Ice Cream- 02

11.7K 1.7K 445
                                    

❝ Cinta tak sebatas pertemuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ Cinta tak sebatas pertemuan. Terkadang jatuh cinta bisa datang begitu saja walau belum pernah bertemu. ❞

0ㅇㅡ




Park Jisung



Chenle?


•Ya?
•siapa?

Park Jisung.



Chenle yang sedang tiduran di atas kasur kesayangannya. Menjatuhkan ponselnya di atas wajahnya. Sangking terkejutnya.

Dia meringis, mengusap dahinya yang sangat sakit. Lalu dia bangun dari acara berbaring nya dan duduk bersandar di headbead.

Park Jisung? Uh sungguh Chenle lupa kalau kemarin dia memberikan nomor ponselnya pada lelaki Park itu.

Dia harus membalas apa? Apa dia harus membalas lagi? Atau diamkan aja? Uh kenapa dia seperti orang yang baru jatuh cinta sih?

Chenle memukul kepalanya, dia menggeleng. Menghilangkan pikiran aneh di otaknya. Kenapa juga dia seperti ini?

Chenle akhirnya memutuskan untuk tidak membalasnya. Mematikan lampu di atas nakas, menyimpan ponselnya di samping bantal. Dan menarik selimut hingga dada; Bersiap untuk tidur.

Tapi itu semua sirna, ketika ponselnya bergetar; Menandakan adanya panggilan masuk.

Chenle berdecak, ganggu aja.

Dengan malas Chenle meraba-raba samping bantalnya, mencari ponselnya berada. Melihat layar ponselnya yang tertera nomor asing yang menelepon.

Chenle mengernyit, siapa yang malam-malam begini menelpon?

Chenle menggeser tombol hijau, "Hallo?"

"Chenle?

Chenle menjauhkan ponselnya dari telinganya dia melihat layar ponselnya yang terpampang nomor asing. Tunggu! Dia kenal suara ini. Dan kalo di lihat lagi ini seperti nomor yang tadi chat dia—

Jisung!

Chenle menutup mulutnya, entah kenapa dia menjadi gugup. Oh ayolah.

Dengan ragu Chenle mendekatkan kembali ponselnya ke telinganya. "Y-ya?"

"Kenapa nggak di balas?"

Apa-apaan itu? Jadi dia nelpon cuma bertanya kenapa dia tidak membalas pesannya.

"U-udah malam, gua harus tidur besok sekolah."

Tidak ada balasan lagi, Chenle mendengar diseberang sana sangat sunyi. Dia mengernyit, apakah sudah di matikan?

Chenle berniat menjauhkan ponselnya, tapi suara di seberang sana menghentikan niatnya.
















"Chenle, ayo kencan."





























Setelah mendengar pertanyaan ajakan kencan beberapa hari yang lalu. Chenle jadi uring-uringan sendiri.

Dia juga heran kenapa dirinya jadi seperti ini.

Setiap malam dia jadi senyum-senyum sendiri, selalu melirik ponselnya entah untuk apa. Menunggu chat dari Jisung? Itu sih Gila.

Jisung saja bahkan tidak memberikan dia pesan lagi setelah mengajaknya berkencan.

Malam itu setelah Jisung mengajaknya berkencan, dia langsung mematikan sambungan telponnya. Dan menyembunyikan wajahnya di bantal.

Dia berteriak, meskipun suaranya teredam. Yang dia rasakan; senang dan juga bingung?

Senang karena orang yang diam-diam dia suka ternyata mengajaknya berkencan, bingung. Karena ini terlalu tiba-tiba.

Chenle menghela nafas panjang. Dia menumpu dagunya di tangan kanannya. Menatap kosong jendela yang menampakkan lapangan basket.

Mengabaikan atensi Jeongin yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan heran. Chenle tidak peduli.

Otaknya sudah sangat pusing memikirkan apa alasan di balik Park Jisung mengajaknya berkencan.

"Lele?" Jeongin menarik lengan kanan Chenle yang menumpu dagunya. Membuat wajah Chenle terkantuk meja kalau saja dia tidak cepat sadar.

Chenle menatap sinis Jeongin yang duduk di sampingnya, "Apa?" Jawabnya sinis.

Jeongin meringis, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tau kalau sahabatnya ini memilik sifat yang galak. Jadi dia tidak ingin mendapatkan amukan dari pemuda China ini.

"Maaf." Jeongin menyengir.

Chenle mendengus, dia kembali menatap ke luar jendela. Tenggelam kembali dalam pikirannya, suara kelas yang bising tidak menggangu nya sama sekali.

Jeongin menghela nafas, padahal dia ingin meminjam catatan Chenle karena tadi dia tidak mencatat.

Suara bel berbunyi. Menandakan pelajaran terakhir telah berakhir. Anak-anak itu keluar kelas setelah mengucapkan salam pada guru yang mengajar di pelajaran terakhir.

Chenle berjalan di samping Jeongin dengan malas. Entah kenapa hari ini dia sangat malas dan resah? Entahlah dia sendiri tidak tau kenapa dia seperti ini.

Chenle terpaksa menghentikan langkahnya saat Jeongin menariknya untuk berhenti. Chenle berdecak, apa lagi ini? Dia ingin cepat-cepat pulang.

Chenle menatap Jeongin yang berdiri di sampingnya dengan alis terangkat, seolah bertanya, kenapa berhenti?

Jeongin menatap Chenle lalu dia menatap ke depan. Chenle mengikuti Jeongin dia memandang ke depan.

Chenle melebarkan matanya, menatap tak percaya apa yang dia liat di depan sana.



Di depan sana.



Ada Park Jisung yang sedang berdiri di samping motor besarnya dan menatap dirinya dengan senyuman yang tersungging di wajahnya.



To be continued

Selasa,22 Sep 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selasa,
22 Sep 2020

Ice Cream | Jichen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang