MANUSIA HARUS HIDUP BERSYUKUR, BUKAN UNTUK MENGELUH
Vio
"buah nya pak, buk. Murah aja kok, kalau dengan saya nggak usah mahal-mahal. " mencari uang tambahan sudah gadis ini lakukan saat ia menginjak usia remaja.
Menebar senyuman serta selalu bersemangat tidak membuatnya jatuh begitu saja."Berapaan neng?" seorang wanita paruh baya itu menghampiri gadis berbaju putih kusam dengan setelan rok panjang berukir bunga.
"Ibu mau buah apa dulu nih saya ada jual pisang, jeruk, sama.. Ehh sebentar bu, jeruk saya kok kurang satu sih?" seraya sibuk mencari dia sampai lupa bahwa keranjang yang ia bawa sudah lapuk dan retak. "astaga, sebentar ya bu."katanya sambil menitip keranjang tersebut kepada sang ibu, sementara gadis itu berjalan menuju jeruk yang terjatuh pada hitamnya aspal jalanan.'Cruhhhhhhhs'
jeruk itu hancur terlindas begitu saja.
"Astaga Tuhan, untung cuma jeruknya yang hancur. Untung tangan Vio nggak kenapa-napa." dengan kejadian tersebut tidak membuatnya bersedih, gadis itu kembali pada keranjangnya yang hampir saja dimakan oleh anjing-anjing liar yang tidak tahu darimana asalnya.
"hush-hush-hush, anjing kamu pergi dulu dong. Nanti kalau kamu makan semua aku ga bisa nabung." katanya dengan suara yang melemah, setelah ia membersihkan buah-buah yang terjatuh ia beristirahat sebentar sambil melihat kemana tadi perginya ibu tersebut.
Matanya seperti menangkap sesuatu yang tak asing lagi baginya.
"Agip, Sini." yang dipanggil pun menoleh dan merespon dengan baik.
"Eh, kak Vio. Kakak ngapain disini?" tanyanya sambil meletakan karung yang sudah hampir penuh kebawah kakinya.
"ohh ini, kakak tadi habis jualan. ngomong-ngomong yang disebelah kamu siapa?" gadis berbaju lusuh tersebut benar-benar menunggu jawaban dari bocah kecil itu.
"eghh, dia temenku mulung juga kak, namanya Elis." setelah mengetahui nama tersebut, dengan bersenang hati perempuan itu mengulurkan tangannya dengan cepat. Gadis kecil itu seperti enggan menyambut uluran tangan tersebut. "kenapa?" dia merasa ada yang salah pada tangannya, dia membolak-balikan tangannya dan mencium aroma yang menempel serta berusaha mencari keganjalan yang ada pada tangannya.
Namun gerakannya terhenti melihat Elis seperti membisikan sesuatu kepada Agip.Sekarang hanya ada tawa Agip yang terdengar dilingkungan itu. "Kak, Elis itu malu, dan dia takut kalau tangannya terlalu kotor." seiring nafasnya berhembus melemah, mata sendu itu terlihat kembali menyorotkan kesedihan. Merasa bahwa ia harus kembali bersyukur untuk apa yang dia miliki.
Seketika itu tanpa segan Vio mengambil tangan Elis dan menyatukan pada tangannya. "kamu nggak perlu takut sayang." katanya tulus dengan senyum yang sangat mempesona. "Kalian Sudah makan belum, hum. Kakak ada sedikit buah nih buat kalian, mau nggak?"
Mereka kompak menjawab dengan suara yang lantang karena perut mereka sudah berbunyi sejak tadi siang.
"ngomong-ngomong rumah kalian dimana?" gadis itu berusaha untuk menciptakan suasana ditengah lahapnya mereka menikmati buah pisang yang dia berikan tadi.
"Disana kak, nggak jauh kok" Elis menunjuk kearah barat yang Vio sudah tau kemana arah rumah mereka berada, karena Vio sering melewati itu untuk menjadi jalan pintasnya menuju kesekolah.
"wah, kebetulan banget. kakak juga sering lewat situ, kapan-kapan kakak bakal main ke rumah kalian ya?" katanya memperlihatkan susunan gigi yang rapi.
Setelah mereka menghabiskan buah tersebut, Agip dan Elis langsung berpamitan kepada Vio karena waktu sudah menunjukan jam lima sore, dan mereka diharuskan untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada.
Tak lama setelah itu Vio mutuskan untuk pulang kerumah. Tetapi ia berinisiatif untuk pergi ke kebunnya terlebih dahulu, menaruh sisa buah yang tidak laku seraya membersihkan rumput-rumput panjang yang akan menganggu tumbuhan lainnya.
"Puji Tuhan banget bisa dapat sepuluh ribu. Bisa ditabung deh. Ini mah kalau dipakai untuk jajan bisa buat seminggu" dengan girang ia membuka pintu rumah dan menampilkan sosok Nova yang begitu menakutkan. "Darimana aja lo?"
"Habis jualan, ada apa tante?" ia langsung menyimpan uangnya kedalam saku rok yang ia kenakan.
"LOE TAU NGGAK, PIRING SEBIJI DIDAPUR MASIH ADA, HAHH!!?" sambil menjewer telinga Vio, ia tetap memarahi gadis itu. "SEBAGAI GANTINYA, SINIIN DUIT LOE, CEPETAN!!" tangannya terlalu kaku untuk memberikan uang dua lembar lima ribu tersebut. "CUMA DAPAT SEPULUH RIBU, UDAH BELAGU BANGET LOE, AWAS AJA KALAU RUMAH MASIH GA BERES JUGA, BARANG-BARANG LOE YANG GUE JUAL. NGERTI NGGAK!!" Masih dengan senyum yang sama Vio mengangguk dengan semangat, dan pergi menuju kamarnya.
Dia berjanji akan menjadi gadis yang kuat, menjadi gadis yang pemberani, gadis yang tidak akan pernah menangis, dan Dia akan tetap selalu bersyukur untuk apa yang ia dapat hari ini, karena inilah jalan hidupnya.
Thank you guys for your support, its make me feel better.
Kalian boleh follow akun instagramnya nih
@ketikanginWith love
Myflo
KAMU SEDANG MEMBACA
Inappropriate
Teen FictionBisakah dirimu, kau, atau siapapun mencintaiku dengan tulus? Adakah yang bisa memberitahu padaku bahwa ada satu orang di dunia ini yang benar-benar peduli padaku? Kalau ada, tolong sampaikan padanya bahwa aku sangat mencintai orang-orang itu. Kal...