menyayat.

2.9K 314 13
                                    

"Aahh- Chris! ahh! disitu! hhhh~"

"yeah, babe- sshh. fuck, you're so sexy."

Suara itu sudah sering terdengar dari kamar Chris dan juga Hyunjin. Ah, atau mungkin hanya punya Chris? Karena tiap Hyunjin akan tidur disitu, ujung ujungnya pasti akan diusir oleh Chris.

Sangat menyayat telinganya.

Hyunjin tidak pernah tidur di kamar, karena Chris selalu membawa jalang yang berbeda setiap harinya- dan Hyunjin akan tidur di kasur kecil yang tergeletak diujung ruangan apartemen mereka. Untungnya, Daren tidur di Box bayi dan Hyunjin tidak perlu khawatir akan hal itu.

Walaupun Hyunjin selalu kedinginan setiap malamnya.

Hyunjin menghela napas, untuk membuang sesaknya. Hyunjin tidak pernah berpikir bahwa ia akan dendam kepada Chris,

ia tidak bisa.

Sekalipun ia marah, ujung ujungnya ia akan kembali menjadi Hyunjin yang lemah.

Chris adalah segalanya untuknya, bukan hanya soal hatinya.

Tapi kehidupannya.

Hyunjin melihat jam dinding, masih pukul 05.48. Pikirnya, sekarang ia harus ke pasar untuk membeli bahan makanan dirumah, walau tak pernah dimakan oleh Chris.

Hyunjin membereskan setiap sudut rumah, dan melirik ke kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saat ia melihat,

Kenapa kak Chris tidur di sofa kamar?

Hyunjin bingung, walau ia sakit hati, tetapi pikirannya malah terbesit hal tersebut. Jika melakukan hubungan badan, bukankah harusnya pasangan saling memeluk, ya?

Hyunjin tak ambil pusing, toh ia hanya perlu membereskan rumahnya dan menimang Daren. Wajah lembut yang terlihat guratan lelah itu memangku anaknya dengan penuh kasih sayang, dan tersenyum kecil.

"Anak bunda pintar, tampan. Harus sehat ya? Maaf bunda tidak bisa bawa Ayah kamu," ujarnya sambil mengelus pipi anak kesayangannya lembut. Ia tersenyum, mengingat bahwa Chris tidak pernah melirik anak mereka sekalipun.

Walau Hyunjin tahu bahwa Daren lahir karena kesalahan mereka, tetapi tetap saja Daren lahir dari orangtua yang sah pernikahannya.

Yang salah adalah, saat mereka menciptakan Daren, semua tidak sadar.

"Kak, aku hamil.."

Chris mendengus kasar, "Lo main sama siapa sampe hamil?"

Hyunjin tertegun, perkataan Chris seperti menusuk hatinya. "KAK! Aku gapernah main sama siapapun selain kakak, hiks.. kenapa kakak tega?"

Chris hanya tertawa remeh, "Emang gue gatau, hah? Lobang lo gak berdarah dan gue pastikan lo pernah main sebelumnya sama orang lain. Rendahan tetap Rendahan."

Hyunjin mendegus nafasnya kasar. Perkataan Chris sangat membuatnya sakit hati. Ia memang pernah pacaran, tapi belum pernah sampai berhubungan.

"Terserah kak, kakak mau percaya ini anak siapa. Setidaknya kakak harus tau, aku gapernah main sama siapapun dan aku bukan jalang."

Hyunjin menutup pintu kamar mandi, dan menangis. Kenapa nasibnya dari dulu harus seperti ini?

Terbesit di kepalanya, ia ingin mati. Ia lelah dengan semuanya, ia lelah baik-baik saja, dan ia lelah untuk sabar.

Silet yang selalu ada di sakunya, ia keluarkan dan tatap dengan pandangan kosong.

Orang orang hanya tidak tahu bahwa Hyunjin sering menyilet tangannya untuk membuatnya tenang.

"H-haruskah.. aku?"

Hyunjin menangis kencang, mendekati silet tajam itu ke urat nadinya. Hampir, ia hampir membunuh nyawanya.

"MAMA! AKU SAYANG MAMA!"

Hyunjin terperangah, dan segera sadar. Ia membulatkan matanya, dan melihat silet di tangannya. Badannya gemetar. Sekali lagi, ia menangis kencang karena kebodohannya.

"Hiks.. maafkan aku, aku ibu yang bodoh.."

Hyunjin melempar siletnya dan memeluk perutnya erat. Ia harus mempertahankan, sebagaimanapun itu sakitnya.

Setidaknya, ia masih memiliki Daren.

Hyunjin tersenyum arti kepada anak kesayangannya ini, mencium keningnya dengan lamat dan menaruh di Box bayi.

"Nak, jika kamu tidak ada, Ibu pasti menyerah.."

ㅡ 𝑳𝒆𝒏𝒊𝒆𝒏𝒕 ㅡ

Hyunjin membawa dua kantong belanjaan. Ia pikir, ia harus membeli banyak bahan untuk masakan. Mungkin, Chris akan memakan makanannya walau hanya satu suap.

Ia kesusahan membawa karena ia harus membeli minyak. Kehidupannya sekarang tidak susah, ia sudah difasilitasi oleh Ibunya Chris, tapi tetap saja, ia tidak mau memanfaatkan fasilitas dan lebih memilih ikut mengumpulkan uang untuk menyimpannya, ia juga kerja part time di salah satu Cafe kecil dekat apartemen mereka.

Hyunjin hampir saja jatuh, tiba-tiba kantung belanjaannya menjadi ringan.

Hyunjin melirik ke sebelahnya, dan..

DEG!

"K-kak Juyeon.."

Juyeon hanya tersenyum, melirik Hyunjin penuh arti dan melanjutkan jalannya dengan Hyunjin. Hyunjin shock, sangat shock.

Kenapa mantannya ada disini?

"Hyunjin, Ayo kita putus."

Hyunjin tertegun mendengarnya, sangat terkejut. Kenapa tiba-tiba? Padahal mereka tidak pernah ada masalah dan Juyeon sangat baik kepadanya.

"Kak? Kenapa tiba-tiba? Hyunjin ada salah ya?"

Juyeon mendengus dan menatap Hyunjin tanpa arti. "Maaf, kakak udah gak sayang kamu. Kakak suka sama Eunseo, dan gabisa sama kamu lagi."

Hyunjin hanya menatap nanar dirinya dan menunduk, batinnya ditusuk luka besar. Bagaimanapun, Juyeon adalah cinta pertamanya.

"A-ah, gapapa kak. Pasti kak Eunseo lebih cantik dan lebih sempurna kan? Gak ada apa apanya sama aku yang cuman.. anak yatim piatu. Haha, gapapa kak. Kakak cocok kok sama kak Eunseo." Hyunjin berusaha tersenyum dikala hatinya perih. Siapa sih yang tidak kenal Eunseo? Dia adalah model cantik yang selalu disandingkan dengan Juyeon. Padahal, pacar Juyeon adalah Hyunjin.

"Hyunjin, kakak.."

"E-eum, kalau gitu Hyunjin pulang dulu ya kak? Kayanya Ibu Lee harus Hyunjin bantu. Kakak gausah balik lagi ke Panti. Semoga bahagia ya, kak!"

Hyunjin melenggang pergi dengan cepat. Ia tidak mau dirinya dicap lemah. Walau ia sangat lemah, sangat tidak tahan dengan semuanya.

Tidak ada yang menyayanginya.

Juyeon tersenyum, menatap lamat wajah Hyunjin yang dirindukannya itu.

"Kok belanjaannya banyak? Mau ada tamu?"

Hyunjin menunduk, berhenti dikala mereka sudah sampai didepan Apartemen Hyunjin.

"M-maaf kak, Hyunjin udah menikah. Hyunjin udah punya anak, jadi Hyunjin harus masak banyak."

Juyeon tersenyum masam, ini merupakan kesalahannya di masa lalu.

"Ah, begitu. Titip salam sama suamimu ya, Hyunjin. Semoga kamu bahagia, dan.. aku masih sayang kamu." ujar Juyeon sambil menepuk rambut Hyunjin dengan lembut, dan pergi dari sana.

Hyunjin merasakan hatinya tidak lagi bergetar, yang dimana saat dulu hatinya selalu bahagia dengan Juyeon.

Tapi Hyunjin tidak mengelak jika ia sangat merindukan sosok itu, hanya saja ia tidak ingin di cap sebagai manusia jahat karena merindukan mantannya, yang dimana ia memiliki suami.

Sadar, Hyunjin. Suamimu lebih bajingan.


Tapi Hyunjin percaya, keajaiban pasti ada, bukan?

𝑳𝒆𝒏𝒊𝒆𝒏𝒕. (bxb chanjin) ⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang