12

785 79 45
                                    

Layaknya ibu-ibu yang ingin mencontohkan kebiasaan baik pada anaknya, Kaneisha mengajak Kanasta untuk menggosok gigi sebelum tidur. Mereka saling menatap lewat cermin dan sesekali tertawa karena merasa lucu menatap refleksi diri mereka masing-masing. Kanasta suka meniru apa yang dilakukan orang tuanya, maka tak heran jika anak itu terlihat senang dan tidak terpaksa setiap menggosok giginya. Raut wajah keduanya berubah ketika mendengar suara bel rumah berbunyi.

"Siapa itu?" Kaneisha menatap dengan penuh tanya ke arah anaknya. Setelah meludahkan busa dan membersihkan mulutnya, perempuan itu membantu anaknya untuk melakukan hal yang sama. "Siapa yang datang, ya, Sayang? Om Je kali, ya? Soalnya Ayah baru pulang tengah malam nanti." Kaneisha berkata sambil mengeringkan mulut Kanasta dengan tisu.

"Ayah?"

"Mama juga gak tahu. Ayo, coba kita lihat."

Kaneisha membuka pintu kamar mandi, lalu menurunkan Kanasta dari kursi tempatnya berdiri tadi. Kanasta yang sudah mulai baikan, langsung berlari ke arah jendela untuk melihat siapa yang datang, sementara mamanya hanya berjalan dengan santai.

"Ayaaahhhh!!!" Kanasta memekik senang sambil terlihat melompat-lompat dan memukul jendela. Buru-buru Kaneisha berjalan, sebelum kaca jendela pecah karena pukulan Kanasta.

Kaneisha menoleh ke arah jam dinding yang baru menunjukkan jam delapan. Raka bilang, ia akan pulang tengah malam nanti, namun nyatanya lelaki itu sekarang sedang menutup pagar rumah mereka. Kaneisha membuka pintu rumah mereka, membiarkan Kanasta keluar dan berlari ke arah ayahnya.

"Eh, siapa ini?" Raka sok-sokan kaget, lalu berjongkok supaya Kanasta bisa memeluknya. Ia mendaratkan ciuman di pipi Kanasta sampai anak itu merasa geli. "Apa kabar kamu? Nakal gak selama ditinggal Ayah?" Kanasta menggeleng keras dan kembali memeluk Raka dengan erat.

Raka merasa ada yang kurang. Istri yang biasanya menyambutnya setiap pulang kerja, kini hanya berdiri di depan pintu. Raka menggendong tubuh Kanasta dengan satu tangan, tangan satunya lagi ia gunakan untuk menggeret koper.

"Kamu gak kangen sama aku? Gak mau peluk aku?" Raka menaikkan satu alisnya, melemparkan bujuk rayu lewat tatapannya.

"Kamu bukannya pulang tengah malam? Kok jam segini sudah sampai rumah?" Kaneisha balas bertanya, tanpa menjawab pertanyaan Raka.

"Aku bohong, supaya kamu gak repot-repot menjemput aku." Raka menjawab.

Kaneisha tak berniat merespon. Perempuan itu kemudian mendekati Raka, lalu berkata, "Kalau kamu mau memeluk dan mencium Asta, mendingan mandi dulu. Takutnya kamu membawa kuman dan virus dari luar, Asta baru sembuh dari demam soalnya, nanti dia sakit lagi." Perempuan itu mengambil anaknya dari gendongan sang ayah.

"Perasaan aku aja, atau kamu memang agak aneh hari ini?" Raka menandang Kaneisha dengan bingung. Ia tahu ada yang salah dari Kaneisha, karena istrinya itu terlihat sedang tak ingin bertemu dengannya. "Terus Asta sakit apa? Kenapa aku gak tahu?" Raka menambahkan pertanyaannya.

"Mandi dulu sana. Makanan ada di dapur, kalau kamu mau makan." Kaneisha berjalan masuk ke dalam, tanpa menunggu Raka.

Raka memandang kepergian istrinya dengan penuh tanya. Seingat Raka, ia tak melakukan kesalahan apa-apa selama di Vietnam dan Kamboja. Ia mungkin jarang memberikan kabar, tetapi Raka tak berselingkuh atau semacamnya. Raka benar-benar murni bekerja, dan Kaneisha pun tahu itu.

Raka menggeret kopernya masuk, lalu menutup dan mengunci pintu rumahnya. Kaneisha sepertinya sedang berada di kamar Kanasta, karena terdengar suara dari sana. Raka menengok dan melihat keadaan di dalam kamar Kanasta, terlihat Kaneisha sedang mengoleskan minyak telon di sekitar tubuh anak itu.

Broken WindowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang