14 | Epilog

3.3K 295 157
                                    

⚠⚠⚠

Mau dapet feelnya? Silahkan play:
Say Something - A Great Big World
Atau lagu ballad fav kalian juga boleh:)

--

"Life is C, between B and D."

--


Hyunjin seketika membeku saat netranya bertemu pandang dengan Minho. Bola matanya bergerak turun pula memandangi alat-alat medis di sekeliling pria itu. Ventilator serta alat infus yang terpasang membuat Hyunjin bersiteru dalam hatinya. Ke mana Minho yang kuat dan hampir tak kenal kata lelah? Hyunjin benci keadaan seperti ini, sangat membencinya.

"Hyung," Ia langsung menghampiri Minho dan memeluknya, berbeda dengan Minho yang masih terdiam memperhatikan Hyunjin. Dari tatapannya, ia seperti tak menyangka bahwa Hyunjin benar-benar masih hidup.

"Hyung, aku kembali buat kamu, maaf udah ninggalin kamu." lanjut Hyunjin lagi, terisak. Tangan yang penuh darah itu mengotori baju Minho. Tapi Minho masih belum juga percaya.

"Apa aku mimpi lagi? Kalo iya, tolong pergi dari sini, jangan membuatku berharap lebih." usir Minho berpaling dengan wajah datar.

"Enggak," Hyunjin menyergah. "Aku gak mungkin ninggalin kamu, Hyung. Kamu inget janji itu? I still with you." Mata berkaca-kaca itu menatap Minho penuh harap, yang kemudian membuat kilau bagai kaca ikut mengintip dari sudut mata Minho.

Minho pun langsung memeluk Hyunjin dengan beribu kerinduan. Ia tahu ini bukan mimpi, dan keyakinannya selama ini adalah benar. Hyunjin bukan orang yang mudah melupakan janji.

"Tapi kenapa kamu pergi?"

Pertanyaan Minho sukses membuat mulut Hyunjin terkatup rapat. "Aku mau hidup selayaknya manusia. Aku mau dihargai dan dicintai. Aku pikir, dengan aku pergi, aku bisa hidup lebih baik, tapi ternyata--" Hyunjin tak sanggup melanjutkan perkataannya lagi dan malah terisak. Minho yang mengerti kembali mendekap adiknya.

Di saat itu, Minho malah tak sengaja melihat lutut dan tangan Hyunjin yang berdarah. Ketika ia memeriksa wajahnya, betapa paniknya ia mendapati Hyunjin mimisan.

"Jin, lutut kamu kenapa? Tangan dan hidung kamu juga. Kamu bisa kehabisan darah nanti!" Minho ingin menekan tombol darurat di sampingnya, namun Hyunjin menghalangi.

"Gak perlu, aku mau di sini aja sama kamu."

"Tapi kamu bisa--" Minho tetap berusaha menekan tombol tersebut, tapi dengan segera Hyunjin menyela sambil menggapai tangan Minho, yang sontak langsung membuat fokus Minho teralih. "Hyung, please, sekali aja aku ngelakuin apa yang ku mau."

Dengan berat hati, Minho menyanggupi dan mengambil satu tangan Hyunjin lagi untuk dibekapnya, berharap, dengan cara itu, darah yang mengalir bisa sedikit berkurang.

Hyunjin tersenyum samar melihat apa yang dilakukan kakaknya.

"Susah kan mendapat transfusi darah yang cocok untukku? Jadi, dari pada waktuku habis, lebih baik aku di sini dengan mu."

Mata sayu itu tak henti menatap setiap guratan cantik di wajah kakaknya.

"Hyung, makasih buat semuanya. Makasih udah ngajarin aku arti kehidupan, kasih sayang, dan ketulusan. Aku bersyukur punya Hyung yang perhatian, walau kadang suka berlebihan." Hyunjin tertawa di akhir kalimatnya, meski sebenarnya itu terpaksa. Ia hanya ingin menunjukan pada Minho, kalau semuanya akan baik-baik saja.

Different ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang