7

6 4 4
                                    

Cinta itu kita yang menghadirkan.
Jadi kalau sakit hati jangan salahin orang lain ya.

Unknown

****

"bu, tadi setrikaan saya taruh diatas meja di dekat lemari putih ya. Sekarang saya dan Vio harus pamit dulu. Permisi bu." setelah berpamitan kepada Agatha, Mereka bergegas merapikan barang-barang yang dibawa dari rumah.

Sebelum hendak membuka pagar, seorang lelaki memanggil gadis kurus itu dengan lembut.

"Vio, tunggu." sedangkan yang dipanggil hanya menoleh dan menunggu kalimat selanjutnya.

Laki-laki itu segera menghampiri gadis kecil tersebut dan kembali melanjutkan perkataannya.

"hati-hati ya. Kalau kamu kesandung batu, langsung kasih tau aku." Gadis itu binggung apa maksud yang laki-laki itu katakan. "biar batunya aku marahin, kasian kaki kamu, nanti ga bisa sering-sering main kesini lagi." setelah itu dua sejoli tersebut terkekeh bersama, lihatlah Betapa recehnya mereka berdua itu.

"yaudah ya, aku pulang dulu." setelahnya pagar besar dan megah tersebut tertutup dengan otomatis.

Diperjalanan pulang gadis kurus itu bertanya kepada Kalun. Membuat Kalun dengan antusias menoleh kearahnya.
"ibu sudah berapa lama kerja ditempat tante Agatha?"

Tampak sedang berfikir, Kalun mencoba menghitung lamamya ia berkeja dirumah mewah itu. "kalau ibu tidak salah, sudah hampir sekitar 7 tahun yang lalu nak. Ada apa?"

"tidak apa-apa bu. Aku hanya mengingat betapa ramahnya Tante Agatha itu." katanya yang disetujui oleh Kalun.


Sekarang gantian Kalun lah yang bertanya.

"nak, bukan bermaksud bagaimana. Tapi--" Kalun menghentikan kata-katanya.

"ada apa bu?" karena penasaran Vio terus saja mendesak agar Kalun memberitahu apa yang ingin dia tanyakan.

"kamu tinggal bersama siapa, selama ini?" akhirnya setelah gadis itu membujuk Kalun dengan sekeras tenaga, kalimat itu keluar juga dari mulut wanita paruh baya itu.

Gadis itu tersenyum. Manis, benar-benar manis. Bahkan ia sama sekali tidak merasa tersinggung akan pertanyaan itu. Ia bahkan merasa bahagia sekarang. Gadis itu menyimpulkan bahwa ternyata selama ini masih ada seseorang yang peduli akan dirinya.
"hum.. dari Vio masih kecil sampai sekarang, Vio tinggal bersama tante. Yah tidak begitu mewah, tapi itu sudah cukup untuk Vio."

"apakah ibu boleh bertanya lagi, nak?"
Kalun benar-benar ragu untuk bertanya akan hal ini.

"Bu, Vio nggak apa-apa kok. Ibu bisa tanya apa saja seputar Vio." seketika Kalun mengamit tangan keci Vio ke dalam genggaman nya. "lalu, orang tua kamu dimana?"

Senyum ceria itu kini telah luntur setelah pertanyaan yang Kalun lontarkan tadi terucap.
Kalun sudah menduga, bahwa pertanyaan ini benar-benar terlalu sensitif. Namun sepersekian detik lagi senyum itu kembali muncul. "ayah ibu Vio sekarang sudah bersama Tuhan." raut wajah kalun lah yang sekarang berubah.

"maafkan ib---."

"ibu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Kan ibu tadi bertanya, jadi wajar saja menurut Vio."kata-kata apa lagi yang harus ia ucapkan untuk berterima kasih kepada Tuhan karena sudah dipertemukan dengan gadis kuat seperti Vio, dia pantas untuk mendapakan kehidupan yang layak. Ya, Walau ia hanya mendengarkan sedikit pernyataan dari Vio, namun hal itu saja berhasil membuat ia harus meneteskan airmata.

InappropriateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang