🍦𝙄𝙘𝙚 𝘾𝙧𝙚𝙖𝙢🍦
Siang ini cuaca sangat terik. Matahari menyinari bumi dengan sangat cerahnya seolah menunjukkan bahwa dirinya yang paling bersinar disiang ini.
Chenle menghela nafas entah yang keberapa kali, saat ini dia sedang menunggu sahabat nya di depan sekolah yang sudah sepi. Karena bel berbunyi sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu.
Tapi sahabat nya yang katanya ingin ke kamar mandi sebentar, sampai sekarang belum kelihatan juga batang hidungnya.
Chenle berdecak, dia menendang nendang tanah dengan kesal. Lihat saja dia akan menguras duit sahabat nya nanti sebagai bayaran telah menunggu lama.
"Aduh, Lele maaf ya lama." Jeongin berdiri di samping Chenle dengan nafas yang memburu karena mungkin pemuda itu habis berlari.
Chenle mendengus, "gila ya? Gua nunggu disini lima belas menit.
"Maaf deh, mampet soalnya hehe." Terkekeh di akhir.
Kalau bukan karena dia akan di teraktir, Chenle tidak akan Sudi berdiri layaknya anak kecil yang kehilangan ibunya disini.
"Yaudah ayo, panas ini." Jeongin menarik tangan mulus Chenle dengan sedikit berlari ke arah halte bus yang tidak jauh dari sekolah mereka.
"Nggak usah tarik-tarik, gua bisa jalan sendiri." Chenle melepaskan genggaman tangan Jeongin di pergelangan tangannya.
Mereka sampai di halte bus, tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa anak murid sekolah lain yang juga sudah pulang sekolah.
"Kita mau kemana sih?" Tanya Chenle, dia bingung omong-omong. Memang sih sahabat nya ini tadi bilang ingin me-neraktir pas pulang sekolah. Tapi dia tidak tau akan di bawa kemana.
Jeongin yang berdiri di samping Chenle menoleh, "Cafe." Jawabnya singkat.
Chenle memutar bola matanya, malas. "Cafe banyak In."
Jeongin terkiki geli, "Lele suka ice cream kan?" Reflek Chenle mengangguk antusias.
Jeongin tau kalau sahabat nya ini sangat suka sama ice cream, bisa di bilang maniak. Pokoknya sehari dia harus makan ice cream. Meskipun cuaca dingin ataupun panas. Ice cream itu seperti makanan wajib untuk Chenle.
Jadi, dia berencana menyogok sahabat nya ini dengan ice cream karena tadi sudah menunggu lama demi dirinya. Sekalian bisa ketemu sama pujaan hati, eh?
"Kita ke cafe ice cream."
"Lo yang bayarin kan?" Tanya Chenle antusias.
Jeongin berdecak, Ck lihat lah dia. Kalau soal teraktiran wajahnya sangat berbinar. Seperti anak anjing.
Duh, kan Jeongin jadi nggak tahan.
Gemes.
Akhirnya Jeongin mengangguk, "ya gua yang bayar." Ya mau gimana lagi? Harus rela duitnya habis demi bayarin makan ice cream.
Chenle menatap cafe di depannya dengan nanar.
"Ayo, kenapa bengong?"
"In serius cafe nya ini?" Tanya Chenle, matanya masih menatap lekat kedepan. Tanpa sadar kakinya melangkah mundur satu langkah.
Jeongin yang liat mengernyit, dia kenapa?
"Lele ayo masuk. Disini panas." Jeongin menarik tangan mulus Chenle dengan sedikit tenaga.
Chenle menggeleng, dia menahan badan nya agar terasa berat. Tapi percuma tenaganya Jeongin itu kuat. Jeongin masih tetap lelaki kalau kalian lupa.
"Nggak mau, cari cafe yang lain aja deh." Ucap Chenle merengek.
"Kenapa sih? Ini enak tau cafe nya. Lagian juga kita udah nyampe." Ujar Jeongin, dia menarik narik tangan Chenle agar masuk ke dalam cafe.
Chenle menggeleng, panik. Masalahnya nanti dia ketemu sama—
"Oh Chenle?"
Jisung.
Mampus.
—OoO—
"Oh jadi Chenle itu Teman nya Jeongin ya?" Jeongin mengangguk, sesekali menyendokkan ice cream kedalam mulutnya.
Mereka berempat—termasuk Jisung dan Hyunjin. Duduk di sudut cafe yang berhadapan langsung dengan jendela kaca yang menampilkan pemandang jalanan yang di lalui kendaraan.
Jisung dan Hyunjin duduk bersama mereka, karena ini jam istirahat nya mereka; karena memang cafe memiliki jam istirahat di siang hari dan cafe akan ditutup selama sepuluh menit.
"Kenapa nggak bilang?" Tanya Hyunjin. Dia menerima suapan yang di berikan oleh Jeongin.
Jeongin menggedikkan bahunya, "nggak tau, kalian juga nggak bilang kalo udah kenal Chenle."
Hyunjin menggeleng, "aku nggak kenal sama temen kamu. Jisung yang kenal." Kata Hyunjin, dia menunjuk Jisung. Jisung yang di tunjuk mengangguk santai.
"Kok bisa?" Tanya Jeongin, dia menyenggol siku Chenle yang duduk di sampingnya.
"Apasih?" Chenle sedari tadi diam, akhirnya mengeluarkan suara. Dia malu omong-omong. Bertatapan langsung dengan pegawai cafe yang Chenle akui sangat tampan ini.
Saat malam itu, dia beli ice cream di cafe ini. Dimana yang di bayar hanya dengan namanya saja. Dia selalu teringat wajah tampan Jisung dan tanpa di sadari dia jadi selalu senyum-senyum sendiri setiap malam.
Dan dia memutuskan juga itu adalah terkahir dia beli ice cream disitu. Karena demi apapun Chenle malu. Duh.
"Waktu itu malem-malem Chenle beli ice cream, dan kita kenalan." Jawab Jisung santai. Dia menatap Chenle yang duduk di depannya yang terus menunduk.
"Kok gua nggak tau?" Tanya Hyunjin.
"Lo nggak masuk kerja."
"Kap—ah iya, malem minggu nggak masuk kerja hhe." Wajahnya Hyunjin dan Jeongin tiba-tiba berubah menjadi merah.
Chenle yang melihat itu mendengus, dasar bucin!
"Jadi Chenle—"
Chenle memberanikan diri menatap Jisung saat Jisung menyebut namanya.
"—mau kasih nomer ponsel lo?"
Seketika Chenle menyesal sudah bertemu dengan Jisung. Pipinya panas dan bersemu.
Sialan Park Jisung.
To be continued
Selasa,
22 sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream | Jichen ✔
Fanfiction〖박지성, 천러〗 [ChickLit] [Romance] [Sweet] 「𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘊𝘩𝘦𝘯𝘭𝘦 𝘹 𝘑𝘪𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘰𝘬𝘰 𝘪𝘤𝘦 𝘤𝘳𝘦𝘢𝘮 」 Ini cerita per-partnya cuma 400 kata sampai 1.000 kata. Rank #2 I...