Pagi hari di apartemen Naruto
"Pagi... "
Hinata tersentak kaget kala seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya.
"A-aa Naruto-kun. Pagi...
Ma-maaf aku menggunakan dapurmu tanpa izin." sesal Hinata.Naruto tersenyum tulus seraya mengusap puncak kepala Hinata. Otomatis perlakuan Naruto itu membuat pipi Hinata merona merah.
"Tidak apa-apa. Anggap saja rumahmu sendiri" balasnya.
"Lagi pula, dapurku hanya berisi mie dan telur saja... " ucap Naruto menggoda Hinata.
Seketika pipi Hinata menggembung kesal. Ia jadi teringat kejadian kemarin sore, saat dirinya 'terpaksa memasak musuhnya'. Ia juga kesal, kenapa malam itu tidak membeli sosis atau apapun yang bisa di masak!!!
'Hinata baka!!!' batinnya mengumpat.
Naruto terkekeh melihat ekspresi kesal Hinata.
Tak mau mengganggu Hinata yang sedang memasak 'musuhnya', Naruto mendudukkan dirinya di meja makan yang tak jauh dari dapur. Menumpukan kedua tangannya pada dagu seraya memandang Hinata penuh minat.
Beberapa saat kemudian, masakan Hinata sudah matang. Mereka berdua menikmati makanan tersebut dengan tenang.
"Ahh Nata-chan, setelah ini kau bersiaplah."
Hinata mengernyitkan alisnya kala dirinya tak mengerti dengan apa yang disampaikan Naruto.
"Kau pasti lupa kan!" tebak Naruto.
"Bukannya hari ini kita akan kencan"
Seketika pipi Hinata memerah setelah mendengar ucapan Naruto.
"Ke-kencan? Ma-maksud Na-naruto-kun?" tanya Hinata gugup.
"Cepatlah ganti baju. Aku sudah menyiapkan baju untukmu di kamar!" tanpa menjawab pertanyaan Hinata, Naruto menyuruh Hinata bersiap.
Dengan pipi yang masih memerah, Hinata membawa piring bekas makannya menuju wastafel.
"Biar aku saja. Kau cepatlah bersiap!" entah disengaja atau tidak, Naruto menyentuh tangan Hinata yang sedang memegang piringnya.
Sontak hal tersebut membuat jantung Hinata semakin berdetak kencang. Bahkan rona merah menjalar sampai ke telinganya.
"Kau semakin manis dengan wajah merahmu." bisik Naruto tepat di telinga Hinata.
Hinata mematung. Saat ini dirinya berdoa agar tidak pingsan.
Tak mau tergoda kembali oleh Naruto, Hinata segera melangkahkan kakinya menuju kamar Naruto.
'Tadi itu siapa? Sepertinya dia bukan Naruto-senpai. Dia sangat hangat sedangkan Naruto-senpai sangat dingin.' batin Hinata ngawur.
....
Beberapa jam kemudian, setelah melewati puluhan gedung pencakar langit juga rumah-rumah mewah, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan.
Kini keduanya -lebih tepatnya Hinata menatap kagum tempat tersebut.
"Bukankah ini sangat indah?" tanya Naruto tepat di telinga Hinata.
"A-ahh i-iya. Te-tempat ini sa-sangat indah!" jawab Hinata tergagap kala dirinya tahu jaraknya dengan Naruto terlalu dekat.
"Hari ini aku akan membawa kembali memori lama kita." gumam Naruto lirih.
Hinata masih memandang hamparan bunga lavender itu dengan penuh minat. Dirinya sangat kagum akan keindahan taman ini.
"Boruto-kun lihat bukankah taman ini sangat indah." Seorang gadis berambut ungu menatap wajah sang kekasih penuh rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet Again
RandomDisclaimer Masashi Kishimoto NaruHina BoruSumi "Sampai kita bertemu kembali~"