".... Kak Chris?"
.
"Hyunjin ....?"
Mata Chan perlahan berair. Dia mengepalkan tangannya, berusaha menahan gejolak rindu di hatinya. Sedangkan Hyunjin, berusaha untuk menetralkan wajahnya dan tersenyum layaknya pelayan.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu? Mau pesan apa?"
"Hyunjin... ada yang perlu kita bicarakan."
Hati Hyunjin sangat diremat kuat, namun ia menahannya. Ia tersenyum dan berusaha menetralkan kembali wajahnya. "Mohon maaf, saya sedang bekerja. Jadi, apa yang ingin Tuan pesan?"
Chan paham, bahwa Hyunjin mungkin tidak akan pernah menerimanya kembali. Ia hanya tersenyum, dan mengikuti alur permainan Hyunjin.
"Ah, saya mau memesan Roti kismis, serta cheesecake dengan kadar gula yang sedikit. Jika ada minumannya, tolong pesankan Ice Americano dengan sedikit es."
Tangan Hyunjin bergetar. Bagaimana bisa ia tahu makanan kesukaan Hyunjin?
Setelah selesai bertransaksi, Chan masih menatap Hyunjin dengan penuh arti. Ia dengan sabar, dengan telaten menunggu Hyunjin sampai pulang. Seharian, ia hanya diam disana dan melihat istrinya yang tampak semangat mengerjakan sesuatu.
Ah, apakah Chan masih layak menyebut dirinya suami?
Bahkan Hyunjin saja sudah tidak sudi melihat wajahnya.
Air matanya kembali jatuh setelah mengingat kemarin. Hyunjin mungkin telah bahagia dengan Lee Juyeon, mantan kekasihnya yang mungkin lebih bisa menemaninya dibanding dirinya yang telah bodoh untuk menyia-nyiakan manusia sebaik Hyunjin.
Ia pantas menerima hukuman apapun.
ㅡLENIENTㅡ
"Kak Chris, bangun."
Suara merdu tersebut terdengar kembali di telinganya. Chan terkejut dan mendapati bahwa langit sudah pagi. Rupanya, ia tertidur di kursi depan toko roti. Ia menunggu Hyunjin sampai pulang kerja, namun rupanya ia malah ketiduran.
Hyunjin menghela napas, merasa bersalah karena membuat Chris tidur disini. Rasanya pasti pegal, namun apa boleh buat?
Dirinya hanya tidak ingin kembali seperti dulu.
"Ah, Hyunjin. Maaf aku ketiduran... kau akan bekerja?"
Hyunjin hanya mengangguk tanpa menolehkan wajahnya. Ia menyimpan sekotak bekal di meja, dan berdehem pelan. "Jangan buang waktumu disini. Aku tidak akan sudi melihatmu walaupun kamu akan terus duduk disini sampai tiga bulan kedepan."
Chan hanya tersenyum sambil mengangguk maklum. Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya yang dulu sering memukul, menghina dan memaksa Hyunjin untuk bersetubuh.
Dirinya memang kejam.
"Tidak apa-apa, Hwang Hyunjin. Aku akan terus menunggu disini bahkan sampai tiga bulan, atau sampai kau mau berbicara kepadaku ...."
"Agar kamu tahu seberapa dalam penyesalanku selama ini. Jangan dipikirkan, kembali bekerja ya?"
Chan bangkit, mensejajarkan wajahnya dengan paras manis itu. Hyunjin hanya membeku, berusaha agar hatinya tidak meledak kembali.
Ia tidak boleh lengah.
"Ini." Chan memberikan totebag besar kepadanya. "Untuk, anak kita. Walaupun kau tidak sudi melihatku, setidaknya kau menerima untuk anak kita."
Hati Hyunjin kembali mencelos. Namun bukannya berterima kasih, ia malah melenggang pergi sambil membawa totebag tersebut.
Chan tersenyum menatapnya, dan kembali terduduk disana.
Sampai kapanpun, ia akan menunggu Hyunjin-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒆𝒏𝒊𝒆𝒏𝒕. (bxb chanjin) ⚠
Fanfictionhyunjin hanya perlu sabar, bahwa semua akan indah pada waktunya. jika chris yang menyadari itu dari awal. ㅡ chanjin ㅡ bxb shipper ㅡ ⚠ mpreg ㅡ mature content chanjin x stray kids x mpreg x bxb x mature content