13 | For You

2.2K 249 41
                                    

"Pandanganmu tak bisa selamanya benar, sebab masih ada banyak sisi yang belum kamu lihat."


Jinhyun memandangi wajah Minho yang damai dengan mata terpejam. Seharian ini, pria itu memang hanya duduk di samping ranjang untuk menjaga putra sulungnya.

Dalam beberapa saat, Jinhyun menguap dan mengusap wajah muramnya. Kantung matanya membesar, mengetahui waktu tidurnya semalam tak terpakai dengan baik.

Minho yang ditunggui sebenarnya sudah sadar, namun ia memilih kembali berpura-pura tidur saat menyadari kehadiran Jinhyun di sisinya. Bukan apa-apa, tapi ia benar-benar malas kalau harus bertengkar dengan pria itu lagi.

Melihat Minho tenang seperti itu, memori Jinhyun jadi terkilas balik, mulai dari Minho yang selalu bersikap lembut pada Hyunjin, sampai peristiwa tadi malam yang hampir membuatnya tak percaya.

"Papa salut sama kamu, Minho." Jinhyun mengusap lembut surai pria manis itu. "Kamu sayang sekali dengan Hyunjin, apapun kamu lakukan demi melindungi dia."

Hembusan berat Jinhyun terasa panas saat menyentuh tangan Minho. Pria itu tidak bisa lagi menangis sangking seringnya bulir itu keluar.

"Sebenernya, Papa juga sayang sama dia. Sangat sayang. Tapi Papa takut rasa sayang Papa semakin besar. Papa cuma mau dia pergi dengan tenang jika sudah waktunya. Tolong jangan benci Papa lagi." katanya dengan raut murung, berharap Minho dapat mendengarnya dan tidak lagi salah paham.

Minho yang mendengar semua itu, lantas terkejut dengan pengakuan Jinhyun barusan. Ia baru tahu jika Jinhyun trauma akan "kehilangan", makanya ia menutupi itu dengan sikap dinginnya. Tapi kenapa harus dengan cara seperti itu? Kenapa Jinhyun egois begini? Hyunjin tersiksa karena dia. Seharusnya, Hyunjin merasakan kasih sayang yang pantas.

"Papa gak tau harus ngelakuin apa lagi. Papa juga sakit ngeliat Hyunjin menderita, tapi Papa lebih sakit jika Hyunjin nyaman di dunia. Papa takut, Minho. Papa takut gak bisa ngelepasin Hyunjin. Walaupun nyatanya, sampai sekarang Papa masih berat ikhlasin-nya." sambung Jinhyun lagi, seakan mendengar suara hati Minho.

Ia meraih tangan Minho dan menggenggamnya. "Sekarang kita coba mulai semuanya dari awal lagi ya, Sayang? Tanpa Mama dan juga--Hyunjin. Cuma kamu satu-satunya yang Papa miliki di dunia ini."

Tak sanggup lagi menahan kantuk yang memang sudah ditahan Jinhyun sejak tadi, akhirnya ia terlelap dengan posisi kepala menelungkup ke ranjang.

Saat Jinhyun sudah sepenuhnya tertidur, Minho membuka matanya dan melihat Jinhyun. Sesaat, ia tersenyum. "Aku juga sayang Papa."

***



Seorang pria muda yang menderita kesulitan berjalan kini berdiri menghadap sebuah makam seseorang dengan bantuan alat penyangga. Ia meratapi nisan dari makam itu sambil membawa sekantung bunga melati dan sebotol air mawar di tangannya.

Meski kesulitan, pria bersurai hitam itu memaksa berjongkok demi bisa menggapai nisan sahabatnya.

Ya, ia adalah Han, seseorang yang baru saja kehilangan ayahnya. Sepanjang perjalanan ke makam, matanya yang sembab tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Hatinya terasa sangat hancur.

"Jin, gue mau jujur sama lo sekarang." mulai pemuda itu, dengan wajah sendu. "Sebenernya, gue dalang di balik semuanya .... "

Different ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang