Pekerjaan rumah Kaneisha mulai selesai satu persatu hari ini. Ia sudah selesai mencuci dan menjemur pakaian kotor, serta menyiapkan bahan makanan untuk anak dan suaminya. Kini ia sedang mengepel rumahnya, sembari menunggu anak dan suaminya bangun dari tidur mereka.
Raka terpaksa absen dari kantornya hari ini. Suhu badannya tiba-tiba naik malam tadi, dan Kaneisha menyarankan agar suaminya itu untuk istirahat, sebelum semakin parah.
Belakangan ini, Raka memang bekerja terlalu keras. Ia bahkan sering pulang terlambat karena beberapa urusan di kantor belum selesai. Tak mengejutkan jika akhirnya ia tumbang lagi, Kaneisha sudah sangat terbiasa dengan kondisi suaminya itu.
"Mama...." Kaneisha menoleh begitu mendengar suara pelan dari Kanasta. Pagar di depan kamarnya sudah dibuka oleh sang mama, membuat anak itu langsung berlari dengan kaki kecilnya begitu melihat Kaneisha menunjukkan senyumnya.
"Sayang, sudah bangun ternyata. Gimana tidurnya? Enak?" Kaneisha berjongkok dan memberikan kecupan cinta di pipi Kanasta. Seperti biasa, anak itu langsung memeluk leher mamanya, meminta digendong setelah bangun dari tidurnya. "Nemploknya nanti dulu, ya? Mama mau ngepel dulu, Sayang. Tanggung. Asta tunggu di sofa, mau?"
"Sayang Mama..." Kanasta tiba-tiba berkata.
"Mama juga sayang Asta. Kesayangan Mama, cintanya Mama." Kaneisha membalas dan memberikan kecupan lagi pada anaknya.
Kalau sudah begini, mana mungkin Kaneisha tega mengabaikan anaknya. Ia mengangkat tubuh Kanasta dalam gendongan, sementara satu tangannya mulai melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Pekerjaannya memang menjadi lebih berat dengan keberadaan Kanasta, tetapi Kaneisha benar-benar tak bisa mengabaikan anaknya. Ia juga tak ingin menunda-nunda pekerjaan ini, karena sudah hampir selesai.
"Ayah lagi sakit, Sayang. Tadi sih Mama cek sudah mulai turun demamnya, semoga aja agak siang nanti sudah sembuh." Kaneisha menceritakan tentang keadaan suaminya pada sang anak sambil mengepel. "Sebentar lagi, Mama mau buat sarapan buat kamu dan Ayah. Asta mau makan, 'kan? Sudah lapar gak, Sayang?" Kanasta memberikan anggukan pelan seraya memeluk mamanya.
"Masih ngantuk ya anak Mama? Mau dicium-cium atau digigit-gigit supaya segar?" Kaneisha mendaratkan ciuman serta gigitan pelan di pipi gembulnya Kanasta.
"Aaamau!" Kanasta protes dan menjauhkan pipinya dari gigitan mamanya. Kaneisha hanya bisa tersenyum, lalu kembali berfokus mengepel lantai rumahnya.
Begitu terbangun dari tidurnya, Raka mengambil kacamata yang ada di atas nakas, lalu menoleh ke arah jam yang ada di kamar mereka. Sudah hampir setengah sebelas, harusnya ia sudah berada di kantor jika tak sakit. Sebenarnya, Raka bisa saja memaksakan diri untuk pergi, namun istrinya itu tak akan pernah mengizinkannya.
Raka menyingkirkan kompres penurun demam yang ada di keningnya, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Ia lalu mengambil salah satu sweater di dalam lemari, untuk turun ke bawah karena perutnya mulai merasa lapar.
Langkah Raka berhenti di salah satu anak tangga, ketika ia mendapati Kaneisha tengah menggendong Kanasta seraya mengepel. Raka benar-benar merasa iri sekaligus kagum dengan istrinya itu.
Kaneisha melakukan semua pekerjaan di rumah ini sendiri, dan jarang sekali istrinya itu sakit karena kelelahan. Raka terkadang merasa malu dengan kemampuan Kaneisha, ia mungkin tak akan sanggup melewati hari-hari serta rutinitas yang dimiliki oleh istrinya.
"Sayang," panggil Raka. Kaneisha memutar tubuhnya, matanya terlihat membulat ketika mendapati suaminya itu turun dari tangga. "Kamu ngapain gendong Asta sambil ngepel? Berat."
"Oh, tadi dia bangun terus pengin nemplok sama aku. Aku mau lanjutin ngepelnya nanti, tapi sudah tanggung. Jadi, aku gendong dia deh." Kaneisha menjawab. Sama sekali tak ada isyarat yang menunjukkan kalau Kaneisha keberatan atas gangguan dari Kanasta. "Kamu sudah membaik gak, Sayang? Enakan gak badannya?" Kaneisha menyentuh wajah dan leher Raka untuk memeriksa suhu tubuh suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Windows
RomanceWarning: 18+ Tak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Lima menit, dua jam, atau satu minggu dari sekarang akan menjadi rahasia takdir yang dimiliki setiap insan, termasuk Kaneisha. Ia berencana memberikan kejutan spesial untuk...