0.9 Beautiful Time

28 4 0
                                    

Sepulang dari Ranca Upas, kami singgah ke tempat ayam bakar sesuai pesanan Hanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepulang dari Ranca Upas, kami singgah ke tempat ayam bakar sesuai pesanan Hanan. Aku tengah duduk menunggu pesanan, sementara Dori menunggu di motor karena katanya ingin menelpon temannya sebentar.

Aku bercermin menggunakan layar ponsel, melihat penampilanku yang sudah terlihat berantakan karena seharian bekerja dan makeup yang sudah tak terlihat lagi di wajahku, dan lipstik yang aku poles tadi saat ingin pulang pun sudah tersapu oleh bibir milik Dori.

SIAL!

Aku malu :(

Kenapa tadi aku liar sekali sih?!

Tapi tidak bisa dipungkiri ada rasa bahagia memenuhi hatiku seperti musim semi pada saat bunga baru saja bermekaran dan kupu-kupu yang beterbangan membawaku ikut terbang bersama mereka juga. Wajahku seketika memanas mengingat kejadian tadi, lalu menunduk menutupi wajah dengan kedua telapak tanganku.

“Neng, ini pesanannya udah selesai.” Aku mendongak dan beranjak dari tempat duduk saat seorang pria paruh baya  memberikan pesananku.

“Berapa, Pak?”

“Dua jadi tiga puluh ribu, Neng.”

Setelah membayarnya, aku berjalan keluar dari tenda pedagang tersebut. Berjalan menghampiri Dori yang duduk di atas motor nampak baru saja memutuskan sambungan telepon ketika melihatku berjalan ke arahnya.

“Beli dua? Mau makan lagi, Chi? ” tanya nya kala melihat dua box styrofoam dalam plastik yang aku bawa.

Aku menggeleng dengan cepat. “Enggak lah! Ini buat Hanan semua, mana cukup dia makan sporsi doang.” Kemudian menaruh di gantungan motor milik Dori.

“Oh ... kirain.”

Hayuk, sesuai titik lokasi ya, Mas.”

“Ke pelaminan maksudnya? Siap berangkat! Kita pulang dulu minta restu sama mama papa kamu.”

“HEH!” Aku mencubit perutnya dengan kedua tangan karena Dori tiada henti menggodaku sejak tadi.

“A—Awww iya-iya ampun! Bukan kayak gitu pegangannya, tapi kaya gini.” Dori menarik tanganku lalu melingkarkan pada pinggangnya. “Kalo kayak gini nggak bakalan jatuh.” Lelaki itu menoleh ke belakang melihat ke arahku dengan senyum yang menyebalkan.

“Cih! Modus aja terus, sampe gue jadi Iron Man.”

“Kok kamu yang jadi Iron Man? Harusnya aku,” protes Dori tak terima. Baru saja aku ingin menyahut, dengan cepat lelaki itu kembali melanjutkan, “Cause i'm your Iron Man and i love you three thousand.

Tentu saja lagi dan lagi kalimat dangdut seperti itu kembali dilontarkan lelaki itu.

“Apaan cuman tiga rebu mah bayar parkiran doang.”

“Terus mau berapa? Sepasang cincin buat mas kawin cukup?”

⚠Akhlak not found 404⚠️

Anonymous ChatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang