12 | Other Side

2K 222 54
                                    

Slide and play for song

--


Minho kembali mendatangi jembatan yang terletak tak jauh dari rumahnya. Janjinya pada Hyunjin sesungguhnya tak pernah ia lupakan. Gila? Tidak waras? Ya, kematian Hyunjin memang membuat Minho hilang akal. Berangan-angan seakan ada Hyunjin di sana--seperti biasanya. Ia ingin semuanya tetap sama, meski pada kenyataannya tidak.

Menghabiskan hari liburnya dengan berjalan-jalan di luar, ternyata membuat waktu berjalan begitu cepat. Sekarang, hari sudah mulai gelap lagi. Jalanan juga tampak sepi dari kendaraan.

Minho mengusap kedua tangannya, lalu melipatnya ke depan dada. Walau sudah memakai jaket, hiliran angin tak jarang membuatnya menggigil kedinginan.

Ketika pria itu ingin beranjak duduk, sekelompok pemabuk yang tengah melintas, tiba-tiba datang menghampirinya. Mereka merenggut kerah Minho dan langsung meninju pelipisnya.

Minho yang kesakitan berusaha untuk melawan, tapi karena jumlah mereka banyak, Minho harus berkali-kali tersungkur di aspal dengan keadaan babak belur.

"Persetan! Mau apa lo semua?! Dasar gak waras!" Minho mengusap darah di sudut bibirnya sambil menatap mata mereka yang merah.

Entah apa yang lucu, tiba-tiba mereka tertawa keras.

"Kalau tidak salah, kau anak dari aktris terkenal itu, 'kan? Adikmu itu benar-benar sampah, sudah penyakitan, masih saja berani memakai obat terlarang."

Minho mendesis. Berita itu benar-benar sudah tersebar luas di muka publik.

"Bukannya kalian yang sampah? Kalian memukul orang sembarangan, bajingan!" lantang Minho berapi-api.

"Asalkan itu buat kita senang, kenapa enggak?" sahut pemabuk berat itu dengan tubuh sempoyongan dan sebotol alkohol di tangannya, lalu lanjut meninju wajah Minho bolak-balik.

Buakh!

Buakh!!

Minho pasrah. Mustahil baginya melarikan diri, bahkan melawan pun tak bisa.

Salah satu di antara mereka ada yang sengaja memecahkan botolnya dan menodongkan beling tajamnya ke arah Minho.

Minho menelan salivanya susah payah. Air mukanya berubah panik dan ketakutan. Keringat dingin juga mendadak mengalir di sekujur tubuhnya.

"Enyah lo semua, gue gak punya urusan sama kalian!" usir Minho cengap-cengap, sambil berusaha mundur menjauhi mereka, namun sialnya, ia sudah berada di ujung pagar pembatas sehingga tak dapat lagi berkutik.

Di sisa-sisa kekuatannya, Minho menendang perut pria yang mencoba mendekatinya. Ada yang menyerangnya setelah itu, beruntung ia malah tercebur ke dalam sungai dan tenggelam.

Perlahan tapi pasti, walau hanya menghindar, jumlah mereka sedikit demi sedikit berkurang. Sebagian tercebur ke dalam sungai, sebagian lagi pingsan di tempat karena ada yang saling menyerang akibat mabuk terlalu berat.

Yang masih Minho takutkan adalah, pria penodong beling yang entah apa alasannya masih berusaha mendekatinya, bahkan sekarang sudah ada di dekatnya. Menatapnya nyalang dengan senyum beringas.

Seakan psychopath, pria itu langsung menancapkan belingnya ke punggung Minho, dan merobeknya. Bersamaan itu, Minho menjerit sekeras mungkin. Benda tajam itu menyayat punggung mulusnya yang terbalut kaus putih.

Tubuh Minho lantas langsung menegang kesakitan. Berbanding terbalik dengan para pemabuk yang tertawa puas melihat darah segar mulai tercetak di kaus putih Minho.

Different ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang