Seperti kebanyakan orang lainnya, Jevan langsung memeriksa ponselnya ketika ia baru bangun tidur. Tak ada chat dari orang spesial yang dinantinya, karena ia memang tak punya. Kebanyakan obrolan yang masuk ke WhatsApp milik Jevan tak jauh-jauh dari urusan pekerjaan. Selesai memeriksa aplikasi tersebut, Jevan menekan logo pesan untuk memeriksa SMS yang masuk.
Mata Jevan yang awalnya masih sipit karena mengantuk, sukses terbuka lebar begitu melihat pesan dari bank yang mengatakan bahwa ia telah menerima sejumlah uang. Nama Irene tertulis sebagai sumber dana yang masuk di pesan tersebut. Jevan langsung memejamkan matanya, menyesali keputusannya yang menagih uang itu dari Irene. Bukannya senang karena telah mendapatkan uangnya lagi, Jevan malah pusing melihat nominal yang dikirimkan Irene.
Uang yang Jevan tagih jumlahnya hanya tiga jutaan saja, sedangkan uang yang Irene kirimkan menyentuh angka tiga ratus juta. Entah Irene kelebihan memberikan angka '0' saat memasukkan jumlah uang atau perempuan itu memang sengaja melakukannya.
"Pagi-pagi sudah dikasih bahan buat insecure aja nih gue." Jevan berbicara pada dirinya sendiri.
Tak ingin memegang hak dan uang orang lain terlalu lama, Jevan langsung mencari kontak Irene di ponselnya. Ia dengan cepat menuliskan pesan di ruang obrolan, yang baru saja dibukanya.
To: Irene KIK
Rene, lo tf-nya kebanyakan.
Norek lo sini, biar gue tf balik.Jevan menunggu centang di bubble pesan yang ia kirimkan berubah warna menjadi biru. Namun, tak ada yang berubah di layar ponsel Jevan. Hampir sepuluh menit Jevan menunggu, perempuan itu tak juga membaca apalagi memberikan pesan balasan kepadanya. Tak ingin terlambat bekerja, Jevan memutuskan untuk meninggalkan ponselnya dan pergi ke kamar mandi.
***
Irene membaca berita di iPad-nya sambil menikmati teh hangat yang telah disiapkan ART di rumahnya. Ia sudah mulai terbiasa dengan kesunyian di rumah ini. Pada awalnya, Irene merasa berat hati dan sangat sedih ketika tahu kalau Raka dan keluarga sudah pindah ke rumah mereka lagi. Namun, Irene sadar bahwa ia tak berhak menentang adiknya itu untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya.
Belakangan ini, Irene mulai memikirkan perkataan orang tuanya, khususnya tentang pernikahan. Ada sedikit penyesalan karena sebelumnya ia terlalu sibuk dalam meniti karir, sampai ia mengabaikan permintaan orang tuanya. Irene ingat sekali dengan ambisi Raka dulu, yang ingin sukses dan memiliki karir bagus sebelum menikah. Raka selalu ingin berada di level yang sama dengan Irene, supaya ia tak lagi dipandang sebelah mata oleh keluarga besar mereka.
Dulu Irene merasa bangga karena Raka memiliki pemikiran semacam itu. Laki-laki memang seharusnya mapan dulu sebelum menikah, supaya ia bisa menjamin kehidupan anak dan istrinya kelak. Sekarang Irene malah merasa bersyukur, karena Raka mengubah jalan hidup dan tidak mengikuti langkahnya.
Irene tak bisa membayangkan kalau sampai kedua orang tuanya pergi di saat ia dan Raka sama-sama belum menikah, pasti rasanya menyakitkan sekali. Irene lagi-lagi bersyukur, karena setidaknya ayah dan ibu masih bisa menyaksikan pernikahan Raka dan bertemu dengan Kanasta, cucu pertama mereka.
Kalau boleh mengulang waktu, Irene pasti akan memilih keputusan yang berbeda dengan yang ia ambil sebelumnya. Irene ingin orang tuanya menyaksikan pernikahannya. Ia juga ingin ayah dan ibunya bisa melihat anaknya nanti. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Percuma menyesali sesuatu yang telah lewat dan tak mungkin kembali.
Irene seketika berhenti memikirkan orang tuanya ketika mendengar ponselnya bergetar. Ia memeriksa notifikasi yang masuk, lalu hanya menyunggingkan senyum miring ketika menyadari pesan itu dikirimkan oleh Jevan. Irene tak tahu bagaimana cara untuk mengajak Jevan bertemu, karena ia yakin laki-laki satu itu akan menghindar. Satu-satunya ide yang muncul di kepalanya adalah mengirimkan uang lebih banyak dari jumlah yang ditagih oleh Jevan, supaya lelaki satu itu mau menghubungi Irene duluan. Irene masih penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Windows
RomanceWarning: 18+ Tak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Lima menit, dua jam, atau satu minggu dari sekarang akan menjadi rahasia takdir yang dimiliki setiap insan, termasuk Kaneisha. Ia berencana memberikan kejutan spesial untuk...