seperti itu hanya bisa menundukkan kepalanya malu disertai dengan pipi yang memerah sampai ke telinga.

Malam semakin larut, dan keduanya semakin larut dengan perbincangan ke sana sini. Membuat rasa kantuk hilang begitu saja.

Kruyukkk

Hinata merasa malu dengan suara perutnya sendiri.

'Hinata baka!!' batinnya mengumpat.

"Hahhaaaa kau masih lapar, Hinata-chann~~
Bukannya tadi kita sudah makan." ejek Naruto.

"Mouuu Naruto-kun!!!" Hinata memalingkan wajah merahnya antara malu dan kesal.

"Mau mencari angin? Sekalian kita ke minimarket!"

Hinata menggelengkan kepalanya ribut.

"Ini sudah malam, bahkan nyaris pagi. Aku tidak mau makan makanan yang tidak sehat!! Nanti saja makannya sekalian sarapan. Perutku juga pasti bisa menahannya!"

"Ckkk keras kepala! Jika ditahan, perutmu nanti sakit!! Sekali-kali tidak apa-apa makan makanan seperti itu. Perutmu juga tidak akan meledak seketika kan!"

"Hmmm"

"Atau kau takut gendut karena makan jam segini?"

"Mana ada!!! Meskipun aku makan banyak, tubuhku akan tetap seperti ini!! Aku bukan Ino yang gila diet agar tubuhnya langsing!!"

"Hei heii kenapa membawa temanmu hmmm?"

"Naruto-kun sihhh yang memancingku!!!"

"Kenapa menyalahkanku?"

"Ahhh terserahhh!!!"

Hinata yang merajuk berjalan menghentakkan kakinya.

"Mau kemana?" tanya Naruto bingung.

"Menurutmu?"

Naruto tertawa terbahak-bahak melihat Hinata yang merajuk. Detik berikutnya tangan Naruto menarik pelan tangan Hinata.

"Ayoo kita beri makan cacing-cacing yang kelaparan."

....

Dini hari yang sejuk tidak membuat warga Tokyo terhenti dari aktivitasnya. Malam ini, jalanan sudah penuh dengan mobil yang berlalu-lalang menuju tujuannya.

Naruto dan Hinata masih berjalan menuju tujuan mereka.

Berhubung minimarket yang akan mereka singgahi dekat dengan apartemen Naruto, jadi mereka tidak harus bersusah payah berkendara untuk memberi makan cacing-cacing yang meronta.

Udara sejuk itu semakin dingin. Membuat Hinata yang pencinta dingin menggosokkan kedua tangannya guna mencari kehangatan.

Naruto yang melihat Hinata kedinginan meraih tangan Hinata dan memasukkannya ke dalam mantel miliknya.

Tangan mereka saling bertaut. Membuat pipi putih milik si gadis memerah karena malu dan gugup.

"Na-naruto-kun... " panggil Hinata lirih.

"Biarkan seperti ini" balas Naruto seakan tahu apa yang ingin dibicarakan Hinata.

Keduanya berjalan dengan perasaan canggung. Hingga ketika minimarket sudah terlihat, Hinata berlari mencoba kabur dari Naruto.

Naruto pun tersenyum kecil dengan tingkah Hinata yang menurutnya sangat manis.





T. B. C

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang