Fortune Cookies 3

2.4K 278 21
                                    

"Duh, capek banget," keluhku sembari berjalan menuju luar kantor. Hari ini aku pulang lebih lama dari biasanya. Disaat-saat seperti ini aku selalu bermimpi menjadi anak orang kaya agar tidak perlu bekerja sampai lelah hanya karena mencari uang.

Jika aku berasal dari kalangan atas, sudah pasti saat ini aku sedang bermanja-manja ria dengan alat kecantikan yang berada di salon tanpa memikirkan deadline kerja.

Bekerja di perusahaan besar seperti ini tentu saja menguras semua energiku, tapi itu semua sebanding dengan gaji yang kudapatkan di awal bulan.

Sebenarnya bekerja di perusahaan ini tidak terlalu sulit, tetapi karena ada salah satu karyawan yang mengundurkan diri dengan tiba-tiba membuat semua pekerjaannya dilimpahkan padaku.

Sejujurnya aku sangat malas, tapi mau bagaimana lagi jika atasan sudah memerintah, bisakah aku yang bawahan biasa ini menantangnya? Oh, tentu saja tidak karena jika ya bisa-bisa besok surat pemecatan sudah berada di atas meja. Tidak mudah di zaman sekarang mencari pekerjaan yang sesuai kemampuan dengan orang-orang yang membuat nyaman, dan tentu saja jangan lupakan gaji yang besar.

Menengadahkan kepala, aku menatap langit malam yang tampak begitu cantik meskipun tidak ada bintang yang ada. "Sepertinya akan turun hujan sebentar lagi."

Bergegas, aku mempercepat langkah menuju halte dan menunggu bis datang. Semoga saja sebelum aku sampai rumah hujan tidak turun. Aku paling malas malam-malam begini kena hujan, bisa-bisa besoknya badanku akan demam.

Setelah hampir cukup lama menunggu, akhirnya bis itu datang juga. Setidaknya aku bisa menarik nafas lega begitu masuk ke dalam keadaan bis tidak terlalu ramai, cenderung sepi malah.

Baru saja aku akan mendudukkan bokongku di kursi belakang, tapi tertahan begitu mataku menangkap kehadiran lelaki itu. Lelaki yang menyelamatkanku di tengah kekacauan waktu itu.

Kenapa takdir seolah selalu mempertemukan kembali, bukankah aku sudah berusaha menjauh darinya.

"Hai, kita bertemu kembali," ucapnya begitu aku duduk di depannya. Tadinya aku ingin duduk di paling belakang, tapi begitu mataku menangkap seorang lelaki paruh baya yang tengah menatapku menggoda, aku langsung mengurungkan niat, dan dengan terpaksa duduk di depannya karena tak mungkin aku kembali ke depan sedangkan bis sudah mulai berjalan.

"Bagaimana? Sudah mengingat namaku?" tanyanya berlanjut.

Aku hanya diam tidak menjawab, biarkan saja dia bicara semaunya. Jujur saja, sampai saat ini aku masih lupa siapa namanya. Aku hanya mengingat Tae, dan tidak tau apa kelanjutannya. Jadi daripada salah menjawab, lebih baik aku diam.

"Biar kubantu ingatkan," ujarnya, "namaku, Taehyung. Kim Taehyung lebih tepatnya."

Aku masih diam tidak menjawab maupun menoleh, masih terlalu bingung mau sebenarnya lelaki ini.

"Tidak apa jika tidak ingin menoleh maupun bicara padaku, setidaknya telingamu pasti mendengar apa yang kukatakan." Setelah mengatakan itu dia turun dari bis, tetapi sebelum itu dia memberikan jaketnya padaku dan berkata, "Sebentar lagi akan turun hujan. Ambillah, maaf aku tak pernah membawa payung, tapi setidaknya jaket ini bisa menutupi kepalamu."

Sekali lagi aku hanya bisa diam. Aku terlalu bingung harus berkata apa. Selama ini aku belum pernah diperlakukan semanis ini dengan seseorang.

"Sama-sama," ujarnya sebelum benar-benar turun dari bis.

Aku menatapi jaket yang berada di pangkuan dalam diam. Aku tidak bisa menutupi hatiku yang menghangat karena perlakuannya. Dia selalu bisa membuatku merasa spesial.

•○ Fortune Cookies ○•

Pertemuan di bis saat itu, pembuka dari pertemuan-pertemuan tidak sengaja kami. Seringkali kami bertemu di tempat-tempat yang tak terduga. Walaupun sering kali ku diamkan, tapi sikapnya masih tetap sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vsoo(One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang