part 24

90 6 0
                                    


Rain sudah stand by diatas kasur lebih awal sambil main game dari handphone Divan.

Divan telah selesai dari pekerjaannya. Setelah selesai membersihkan diri, Divan langsung tersungkur diatas tempat tidurnya, tepat disamping Rain. Rain menghentikan gamenya.

"Divann.. Vann.." ucap Rain menepuk-nepuk pundak Divan.

"Hmmm.. apa?" Tanya Divan dengan mengantuk.

"Benarkan posisi tidurmu supaya nyenyak."

" mmm.. mmmm... baiklah.." ucap Divan dengan membenahi posisi tidurnya. Dia tidur tepat disamping kiri Rain.

Rain memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Tidurnya sangat nyenyak. Baik, aku  juga akan tidur." Ucap Rain menyusul Divan tidur dan mematikan lampu kamar.

Pagi tiba, Rain bangun lebih awal. Dia mendapati tangan Divan memeluknya seperti bantal guling saja. Belum lagi tanganya merambat hinggap dileher dekat wajahnya.

Rain terdiam. Dia tidak ingin mengganggu Divan yang masih tertidur itu. Dia kembali tertidur, walaupun hanya pura-pura tidur.

Divan terbangun, melihat posisinya itu Divan langsung bangun dan jadi salah tingkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Divan terbangun, melihat posisinya itu Divan langsung bangun dan jadi salah tingkah. Rain pun ikut terbangun.

"A-ada apa Div?" Tanya Rain.

"Hmm-mm.. tidak ada." Jawab Divan lalu pergi ke kamar mandi.

Handphone Divan berdering. Rain mengecek siapa yang menelfon.

"Han? Siapa dia?" Tanya Rain.

Saat Rain hendak menganggkat telfon itu, Divan langsung merebutnya dari Rain. Rain mengangkat satu alisnya. Sedangkan Divan menghindar jauh dari Rain untuk mengangkat telfonya. Divan turun kelantai bawah dan menjawab telfonnya itu.

"Kenapa kamu menghubungiku lagi? Hah!" Divan langsung nyolot.

"Tenang Van. Aku  ingin menjelaskan tentang kejadian waktu itu. Kamu salah paham." Jawab Han.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi! Hubungan diantara kita sudah berakhir!" Ucap Divan lalu mematikan handphonenya.

Tanpa Divan tau, Rain menguping pembicaraannya dengan Han dari balik tangga. Rain mengintip Divan sedang terpaku dimeja sana. Dia semakin penasaran saja siapa itu Han?

Rain melihat Divan beranjak dari tempat duduknya. Dia segera pergi kelantai atas lagi dan langsung duduk dikasur. Tak lama setelah itu Divan datang.

"Rain, mau ikut ke super market? " Tanya Divan.

Rain menunjukan ekspresi bingung.

"Kamu jangan cemas. Black Angel tidak ada disana."

"Baiklah. Aku  ikut, bosan disini terus." Jawab Rain.

Mereka pergi ke super market menggunakan mobil untuk membeli bahan masakan.

Sesampainya disana, Divan mengeluarkan catatan berisi bahan yang harus dibeli dan membawa sebuah troling belanjaan. Mereka mengelilingi super market dan memasukan satu persatu bahan yang dibutuhkan.

Saat sampai dibagian tempat sayuran, tak sengaja Divan bertemu Han. Mereka saling menatap sekejap. Divan langsung mengalihkan pandangannya dan langsung pergi kearah sebelumnya.

"Tunggu!" Ucap Han dengan menahan troling belanjaan Divan. Sementara Rain hanya memperhatikan tidak tau apa-apa.

"Menyingkir!" Usir Divan.

Han menghiraukan ucapan Divan. Dia memegang erat tangan Divan.

"LEPAS HAN!" Teriak Divan. Dia menebas tangan Han. Divan langsung pergi, lalu diikuti Rain.

Rain sekarang mengerti, "Jadi, Divan itu g-gay?" Gumam Rain dalam hati.

***

Back Jakarta Perum Divan~

Rain dan Divan selesai dengan aktivitas mereka. Mereka berbaring bersebelahan. Baik Rain atau Divan, tidak memakai pakaian dari balik selimutnya itu. Mereka saling menatap dan tersenyum.

Rain tidur diatas lengan kiri Divan. Divan mengelus-elus kepala Rain.

"Ini adalah hari paling membahagiakan. Sudah lama aku  merindukanmu. Kamu ingat waktu aku dijemput kakak ku? Hari itu, kita terpisah!" Ucap Rain.

"Tentu. Itu terjadi saat kita sudah bersama. Yang kami lakukan saat itu juga demi kebaikanmu." Ucap Divan.
Rain menangah keatas sedikit menatap tajam mata Divan.

"A-apa? Kita? Maksudmu, kakak dan kamu? Demi aku?" Tanya Rain terheran-heran.

"Hm-mm, m-maksudku.." Divan menjawab dengan gagap. Rain mencubit hidungnya.

"L-lepaskan R-rain." Suara Divan menjadi aneh.

"Tidak! Cepat jelaskan!"

"B-baik.." ucap Divan, Rain melepaskan cubitannya.

"Duhhh keceplosan lagi!" Gumam Divan dalam hati.

Back Thailand 2 tahun lalu~

Waktu itu ditaman belakang rumah, Rain dan Divan sedang duduk bersama.

"Rain," panggil Divan.

"Hmm.." jawab Rain.

"Kamu sudah cukup lama bersamaku.. hmm, dan kamu tau kalau aku  itu.."

"Gay, iya aku  tau itu."

"Lalu, kenapa kamu tetap bersamaku.."

"Menurutku itu tidak penting. Apakah saat kita nyaman bersama seseorang orang itu harus sempurna?"
Ucapan Rain membuat Divan sedikit heran.

"Apa Rain tau kalau aku  menyukainya? Apa dia tidak akan menerimaku? Atau dia menyukai perempuan?" Tanya Divan dalam hatinya, membuatnya cukup stres.

Rain melambai-lambaikan tangan kedepan wajah Divan.

"Vann.. heii.. kenapa bengong?"

"Eehhh.. tidak."

Divan dan Rain saling menatap satu sama lain. Divan menatap mata Rain dengan dalam dan penuh perasaan. Lalu mulai mengungkapkan apa yang dia rasa.

"R-rain.. sebenarnya a-aku..."

Belum selesai dengan kalimatnya, Rain menutup mulut Divan dengan bibirnya.

Divan berhenti berucap, perlahan dia mulai merasakan sentuhan bibir Rain. Rain tak pandai dalam hal ciuman sepertu itu. Ini pertama kali dalam hidupnya.

Divan membalas ciuman Rain. Sesekali Divan menggigit kecil-kecil dibibir atas dan bibir bawah. Mereka ciuman cukup lama.

Rain melepaskan bibirnya dari bibir Divan.

"A-apa ini berarti kamu.."

"Apa? Tidak bisakah aku  mendapatkanmu?" Ucap Rain memotong pembicaraan Divan.

Mata Divan membulat, wajahnya berseri dan senyumnya lebar.

"Aku  mencintaimu, Rain.." ucap Divan sembari memeluk Rain.

Rain membalas pelukan Divan, itu berarti mereka sah pacaran.

Another Love [🔚] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang