5 | Don't Believe

1.6K 257 54
                                    

Setelah berbisik, Han mengeluarkan sebungkus obat dari sakunya dan menunjukannya tepat di depan wajah Hyunjin.

"Lo tau, apa yang bakal gue lakuin dengan obat ini?"

Hyunjin terpaku sejenak, memperhatikan beberapa pil asing yang terbungkus dalam sebuah plastik klip. Ia benar-benar tidak mengerti maksud dari perkataan Han.

Lama tak ada jawaban, akhirnya Han menyelipkan obat itu tanpa permisi ke saku Hyunjin. Hyunjin yang merasa dipermainkan, bertanya dengan gusar. "Obat apa yang lo masukin ke saku gue?!"

"Lo bakal tau jawabannya saat di BK nanti. Bye ...." Han hendak meninggalkan Hyunjin sendiri di dalam Gudang, tapi dengan sisa kekuatannya, Hyunjin berhasil mengejarnya dan memukulnya dari belakang. Mengetahui itu, Han yang terkejut langsung berbalik dengan wajah remeh.

"Boleh juga pukulan lo. Gue pikir, lo pengecut yang bisanya cuma mendam amarah." Ia tersenyum beringas, lalu balik meninju wajah Hyunjin hingga membuatnya tersungkur ke lantai.

Hyunjin mencoba tetap kuat meski darah mulai mengalir dari hidungnya. Ia berusaha bangkit lagi, tapi bukan untuk melawan, melainkan untuk mendekati Han dan menatapnya dengan sorot sendu.

"Gue pikir lo temen gue, gue pikir lo peduli sama gue, tapi ternyata stigma orang-orang ke gue ngebuat lo kayak gini. Lo lebih mentingin ucapan mereka dibanding gue." Hyunjin menghela napas panjang sambil menunduk lesu. "Gue tau gue nyusahin banyak orang, tapi siapa yang mau ada di posisi kayak gini?!" Hyunjin kelepasan mencengkram seragam Han, sementara ekspresi Han sama sekali tak menunjukan rasa bersalah.

"Dulu lo janji akan selalu jadi temen gue, bahkan gue sekolah di sini pun karena permintaan lo. Krim luka itu juga ide lo. Lo janji jagain gue dari mereka, tapi kenapa sekarang lo kayak gini? Kenapa lo sama kayak mereka?" Intonasinya melemah, wajahnya juga murung. Sesekali Hyunjin mengusap darah dari hidungnya.

Merasa kini sudah gilirannya untuk menjawab, Han memulainya dengan mendorong Hyunjin ke belakang. "Temen? Kapan gue bilang? Gue rasa lo yang terlalu ngemis belas kasihan ke gue."

Tak tahan dengan perkataan Han yang terlalu menyakiti hatinya, Hyunjin langsung menghajarnya dengan pukulan, hal itu membuat posisi Han terhimpit oleh Hyunjin yang sekarang berada di atasnya.

"Kenapa lo tega ngelakuin ini ke gue?! Gue yakin lo masih punya rasa peduli itu. Lo cuma pura-pura, 'kan? Ya, 'kan!" tanya Hyunjin memaksa, sambil sesekali mencabik seragam Han. "Kenapa lo berubah semenjak nyokap gue meninggal? Apa stigma orang lebih penting dibanding gue?!"

Air mata Hyunjin hampir menetes melihat sorot mata Han yang masih sama seperti dulu, yakni peduli padanya, tapi ia tak mengerti kenapa Han menjauh darinya, bahkan semua orang. Kalaupun mereka memang ingin menjauh, Hyunjin bisa terima, tapi Han? Han adalah teman dekatnya. Sikapnya pernah sehangat Minho. Namun entah kenapa ia bisa berubah secepat itu.

"Lee Hyunjin! Apa yang sudah kamu lakukan pada Han Jisung?!"

Suara tegas dari arah pintu membuat keduanya kompak menoleh. Itu adalah guru BK, orang yang biasanya berkeliling sekolah untuk mengecek ketertiban dan keamanan. Kini ia bergerak untuk memisahkan Hyunjin dari Han.

"Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa wajah kalian lebam-lebam seperti ini?!" tanyanya murka, usai melihat banyak luka di kedua wajah pria itu.

Awalnya keadaan hening, tak ada yang berani menjawab pertanyaan guru itu, sampai suatu ketika Hyunjin terjatuh dan tak sadarkan diri karena penyakitnya. Ia pun dilarikan ke UKS, sedangkan Han tetap di bawa ke ruang BK untuk dimintai keterangan.

"Han, kenapa kamu dan Hyunjin bisa ada di Gudang saat jam pelajaran masih berlangsung?"

Han yang terkenal pintar berbicara, langsung menjawab tanpa kesulitan. "Saya hanya membantu Hyunjin ke UKS karena dia terluka saat pelajaran olahraga, tapi saat di tengah jalan, dia malah minta dibawa ke Gudang dan memukuli saya secara tiba-tiba. Dilihat dari tingkahnya, saya pikir dia sedang dalam pengaruh obat."

Different ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang