chapter 8

3.2K 351 23
                                    

Typo is bonus..

Anda tau cara menghargai karya seseorang bukan??

...

Happy Reading

~'NOREN

.

.

.

.

Renjun menghela nafasnya dan memandang orang di depannya.
"Sebenarnya kau tak perlu melakukan hal seperti ini"
"Benarkah?"
"Herin-ssi sebenarnya apa yg kau inginkan?"
Orang yg di tanya hanya berdecih
"Yg aku inginkan hanya Jeno! Dan kau!.. kau seperti lintah,terus menempel padanya!"
Renjun hanya menunduk,jujur saja dia kehabisan energi untuk berdebat dengan wanita ini
"Herin-ah ayo.. sebelum orang2 datang dan menyadarinya" Lami berusha mengingatkan temannya itu.
"Kau benar.. lebih baik kita tinggalkan dia disini"
"Dan kau!" Herin menarik dagu Renjun agar gadis itu menatapnya
"Nikmati malam indahmu disini..hahaha"
Herin tertawa puas lalu ia dan Lami meninggalkan Renjun yg terikat disana sendirian.
Renjun sangat ingin menangis sekarang,tapi ia mencoba menahannya..
Ia menatap tangannya yang terikat,
Mungkin jika hanya tangannya yg terikat ia akan mudah saja untuk pergi,tapi tidak ikatan itu tersambung pada sebuah pohon yg berukuran cukup besar.
Renjun menyesal skarang,menyesal menolak ajakan temannya tadi.
Niat Renjun hanya ingin menghirup udara segar,kebetulan villa yg mereka tempati tidak jauh dengan kawasan pantai.
Perjalanan yg cukup jauh membuat ia sidikit merasa lelah.
Namun,ketika ia bertemu dengan seniornya itu,jujur saja Renjun tak ingin menghadapinya ia tak bertenaga untuk itu,ia membalikkan badannya berniat menghindari mereka.
Tanpa di sangka mereka malah menarik Renjun dan menyeretnya entah kemana.
Dan disinilah sekarang Renjun,di sesatkan di tengah hutan dengan kondisi terikat.
Kepala Renjun berdenyut,ia merasa sangat pusing sekarang.
Demi tuhan,ia belum makan apapun dari pagi,sepertinya anemia-nya juga ikut kambuh.
Hawa dingin menusuk kulitnya.
Renjun berusaha melepaskan ikatan tali itu,namun tetap saja gagal
Renjun terduduk di rumput ia sudah lelah dan putus asa.
Mungkin dia akan mati di makan hewan buas disini.
"Huwaa eommaa.. andwaee ..andwaee"
Renjun menggelengkan kepalanya panik menepis pemikiran buruknya itu.
Ia menatap sekelilingnya,
Gelap... Hanya itu yg ia lihat,malam semakin larut dan Renjun bisa mendengar hewan-hewan malam berbunyi,menambah kesan seram bagi dirinya..
Renjun menundukan kepalanya.

"Hiks...Jeno-ya.."

..

.

.

.

"Hiks....hiks..."
"Sudah..jangan menangis mbul" Jaemin mencoba menanangkan Haechan yg tak henti-hentinya menangis.
"Kalian sudah menghubunginyakan??" Tanya Pak jhonny menatap 2 muridnya itu
"Su-sudah..hiks..Huwaaaaa injunieee!"
Jaemin menghela nafas melihat kelakuan Haechan.
"Renjun tak membawa ponselnya songsaenim.. ia sudah berada di luar sekitar 3 jam,kami mencoba menyusulnya kepantai,tapi tak ada,kami juga bertanya pada teman-teman yg lain tapi mereka juga bilang tidak tahu.."
"Mungkin saja dia tenggelamkan?"
"APA KATAMU?" Jaemin menatap Herin tajam.
Yg ditanya hanya mengedikan bahunya acuh..
"Huwaaaaaaa~" Haechan makin histeris
Murid-murid yg lain hanya bisa menutup telinganya kuat-kuat,suara Haechan bisa saja menulikan merekakan.
Jaemin mengahampiri Herin 
"Jangan-jangan kau! Kau dalang di balik semua ini" jaemin menunjuk wanita itu
"Tutup mulutmu itu" Lami menyingkirkan tangan Jaemin yg menunjuk Herin itu.
"Kalau bukan kau siapa lagi,aku melihatmu keluar tadi ?" Sahut Haechan menimpali,rupanya ia sudah berhenti menangis
"Apa maksudmu kau menuduhnya?" Teriak Hina tak terima
"Tentu saja,kenapa?" Tantang Haechan
"Dasar kau gendut!"
"Siapa yang kau katai gendut??"
"Kau tentu saja!" Hena memeletkan lidahnya pada Haechan
"Dasar kau jelek! Mahluk terkutuk-

She Is Mine /Noren/ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang