future.

2.2K 293 16
                                    

5 tahun kemudian..

"Mamaaaaa!"

"Dareeeen!"

kedua anak tersebut saling melemparkan senyuman. Mereka terlihat bahagia dan saling memeluk satu sama lain.

Hyunjin baru saja menjemput Daren di sekolah dasarnya. Daren sudah 7 tahun, yang dimana ia sudah memasuki tingkat awal sekolah dasar. Daren tumbuh dengan baik dengan kasih sayang yang melimpah.

"Anak Mama gimana tadi kelasnya?" Hyunjin menggendong Daren dengan penuh sayang dan mencium pipi gembil tersebut. Daren terpekik dan mencium pipi ibunya juga.

"Seruuuuu ma! Tadi Daren udah punyaa temaan! Namanya Peter, Sam sama Felix!"

Hyunjin ikut tersenyum melihat anaknya yang sangat bahagia itu. Senang rasanya melihat anaknya berkembang dengan baik walau tanpa Ayah.

"Hei! Anak Papa udah pulang?"

Lelaki itu tersenyum dan mengambil Daren dari gendongan Hyunjin. Lalu membenarkan letak rambut Daren dan mengusapnya lembut. "Udah Papa! Hari ini Daren banyak teman loh! Hihi seru deh, apalagi Peter orangnya berisik!"

Mereka terlihat seperti pasangan serasi, bukan?

Juyeon dan Hyunjin.


Hyunjin tersenyum mendengar ocehan anaknya. "Sudah aku bilang Kakak itu Om, bukan Papa. Kakak nih ah, suka ngehasut aja." ujarnya sambil cemberut.

Juyeon terkekeh dan mengusak rambut Hyunjin. "Dia kan kebiasaan Hyun, gapapalah. Om Papa juga cocok kan?" tukas Juyeon sambil menyayangi Daren dengan lembut.

Hyunjin tersenyum. Memang, dibesarkan oleh Juyeon dan dirinya membuat Daren terbiasa memanggil Ayah kepada Juyeon.

Nyatanya mereka bukan pasangan.

Setelah menurunkan Daren dari pangkuan, Juyeon tersenyum menatap anak milik mantan kekasihnya itu. "Hyun ...  Kamu gak ada niat cari Papanya?"

Hyunjin terdiam. Sudah 5 tahun ia tidak melihat suaminya, Chris. Ia bahkan tidak sudi dan masih sakit jika memikirkan lelaki itu.

Walau dijauh lubuk hatinya ia sangat merindukan lelaki itu.

Namun rasa sakit yang ia rasa lebih besar.

Hyunjin hanya menggeleng dan tersenyum. "Aku belum siap kak, mungkin dia lebih memprioritas Seungmin daripada istrinya." ujarnya sambil terkekeh. Walau Juyeon tahu itu adalah senyuman palsu.

Juyeon, orang pertama yang dihubungi Hyunjin saat Hyunjin pergi dari perusahaan Chris dan setelahnya Hyunjin pergi dari Apartemen penuh kenangan itu. Sudah lima tahun ia pergi, pergi jauh dari Korea dan akhirnya memutuskan untuk menetap di Jepang.

Juyeon tidak mengikuti mereka ke Jepang, namun tetap mengawasi Hyunjin dan sering mengunjungi Hyunjin dua kali dalam seminggu.

Juyeon seringkali membujuk Hyunjin untuk kembali pada Chris. Didalam hatinya ia menaruh harapan bahwa ia bisa, namun ia tahu itu sangat mustahil karena Hyunjin masih sering menangis mengingat suaminya.

Karena ia dewasa, jadilah ia menyerah dan menuntaskan perasaannya. Dan kebetulan sekali, ia menghandle perusahaan Ayahnya di Jepang. Dan juga, kekasih Juyeon sedang berkuliah di Jepang. Namanya Lee Hyunjae, pria manis yang sangat mengerti kondisi Hyunjin. Bahkan mereka sering bermain bersama atau Hyunjae yang merawat Hyunjin jika Hyunjin sedang bekerja.

Juyeon hanya mendengus dan tersenyum. Adik kecilnya memang sangat keras kepala. "Baiklah, jangan paksakan dirimu kalau belum bisa. Hyunjae baru selesai kelas, mau ketemu sama dia?"

Hyunjin mengangguk antusias, dan tersenyum lebar. "Mau mau! Aaaa aku kangen kak Hyunjae~ Ayo deh kita ke apartemen dia!"

Juyeon terkekeh dan menggendong Daren dengan sigap. Segeralah mereka pergi menjemput Hyunjae.

ㅡ𝑳𝒆𝒏𝒊𝒆𝒏𝒕ㅡ

Lee Hyunjae merupakan sebuah dewi jika bisa Juyeon bilang. Ia tidak pernah merasa cemburu jika Hyunjin meminta bantuan kepadanya. Karena Hyunjae tau semua cerita tentang Hyunjin, paham tentang kondisi Hyunjin dan selalu menemani Hyunjin. Seperti sekarang, mereka berdua sedang berbicara di ruang tengah.

"Kak Hyunjae kapan wisudanya? Harusnya kan bilang kalau udah sidang! Jadi Hyunjin dateng terus kasih surprise deh ...." Hyunjin cemberut saat mendengar cerita Hyunjae yang sudah sidang tugas akhirnya.

Hyunjae terkekeh, segera mengancak rambut Hyunjin gemas. "Gapapa Hyunjin, Kakak bilang kan sidangnya gak lama, Kakak mau bilang tapi ternyata Juyeon jemput dan ya ...  Ngelakuin sesuatu gitu." Hyunjae tersipu malu mendengarnya.

"Loh udah ngelakuin?! Ih! Dasar laki-laki mesum!"

Juyeon hanya mengelus dada saja.

"Nanti deh, kalau kakak keterima kerja kakak bilang ya? Soalnya kemarin liat pihak kampus ada kerjasama sama perusahaan dari Korea. Nanti kalau keterima kerja kita party okaaay?"

Hyunjin mengangguk antusias dan melihat anaknya tertawa dengan Juyeon. "Liat tuh kak, udah pantes kan kak Juyeon jadi Bapak?"

Lagi lagi Hyunjae tersipu malu. "Iya, doain semoga cepet deh. Kamu kapan bahagianya?"

Hyunjin hanya tersenyum sambil menatap anaknya dengan seksama.

"Cukup begini aku udah bahagia kok, kak!"

Hyunjae juga ikut tersenyum. Walau ia tahu senyuman itu tersirat banyak kesedihan disana.

Bersambung..


Lelaki itu tersenyum melihat kedua Ibu dan anak sedang tertawa bersama lelaki lain. Ia paham, sangat paham sepertinya mereka adalah satu keluarga utuh yang sudah bahagia.

Menyesakkan dada, ia menghela napas dan memejamkan matanya. "Semoga kalian bahagia ya, sekiranya aku tidak perlu khawatir tentang dirimu dan Daren juga."

Segera, lelaki itu melajukan mobilnya dan berusaha melupakan pemandangan menyesakkan baginya itu.

𝑳𝒆𝒏𝒊𝒆𝒏𝒕. (bxb chanjin) ⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang