8

4 4 2
                                    

Aku masih kuat,
Aku masih mampu, dan aku akan tetap berdiri.

Vio

*****

"bu, pak. Terima kasih karena sudah memperbolehkan saya untuk dua hari ini menginap dirumah kalian. Saya benar-benar berhutang budi." Suryo dan Kalun tersenyum dengan manis, mereka juga begitu bersyukur bisa mengenal gadis kuat bernama Vio ini.

"nak, kapanpun kamu boleh datang kesini. Kami akan selalu menyambut kehadiranmu." pernyataan itu disetujui oleh Kalun dengan sebuah anggukan berulang.

Setelah menyalami Suryo, Kalun, dan Elis. Ia langsung bergegas pergi dan memakai sendal jepit kebanggaannya.

Di hari yang masih gelap ini, dia harus bangun untuk segera mempersiapkan diri agar bisa kembali ke sekolah dengan semangat penuh. Menempuh perjalanan yang lumayan jauh sudah biasa bagi Vio. Bahkan ia sampai melupakan kebun yang sudah tidak terawat selama tiga hari belakangan ini namun beberapa menit kemudian Ia berencana untuk membawa buahnya ke sekolah agar bisa dijual bersamaan dengan dagangan dikantin yang lain. 

Sesampainya didepan rumah, ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Namun tak ada sahutan dari dalam rumah, ia mencoba membuka pintu perlahan agar tidak membangunkan Nova sepagi ini.

Ia terkejut. Rumah itu benar-benar berantakan. Piring dimana-mana, baju kotor berserakan, bahkan rumah ini hampir mirip dengan kapal pecah yang tidak pernah dirapikan..

Jam 4 pagi ini, ia habiskan untuk merapikan semua sudut rumah dengan benar, bahkan menyempatkan diri untuk sedikit mengepel lantai rumah yang kini telah berserakan bumbu-bumbu makanan lama.

Ia membuka kulkas dengan perlahan, dan yang ia dapat hanyalah sekantung plastik beras kecil yang berada dibagian bawah kulkas.

Dan lagi-lagi ia harus membuka harinya dengan sepiring nasi goreng bahkan tanpa bumbu lengkap. Tidak masalah, ia akan bahagia walau dengan keadaannya yang sekarang.

Ia berjalan membawa piringnya dengan pelan ke arah meja makan.
Namun setelahnya ia terkejut melihat penampilan Nova yang kini lebih berantakan dari rumah sebelumnya.

Rambutnya yang kusut, kulitnya seperti tidak terawat, dan baju yang terlihat sudah sangat kotor.

"LOE KEMANA AJA HA, UDAH BERANI KABUR. KALAU MAU KABUR KENAPA BARANG-BARANG LO MASIH DITINGGAL
CUMA JADI SAMPAH AJA DIRUMAH INI." gadis itu tidak menjawab pertanyaan maupun pernyataan yang terus dilontarkan oleh Nova. Ia hanya tersenyum, karena sekarang hanya itulah yang bisa dia lakukan.

"Tante, baju nya diganti ya. Tadi aku sudah nyuci juga. Nanti Vio bakal belanja, jadi sarapan pagi kita makan nasi goreng dulu aja ya." ia bergegas menyusun bukunya dengan rapi.

"gak, gausah urusin gue. Gue bisa pesen makanan sendiri. Dan ingat gue bukan anak kecil lagi." ia tak bisa membantah sekarang, ia hanya bisa menuruti semua yang Nova mau dan segalanya akan berjalan dengan lancar.

Ia menyempatkan diri untuk singgah sebentar mengambil buah-buah yang masih segar untuk dijual di sekolahan.

Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjual buah-buah yang ia bawa dari kebun.

InappropriateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang