♥️
"Senandung malam terdengar syahdu,
Membuat aksaraku seketika menyulam rindu."Meski hanya sebuah halu🤣
♥️
#Rayhana
"Siapa dia, Na?" tanya mbak Muza. Tanya mbak Muza membuyarkan lamunanku.
_________________________
"Hm ... Temen Hana, Mbak. Mungkin dia lanjut sini," jawabku.
"Kok mungkin, sih! Temanmu, kan?" Tanyanya lagi.
"Iya ... Kan Hana nggak tahu, Mbak. Lha wong temen kecil, kok. Udah jarang ketemu, lagi," kilahku.
"Lha dia-"
"Mbak, Hana balik ke pondok dulu, ya," potongku.
Akupun bergegas pergi asrama putri dimana aku tinggal. Mengejar waktu agar bisa mengikuti kajian yang sudah terjadwal tepat waktu.
Aduuh..
Gak sopan sebenarnya memotong pembicaraan orang, tapi gimana lagi? Nanti dia tambah kepo ... Aku juga yang kena, kan?Cukup hanya Aku dan Author saja yang tahu. Yang lain jangan.
_________________
🌻Auhor : Kok Author diikut-ikutin sih
Hana : Iya lah, tanggung jawabmu kok, Thor...
Author : Iya².. Iyain aja deh* Iklan dulu gaes🤭🤣
__________________
#Author POV
Hana tiba di sebuah taman dekat pesantren, taman itu begitu luas dengan air mancur ditengahnya.
Sangat indah. Apalagi saat ini sedang senja, siluetnya kian mengena jiwa. Memperindah nuansa, nyaman banget pokoknya lah...
Hana duduk di kursi taman dengan sebuah buku ditangannya. Ia menuliskan sesuatu di sana.
"Hendak kemana lagi kaki ini melangkah
Seketika rindu ini membuncah
Menembus kerasnya raga
Merasuk dalam kosongnya jiwa
Menggerogoti kesabaran yang adaTinggal secercah harapan tuk berjumpa
Denganmu yang masih rahasia
Misteri hidup yang selalu kunantikan
Mengisi kekosongan hati ini
Menuntun diri ke jalan IlahiDiriku yang tercipta dari tulang rusukmu
Mengharap bimbingan juga kasihmu
Engkaulah misteri terindah
Yang telah Tuhan ciptakan
Melengkapi kepingan puzzle hidupkuUntukmu yang tertulis di lauhil mahfudz
Kusalamkan rindu untukmu
Melalui do'a di sepertiga malamku
Beribu harapan telah kulayangkan
Semoga Tuhan kan mengabulkan""Diriku yang telah melayangkan beribu harapan agar dapat bersua dengan 'Sang Idaman'."
Mungkin tulisannya sudah terlalu panjang atau bagaimana, tiba-tiba ia berhenti menulis.
"Astaghfirullah, Gus Asif?" Hana terkejut.
"Iyo, Mbak. Sampeyan ngapain di sini? Udah sore, lho," tanya Gus Asif.
"Niki, Gus ... Duduk-duduk sebentar tadi,"
Jawab Hana kikuk."Lha kok sendirian? Temanmu mana, Mbak?"
"Nganu ... Niku Gus, habis dari ndalem, tadi,"
"Owalah, mau ku temani?" Tawar Gus Asif.
"Ha?!" Hana melongo.
Hana salah denger apa enggak, nih?
Mau ditemani sama Gus?
Minta diijab qabul dulu kali, ya..🤣Pikirannya berkelana, hingga akhirnya, seseorang menepuk pundaknya.
"Mbak Han! Hana! Tangi," bisik seorang perempuan di seberang.
"Astaghfirullah! Mbak, kajiannya udah selesai?" Tanya Hana yang masih mengumpulkan kesadarannya.
"Udah, Mbak Hana ngomongnya pelan-pelan ... tinggal kita doang ini," bisiknya.
"Iya ... Yaudah, balik asrama, yuk Mbak Sya!" ajak Hana.
"Ayo," jawabnya.
Hana dan temannya pun terburu-buru kembali ke asrama sebelum absen kamar dimulai. Sampai Hana tidak menyadari kitab yang tidak ada lagi di tangannya. Yup! Alias ketinggalan.
Tuman!
Hana tak menghiraukan kitabnya yang tertinggal. Ia lebih memilih untuk tidak mengambil kitab itu terlebih dahulu. Besok kan bisa diambil, pikirnya. Aisya ialah salah satu teman kamar Hana. Meski umur tak terpaut jauh, saling memanggil 'Mbak' dalam pesantren adalah hal biasa. Aisya, teman sekamar Hana yang kerap kali bersama dengan Hana. Tapi kalau urusan ndalem, Aisya tak pernah sekalipun menemaninya. Takut, katanya.
Hm..
Kenapa takut? Toh, itu juga karena amanah didhawuhi sama beliau. Rasa sungkan, dan ada banyak rasa yang bercampur. Namun bagi Hana yang sudah terlanjur nyaman dengan kehidupan mbak ndalem, meski ia belum menjadi mbak ndalem secara utuh. Alias hanya sekedar membantu pihak ndalem saja. Sudah ada niat Khidmah yang ia tempuh selama ini, semenjak ia pertama kali melangkahkan kaki menuju pesantren impian. Semoga bisa menjadi bekal untuk kehidupan masa depannya nanti, pikirnya.
Hana masih kelas 3 Aliyah, dan kurang dari satu tahun lagi mungkin sudah kelulusan.
Mungkin setelah lulus Aliyah, ia akan memantapkan hati untuk mengabdi di pondok untuk beberapa tahun kemudian. Sebenarnya ia tak mengerti, apa yang tiba-tiba menjadikannya untuk lebih lama berada di sini.Di pesantren impian setiap orang, yang jelas-jelas tidak semua orang tahu permata indah yang ada di dalamnya. Karena setiap pesantren memiliki "intannya" masing-masing, disamping segala debu kusam yang mungkin menghalangi sinar yang dipancarkan oleh permata itu.
Jelas, di pesantren kita dituntut untuk bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dipikul oleh seorang santri. Ridho Allah, guru, dan orang tua menjadi tujuan utama yang harus dicapai untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Rayhana (✔️)
Fiksi Penggemar_Religi_Romance_ Ternyata menjadi seorang yang menyelam dalam kehidupan pesantren, apalagi ketika masuk ke dalam intinya, ternyata tak semudah dalam bayangan. Tak hanya ujian raga dengan penatnya mengarungi samudra kehidupan, namun juga harus tegar...