Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Buat mba /mas kalau gak suka bahasa non baku ya gak usah dibaca kita kagak maksa buat baca loh, ini gara" ente Mela sempat mau berhenti 😑saya kasih tau aja mbak/masnya bikin kek gini emang kagak berfaedah tapi itu merupakan salah satu kegiatan bermakna bagi para author sekalian tempat cari teman, elah kampret bangetlah emosi kan gw 😑😑😑
Ss-an diatas gak sengaja Mela liat waktu meriksa komen" readers, bodoamat kalau ada yang ngira kita caper serah lo mau ngomong apa, nama gak diliatin karena Mela yang minta. Dah ya bye
"Hai, masih ingat denganku?"
"Sok kenal, apaan dah gak jelas lo."
"Boleh ikut duduk?"
"Duduk aja keles, gue juga udah mau pergi."
"Temani aku duduk."
"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue, sorry ya gue sibuk."
"Aku? Aku ini Saudaramu."
Kedua tangan Seulgi terkepal erat, rahangnya mengkatup menahan emosinya.
"LO BUKAN SIAPA-SIAPA GUE. GUE DAN LO GAK ADA HUBUNGAN DARAH APAPUN, SIALAN!!!"
Setelah emosinya meluap, Seulgi meninggalkan taman dan berlari pulang.
"Kamu kena... Gi, kok nangis?"
"Bawa gue pergi jauh Rene, mereka cuman mau bikin gue sengsara, gue benci sama mereka."
Irene yang membukakan pintu, dibuat kaget karena Seulgi tiba-tiba memeluknya dan Irene merasakan basah di bahunya akibat air mata Seulgi.
Kedua tangan Irene mengelus punggung serta kepala Seulgi.
"Jangan menangis, nanti mereka ngeliat malah mereka senang karena ngeliat kamu menderita. Masuk gih, aku ada urusan di kantor."
"Ikut~~"
"Tiba-tiba?"
"Pokoknya gue ikut."
"Oke, sana kamu ganti baju dulu."
"Jangan pergi dulu, awas aja kalau ninggalin gue."
"Bawel, cepetan sana ganti baju."
"Iya-iya."
Lisa sedang kebingungan karena dia disuruh oleh Nyonya Manoban untuk membeli beberapa bahan dapur yang ada di rumah, dan baru kali ini Lisa yang membeli makanya dia bingung.