0.0 Pembuktian

145 9 5
                                    

⚠ATTENTION⚠

Cerita ini pure ide bluclemonadc
Bila ada kesamaan tokoh, tempat, atau kejadian seperti cerita lain adalah bentuk ketidaksengajaan.

Semua hanya fiktif belaka untuk keperluan cerita. Tidak bermaksud menyinggung atau menghina komunitas atau aliran manapun.
Cerita ini juga tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli idol yang menjadi visualisasi. Jangan membawa cerita ini ke real life apa lagi sampai meng-hate karakter idol tersebut.

Jadilah pembaca yang bijak dan menghargai karya para penulis yaaaa.

Happy reading. Jangan lupa background hitamnya ya kawan-kawan :)

***





Wanita itu mengusal lengannya sekala dengan gerak naik turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu mengusal lengannya sekala dengan gerak naik turun. Menarik napas untuk kesekian kalinya, kepalanya lantas mendongak, menatap langit.

Remang bulan sudah terpancar, bintang-bintang sudah keluar dari persembunyiannya, hawa dingin sudah menyapa daksa hingga meresap ke dalam tulang, tetapi tetap tak mengoyahkan tekad wanita itu untuk menunggu seorang diri di sini.

Geleng-geleng kepala seraya tertawa kecil kala mengingat alasan konyol yang membuatnya berdiri di sini seorang diri. Sedikit merutuki salah satu tabiatnya yang sudah mendarah daging seperti ini.

Wanita itu memicingkan mata, tersenyum tipis kala melihat siluet yang sejak tadi ia tunggu. Sengaja menyeret langkah untuk menghampiri seseorang yang ia harapkan sejak tadi.

"Udah nunggu lama?"

Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, lantas tanpa basa-basi menjulurkan telapak tangan, meminta apa yang sejak awal ia nantikan.

"Beneran enggak mau basa-basi ya lo." Pria itu geleng-geleng kepala, menyerahkan apa yang wanita itu pinta. "Tapi ... lo yakin sama ini?"

"Mau sampai kapan lo nanya hal yang sama terus-menerus?" Wanita itu balik bertanya, membuka tiap lembaran dengan asal sekadar memastikan. "Gue yakin seyakin yakinnya, lagi pula benefit yang gue dapatin ketika berhasil enggak main-main."

"Dan risiko yang lo tanggung juga nggak kalah berat, lo tau itu 'kan?" Pria itu menghela napas. "Lo yakin?"

Wanita itu mendongak, lantas mengangguk pasti, membuat pria di hadapannya hanya bisa hela napas, pasrah.

"Terserah, gue udah memperingati, kalo lo tetap lanjut ya silakan. Semoga lo selalu dalam perlindungan Tuhan."

Udara dingin yang berembus kencang sempat membuat wanita itu terhempas sedikit dari tempatnya, tapi walau begitu garis horizontal tetap terukir di wajahnya.

"Lo lihat aja nanti akhirnya gimana, gue atau psikopat gila itu yang akan menang."

***

To be continued ....

Anonymous ChatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang