"Hyunjin? Itu beneran kamu?" Minho tersenyum, tapi juga hati-hati saat menghampiri seorang pria berambut blonde yang tengah membelakanginya.
Langkah demi langkah ia lewati, membuat jarak keduanya terasa semakin dekat. Ketika Minho berhasil membuatnya menoleh dengan satu tepukan, betapa senangnya ia mengetahui dugaannya benar.
"Sungguh?" tanya Minho memastikan dengan mata berbinar.
Hyunjin tersenyum penuh arti. Minho pun langsung memeluknya erat-erat, berjaga-jaga agar Hyunjin tidak pergi lagi, sementara air matanya dibiarkan menetes begitu saja.
"Aku tau kamu pasti kembali." ucap Minho menahan isakannya.
Lama mereka berpelukan, melepas rindu yang selama ini terpendam, hingga sampai saat dimana Minho tersadar, ia langsung melontarkan tatapan marah. "Dasar anak nakal! Kamu kemana aja, huh? Aku panik dan mencarimu kemana-mana. Kenapa kamu bersembunyi dariku?"
Hyunjin hanya tersenyum samar, kemudian mengubah ekspresinya menjadi datar. Ia melepas genggaman Minho dan pelan-pelan pergi menjauhinya tanpa alasan yang jelas.
"Hyunjin-ah, Hyunjin-ah ... kamu mau kemana?"
Hyunjin tidak menjawab dan terus saja melangkah pergi dengan sorot menyakitkan. Minho yang tak tinggal diam langsung berteriak. "Kamu mau ninggalin aku lagi?! Tolong tetap denganku! Aku gak mau kehilangan kamu lagi! Cuma kamu satu-satunya yang ku punya, jadi tolong kembalilah!"
Ia berlari mengejar Hyunjin, tapi sesuatu yang menabrak kakinya membuatnya terjatuh dan sulit untuk bangkit lagi.
Dengan posisi tengkurap dan tangan yang mustahil menjangkau keberadaan Hyunjin, Minho bertanya. "Apa aku melakukan kesalahan saat menjagamu?"
"Jika iya, beri aku kesempatan sekali lagi untuk menjagamu dengan baik!" sambungnya memekik, putus asa melihat Hyunjin semakin jauh dari pandangannya.
"Hyunjin, jawab aku!"
"Hyunjin-ah!"
Minho terbangun dari mimpinya disertai keringat dingin dan jantung yang berdetak cepat. Deru napasnya terdengar kasar, mengingat kembali apa yang ada dalam mimpinya tadi.
Seperti yang dilakukan kebanyakan orang, Minho mencoba meneguk segelas air putih dengan harapan bisa menghilangkan rasa cemasnya. Sesudah mengembalikan gelas ke tempatnya, netranya menyorot jendela kamar yang masih tertutup gorden putih.
"Aku berharap, tadi itu bukan mimpi."
Melihat cahaya sang fajar sudah memasuki celah-celah kamarnya, ia bangkit berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap ke Sekolah.
Tak perlu waktu lama bagi Minho untuk membersihkan diri. Ia bukan tipe orang yang suka konser saat mandi, sehingga 10 menit pun cukup untuknya keluar dari sana.
Tak seperti biasa, kali ini Minho hanya melewati cermin yang biasa menjadi tempatnya menata rambut. Melihat sekilas penampilannya yang jauh dari kata 'rapi' sudah cukup untuknya pagi ini. Bukan tanpa alasan, tapi hari ini benar-benar terasa berbeda tanpa kehadiran Hyunjin, perubahan itu membuat Minho merasa hampa. Rasanya, kehidupannya tak berarti apa-apa lagi sekarang.
Tak mau rasa sedih kembali mengendalikan dirinya, Minho cepat-cepat bergegas menuruni tangga yang siap membawanya menuju meja makan. Sosok Jinhyun yang sudah menghuni lumayan lama di sana seketika bingung melihatnya.
Kemana sosok Lee Minho yang selalu ceria dan selalu menyambutnya dengan senyum manis? Bahkan ia seperti tak menganggap kehadiran Jinhyun sekarang. Wajahnya benar-benar jutek, khas orang sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different ✔
Fanfiction[FINISHED] ft. Hyunjin dan Minho Lee Minho dan Lee Hyunjin adalah saudara kandung, meski begitu, banyak sekali perbedaan diantara mereka, salah satunya adalah penyakit langka yang diidap Hyunjin sejak kecil, yaitu Hemofilia. Karena penyakitnya itu...