0.8 Say Yes

50 4 0
                                    

Glamping Ciwidey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Glamping Ciwidey. Ranca Upas. Dan sederet tempat-tempat lainnya yang sudah dijadikan rancangan destinasi yang akan dikunjungi nyatanya omong kosong.

Kantor redaksi kami kembali disibukkan dengan berbagai macam berita terbaru yang patut diliput untuk disuguhkan kepada masyarakat. Apalagi soal kasus pembunuhan selama satu tahun berturut-turut ini sudah menemukan titik terangnya.

Sang pelaku mendapat hukum pidana 20 tahun penjara, tapi masyarakat seakan tak terima dengan keputusan itu.

Aku dibuat terheran-heran sebenarnya, ya memang sih kasus berita orang hilang berkedok pembunuhan ini ramai dibicarakan, tapi aku berani bersumpah selama ini masyarakat hanya meramaikan sesaat, seakan berita seperti itu bukan suatu hal yang besar.

Para kantor redaksi lain pun enggan meliput lebih jauh biasanya, bahkan tak segan untuk memanipulasi pernyataan narasumber demi kepentingan dan keamanan kantor redaksi masing-masing. Tapi sekarang, disaat tersangka tertangkap, semua terasa berputar 180 derajat, masyarakat tak henti-hentinya membicarakan dan melempar stigma, ditambah lagi kantor redaksi lainnya yang seakan makin gencar untuk mengorek informasi pribadi sang tersangka.

Dan karena itulah yang membuat Pak Alwi meradang, memerintah kami para kacungnya ini agar tak ketinggalan dan harus lebih unggul dari redaksi lain. Jelas karena itu permintaan jatah cuti kami ditolak mentah-mentah.

Sejak awal Raka dan Aruna melempar ide, aku pun tak berekspektasi banyak, bahkan sudah menduga hal ini akan terjadi.

Yaa walau begitu, setidaknya sang pelaku yang membuat cold case ini akhirnya terungkap. Aku cukup senang dan merasa tenang, setidaknya aku tak lagi dipusingkan dengan segala hal ganjal yang patut diselidiki lagi.

"Assalamualaikum, Aruna sayang. Calon ibu dari anak-anakku."

"Waalaikumsalam, Raka sayang, laki-laki yang bukan jodohku kalo belum ngucap syahadat."

Aku dibuat ternganga, potongan ayam yang hampir menyentuh bibir terhentikan begitu saja; melayang di udara. Detik berikutnya aku hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah memaklumi candaan Raka dan Aruna yang sering seperti ini.

Aruna langsung merangkul Raka yang baru mendudukkan diri di sebelahnya. "Raka sayang, yuk pelan-pelan. Ashaduㅡ"

"Astagfirullah, Ru!"

"Ngomong astagfirullah aja berani, giliran syahadat kicep lo!"

"Lo aja sini gue baptis dulu, mau nggak?!"

"Kalian lembur?" Aku bertanya kepada yang lain, sengaja memotong konversasi tak berbobot mereka. Raka dan Aruna saat sedang frustrasi memang suka begini, ada saja kelakuan melanturnya.

"Aku masih nyiapin buat yang rilis besok," balas Kak Angkasa. "Bawa kendaraan nggak? Mau aku anter pulang?"

"Aku ada yang jemput, Kak."

Anonymous ChatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang