"Hari ini aku masak kesukaan kamu, nasi goreng seafood!"Senyuman lebar terukir jelas di wajah sang empu. Cahaya jingga kemerah-merahan mentari yang hampir hilang tertelan remangnya bulanㅡberasal dari celah ventilasi dan jendela yang sengaja dibiarkan terbuka lebarㅡsukses menambah kesan indah nan menakjubkan tersendiri untuk sosok tinggi itu.
Garis horizontal indahnya masih bertengger di sana, semakin memperindah presensi. Tangan panjang miliknya terangkat menuju bibir, melahap satu suap makanan yang ia banggakan di depan gadisnya.
Ah, gadisnya pasti sedang memujinya di dalam hati saat ini.
"Kemampuan memasakku semakin bagus loh, nyesel kalo kamu nggak nyicip." Tangan laki-laki itu mengusap sayang rambut panjang gadisnya, lalu merambat turun menyatukan jemari disela-sela jari gadis itu. "Ayo bangunㅡ"
Ucapannya terhenti sejenak kala indranya merasakan kehadiran sosok lain di ruangan, kelereng hitam miliknya melirik lalu dengan amat terpaksa harus melepas tautannya dengan sang gadis.
"Berapa kali gue harus bilang jangan ganggu kalauㅡ"
"Dan ngebiarin lo semakin gila karena terus-menerus ngomong sama mayat?"
Menggeram menahan emosi, laki-laki itu lantas bangkit dan melangkah mendekat ke sosok yang masih berdiri di depan pintu. "Jaga omongan lo. Enggak pernah sekalipun gue ikut campur urusan lo, jadi tolong jangan ngusik urusan gue."
"Lo lucu," balasnya seraya tertawa. "Tapi sayangnya menyebalkan dan angkuh." Pria itu berbalik badan, walau sebelum mengambil langkah untuk pergi, ia sempatkan untuk berbicara kembali. "Sebentar lagi ritual doa bakal dimulai. Lo ditunggu di aula. Ah, dan jangan lupa bawa mayatㅡ"
"Dia punya nama, berengsek!"
Terkekeh adalah satu-satunya balasan yang pria itu berikan sebelum akhirnya kembali memutar tubuh. "Ah iya, gue lupa namanya. Lo terlalu sering deket sama banyak cewekㅡ"
"Keluar selagi gue masih minta dengan baik-baik."
"Jangan terlalu angkuh, lo masih butuh bantuan gue buat merealisasikan rencana gila ke mayat cewek lo itu."
"Keluar sekarang!"
Laki-laki itu hanya bisa menghela napas kala orang yang sempat mengusiknya sudah berlalu pergi keluar ruangan. Kepalanya tertoleh, kembali menatap presensi gadisnya di sana; dengan mata yang masih terpejam.
Seakan-akan keributan yang terjadi tadi bukan berarti apa-apa dan tak akan mengusik mimpi indah gadis itu.
"Wi ...."
Kembali mengenggam jemari gadisnya, sang empu lantas bertelut dan memberi kecupan bertubi-tubi pada punggung tangan sang puan. "Maaf ya, kamu jadi harus sering ke sini setiap minggunya, padahal kamu selalu bilang nggak suka sama tempat remang dengan wewangian yang menyengat kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Chat
FanfictionUntuk raga yang tidak bisa aku sentuh, tangan yang tidak bisa aku cekal, dan senyum yang tak bisa aku nikmati lagi. Bersabarlah untuk sebuah pertemuan ya? [Kim Doyoung fanfiction; collaboration with bluclemonadc] Start : 19 September 2020 End : ???