9

2 2 2
                                    

Lakukan yang terbaik, walau mereka tak memberimu hal yang sama.
Tetaplah jadi yang terbaik.

Unknown.

*********
Hari ini Vio telah berjanji akan memberi Elis dan Agip pelajaran tambahan didekat pantai.

Namun sebelum itu ia membawa kembali beberapa buah-buah untuk dijualnya agar bisa mendapatkan uang belanja nantinya.

Ia hanya membawa 2 sisir buah pisang dan beberapa buah jeruk.

Seraya menyusuri jalan, ia terus mempromosikan buah-buah nya dengan suara yang besar.

"Buah nya pak, buk. Murah aja." namun tak satupun dari mereka yang ingin membeli hasil tanaman Vio di setiap bulannya, mereka hanya sekedar lewat dan bertanya tentang harga.

Setelah kakinya mendarat di tepian pantai, ia melihat kekanan dan kekiri berharap agar dirinya segera menemukan orang yang sedari tadi ia tunggu.

Tak lama kemudian dua suara anak kecil yang tak asing lagi memanggil namanya.

"Kak Vio!" dengan lantang mereka berteriak, membuat sang guru baru terkejut.

"Ya ampun, kalian ini buat kakak khawatir aja. Kalian dari mana?" sedangkan yang di tanya hanya mengedikan kedua bahu nya dan meletakan kantong plastik berisi buku tersebut di senderan batang pohon.

Vio lupa, bahwa jam segini adalah waktu mereka untuk menyisihkan barang-barang bekas yang nantinya akan dijual.
Tak mau menunggu lama, Vio menggelar beberapa helai daun pisang yang ia bawa dari kebunnya untuk menjadi alas duduk mereka.

Setelah semuanya rapi, Vio meletakan keranjang buah nya ditempat yang sudah bersih dan menawarkan kepada mereka berdua.

"Kalian mau nggak, tadi kakak bawa pisang sama jeruk dari kebun. Kalau kalian lapar, silakan dimakan aja. Jangan sungkan-sungkan ya. Soalnya kalian sudah kakak anggap seperti adik kandung sendiri kok." mendengar penuturan Vio, menuntut Agip untuk menanggapi kalimat tersebut.

"Kakak juga sudah Agip anggap sebagai kakak sendiri, dari dulu Agip selalu pengen punya kakak, tapi Ibu sudah pergi sama Tuhan waktu ngelahirin Agip." suaranya melemah diakhir kalimat membuat Elis mengusap pundak Agip dengan lembut.

Sekarang giliran Elis yang membuka suara, namun suaranya benar-benar sudah goyah. "Dulu Elis punya kakak, tapi.." ucapannya terhenti dikarenakan Elis menangis ditengah Ucapannya. Ntah mengapa hanya kalimat pendek yang gadis itu ucapkan begitu sensitif bagi kedua anak ini.

Vio terlihat binggung seketika, ia memeluk mereka berdua dengan erat, namun hal itu hanya membuat mereka berdua semakin menangis.

Ia melepaskan pelukan tersebut dan mencari cara lain untuk menghibur mereka.

Ia mengambil satu pisang lalu dikupasnya, setalah itu dia berdiri dan bergoyang memperagakan sebuah monyet lucu. Tangisan itu berhenti dan membuat kedua bocah tersebut tertawa.
I

a bersyukur dengan talenta memiliki anggota tubuh yang lengkap ia bisa menghibur kedua bocah itu.

Merasa lelah, Vio mengistirahatkan tubuhnya dan kembali menanyakan tentang pelajaran mereka disekolah.

"tadi kalian disekolah belajar tentang apa?" pertanyaan itu seolah mengingatkan Elis dan Agip akan tujuan utama mereka datang kemari.
Mereka bergegas membuka kantong plastik itu dan mencari halaman terakhir yang mereka pelajari.

InappropriateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang