Part 4 : Senja

33 3 0
                                    

Aksaraku mulai berirama, mencoba melukiskan makna dibawah naungan senja.

#Ryana

"Siluet indah warnai cakralawala
Indahmu tak terlukiskan aksara
Tampak bayangmu diantara remangnya senja
Hadirmu meluruhkan lara

Cukup diri yang mengerti
Dengan angan yang tak akan terhenti
Menantimu dikala pagi
Melepasmu di petang hari."

Aaaaa.....
Ingin rasanya ku berteriak, siapa yang berani-beraninya membuka diary harianku. Padahal sudah kusimpan rapat-rapat dibalik tumpukan baju, lain kali aku harus mengunci loker lemari untuk menjaga keprivatan yang ada di dalamnya.

Yasudahlah, diary-ku ini mungkin sudah merindukan pena yang biasanya menari indah di atas lembaran kosongnya. Karena sudah lama tidak tersentuh oleh pemiliknya, diary-ku ini jadi usang.

Kubuka lembaran itu..
Lembar demi lembar kulalui rentetan kata yang mewakili rasa ini..

_______________
00:00

Dear diary..

Maaf ya..
Udah ngganggu waktu istirahatmu..

Hari ini, 'kan kuungkapkan sebuah rasa padamu, rasa yang telah bersemayam dalam sanubari setelah beberapa waktu lamanya.

Aku merindukannya, rindu akan sosok diri nya.

Tapi, siapa aku yang hanya berani mengadu kepadamu..

Tidak!

Kau hanyalah perantara..
Sesungguhnya hanya Sang Pencipta aku mengadu..
Bukan pada yang lain..

Tak apa, aku hanya ingin berbagi cerita denganmu..
Tak apa kan?

Maaf
Bila hanya coretan yang tak bermakna
Yang bisa kutulis diantara kelamnya lembaranmu..

Maaf
Bila aku belum bisa melukis kisah indah atau hanya membuat coretan berfaedah untukmu..

"4 September 2013"

Salam rindu, buatmu

_______________

Pembukaan diary macam apa ini, tawaku tak henti melihat tulisan yang nampak konyol bagiku saat ini, selalu kuingat, ia telah memberikan arti..
Terimakasih diaryku yang telah menemani hingga kini..
Sekarang kau nampak kusut dan lusuh..
Mungkin ku harus melukiskan kata dan merawatmu lagi..
 


Tak sadar, diriku tengah bercakap dengan buku catatan harianku.

Hi dear,
Apa kabarmu..
Kurasa kau lebih usang sekarang
Maaf
Rasanya, jemariku kian enggan menggoreskan pena di atasmu
Entah,
Kupikir, tak semuanya bisa terlukis dalam kata, bukan..
Ada banyak hal yang cukup hanya disimpan dalam jiwa
Mungkin,. Ada kalanya nanti kan kucurahkan segala rasa

Tak selalu yang nampak tersakiti akan terus begitu..
Adakalanya nanti, kita akan menjadikannya sebagai bahan candaan atau apalah...
Yang pasti, saat tak terasa lagi sakitnya..

Irama senja menyapa..
Setelah melewati teriknya sang surya yang membakar rasanya..
Melody angin bergerak bebas berada di alam lepas..
Melenyapkan segala gundah..
Memberikan kenangan indah..

Apakah itu kamu?
Yang selalu membuatku bertahan
Sampai di ujung penghabisan..

Apakah itu kamu?
Yang membuatku nyaman..
Meski riaknya hati yang tertahan

Belaian angin terasa mesra..
Mengingatkanku pada sebuah rasa
Yang yang tak akan pupus
Meski ditelan masa

Entah..
Aku tak tahu, kepada siapa kata ini tergores
Dan aku pun tak mau tahu tentang hal itu. Mungkin haluku sudah berada di ambang keuwuwan.

Sore, Kawan ...

Asrama yang kutempati sebenarnya tidak terlalu besar. Hanya saja ia nampak luas sehingga dapat menampung ratusan atau bahkan ribuan santri yang mengaji di sana. Siluet senja pun nampak indah bila terlihat dari loteng lantai 4, yang menjadi salah satu tempat favoritku di sini. Langit yang begitu indah, dapat mengobati kerinduan yang mengakar dalam benakku.

Apa kabar, Ayah ...
Semoga Ayah di sana dapat merasakan ketenangan dan kedamaian

Lalu, alfatihah pun mengalir dari lisanku
Tak ada yang bisa kuhadiahkan untuk Ayah sekarang, kecuali dengan doa' kubisa membuat Ayah bangga telah ditakdirkan dikaruniai seorang putri seperti dirku.



Sebening Cinta Rayhana (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang