Part 3 : Malam Ini

32 3 0
                                    

Rayhana pov

Kelamnya malam ini, sangat terasa sunyinya. Tanpa sadar, diriku yang sedang menatap langit menyenandungkan sebuah untaian aksara. Menulisnya dalam lembaran kosong. Aksaraku mungkin tak bermakna, namun kepadaNYA kutititipkan sebuah asa. Untuk mengarungi luasnya cakrawala.

Malam ini terasa  syahdu sehingga aksara pun berpacu tanpa harus izin dulu kepadaku.

"Senandung malam tak lagi terdengar
Tinggal deru angin yang berkejaran
Rintik hujan kian menerpa
Membasahi jiwa dan sukma

Dalam temaramnya rembulan
Kuharapkan secercah cahaya penerang
Kumohon..
Terangilah jalanku pulang

Menuju sang pemilik ketenangan
Kelamnya malam bukanlah penghalang
Merubah diri menjadi pualam

Diantara gelapnya malam
Kan ada bintang yang bersinar terang

Tak lagi berpaku pada opini semu
Ataupun angan yang tak akan mampu
Mengalahkan kejamnya realita
Karena reaksi bergantung pada aksimu

Tertanam kokoh dalam hati
Tekad tuk memperbaiki diri
Meski manusia tak melihat sinarmu
Kau tetap istimewa di mata Tuhanmu"

Jama'ah Sholat Isya telah usai, dilanjutkan ngaji kitab seperti biasa. Malam ini jatah ngaji kitab Fathul Qorib, kitab kuning yang banyak membahas masalah persoalan fiqih seperti thaharah, salat, puasa, zakat, haji, jinayat, munahakat dan mawaris.

Stiap tahun, kitab ini wajib ada dalam kajian pesantren. Setelah menghatamkan, kembali diulang dari awal sampai akhir lagi. Begitupun seterusnya, akan berjalan sampai kitab ini rampung dikaji, kemudian mengkaji ulang.

Seperti ini gaes☝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti ini gaes☝

Kali ini Abah, Kyai Mustafa, akan menerangkan bab Thaharoh.

Bersuci, yang tak hanya dzohirnya saja, melainkan juga batinnya.

Untuk kali ini, pengajian ngaji kitab ba'da isya hanya berlangsung sekitar setengah jam. Karena Abah ada acara mengisi pengajian di luar pesantren. Meskipun begitu, ilmu yang telah kami peroleh ialah ilmu yang sangat banyak manfaatnya bagi kami sang pengembara yang haus akan ilmu.

Kajian demi kajian berlangsung dengan lancar. Hingga pukul 11 malam akhirnya waktu istirahat tiba. Para santri bergegas menuju kamar masing-masing untuk persiapan istirahat. Begitu pula dengan aku, yang bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Malam yang kalut bagiku, seperti tak merasakan ketenangan. Biasanya, sebelum tidur kusempatkan untuk membuka mushaf Al-Qur'an dan membacanya. Setidaknya kubaca 1 halaman. Lantunan ayat suci seperti bekal untuk membuat tidur lebih nyenyak dan bangun tidur pun akan mudah. Seperti vitamin yang dibutuhkan tubuh, begitupun dengan kebiasaan ini. Bila kutinggalkan, rasanya tidurku tak akan nyenyak.

"Bismillahirrahmanirrahim ... Tabaarokalladzi biyadihil mulku ...." Ucapku mulai membaca Qur'an. Kali ini kubaca surah Al Mulk hingga akhir, seperti biasa. Lalu, mataku mulai terpejam dengan Alquran dipelukan. Ya, aku lupa menaruhnya terlebih dahulu. Malam berlalu dengan cepatnya, tanpa bunga tidur yang nampak jelas melintas di depan mata. Ingin ku mengingat segala mimpi yang setelah itu akan kutulis dalam sebuah buku, menjadi arsip bunga mimpi yang kerap kali menghampiri diri.

Mimpi yang tak masuk akal dan rasanya tak terlalu patut untuk dikenang malah sering kali terekam dengan jelas dalam memori ingatanku. Contohnya seperti, ada seorang pangeran yang menunggangi kuda putih dengan sayap yang indah. Yah, itu sangat halu bagiku, dan tentunya sangat halu, sehingga patut bila dinamakan dengan sebuah mimpi. Yang kemungkinan menjadi nyata hanya berkisar beberapa persen.

Tak terasa, waktu berlalu dengan cepatnya. Barusan kupejamkan mata, kini mata dipaksa agar membuka. Lantunan Ar Rahman dari seorang qori' mulai terdengar di segala penjuru pesantren. Menandakan pukul 03.00 dini hari. Fajar seperti ini, qoriah disetel dengan menggunakan kaset dan dipancarkan melalui pengeras suara yang sudah tersedia.

Bukan itu yang membuat aku terkejut, melainkan karena kuingat tadi malam lupa untuk meletakkan Al Qur'an dan sekarang dimana mushaf ku?
Mungkinkah terjatuh?

Hingga akhirnya kutemukan di atas almari baju yang berada tak jauh dariku.

Alhamdulillah, entah siapa yang menaruhnya di sana, aku sangat berterima kasih.

Sebening Cinta Rayhana (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang