0.6 Evaluasi

53 6 11
                                    

Kadang aku pikir sistem kerja semesta itu membingungkan, dan juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kadang aku pikir sistem kerja semesta itu membingungkan, dan juga ... lucu.

Beberapa orang ada yang yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan apa yang dia mau, berusaha sekuat tenaga agar yang diimpikan terwujud, merealisasikan segala cara untuk meraih semua hal yang diidamkan. Tapi walau begitu, pasti ada beberapa orang yang enggak perlu berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka mau, bahkan mungkin ada beberapa orang yang bisa mendapatkan apa yang kita mau dengan tidak melakukan apa-apa sekalipun.

Agaknya menyusun skenario tak terduga, menghempas segala ekspektasi yang telah dibangun adalah pekerjaan menyenangkan bagi semesta.

Dulu, sebelum masuk ke ranah jurnalistik seperti ini, aku ingin sekali menjadi salah satu petinggi negara. Masih dengan pemikiran naif bahwa aku bisa merubah sistem kerja negara sendiri.

Sangat lucu.

Tapi tenang, aku tidak akan mengucapkan kalimat penyesalan karena sepertinya jurnalistik adalah ranah yang cocok untuk aku.

Berandai-andai bilamana aku menjadi pejabat negara, apakah aku akan sewenang-wenang kepada golongan bawah seperti yang sering terjadi?

Apakah aku akan tetap berpikiran bisa mengubah sistem kerja negara yang sudah turun-menurun ini?

Apakah aku bisa meruntuhkan segala bentuk hierarki?

Setelah dipikir-pikir, sepertinya aku tidak sekuat itu untuk melakukan itu semua. Mungkin memang begini skenario yang sudah disiapkan semesta untukku.

"Jangan bengong, Ochi."

Aku mengerjap, lantas menoleh ke kanan mendapati Kak Angkasa dengan setelan serba hitamnya baru saja duduk di sebelahku. Pakaian yang dikenakan Kak Angkasa tidak jauh berbeda denganku saat ini.

Ingin tahu fakta mengejutkan lainnya?

Setelah kemarin anak perempuan yang sempat aku wawancarai dikabarkan bunuh diri, paginya kembali disusul berita duka bahwa kedua orang tua Dayana juga ikut menyusul kepergian anaknya dengan meminum cairan pembersih dan menggores urat nadi sendiri.

Aku sungguh tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Rasa-rasanya pun aku juga bingung harus melakukan apa. Hanya Kak Angkasa yang sejak tadi terus melaksanakan tugasnya.

Sedangkan aku? Malah terbengong sendiri dibangku taman halaman rumah TKP.

Aku menghela napas, menatap sendu handycam yang berada di tangan. Di dalamnya masih terdapat pernyataan dari Dayana yang memang sengaja aku rekam kemarin.

Seandainya aku tetap memaksa kehendak dengan melawan para pria seragam kemarin, apakah kejadian seperti ini tetap akan terjadi?

"Bukan salah kamu, oke. Setop menyalahkan diri sendiri karena kejadian ini."

"Aku masih nggak nyangka, Kak," ucapku seraya mengedarkan pandangan. "Kalau seandainya aku percaya sama semua perkataan anak itu, kejadian seperti ini nggak bakal terjadi 'kan?"

Anonymous ChatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang