👑 LEALDIRAJA 👑
"Em.. permisi, apa Raja yang kalian maksud itu gua?" tanya Raja yang sekarang berdiri di belakang Rin dan Ara.
Cowok itu berjalan beralih posisi menjadi di samping meja mereka.
Rin dan Arabelle ternganga tak bisa berkata-kata, sedangkan Rivaldi hanya bisa menunduk memejamkan mata sambil memijit pangkal hidungnya.
Berbanding terbalik dengan Malea yang terkesima melihat ketampanan Raja dari dekat. "Kak Raja ganteng banget, cocok jadi seme," frontal Malea.
"Makasih pujiannya, tapi apa itu seme?" Raja bertanya bingung.
"Jadi Kak, seme itu-hemp!"
Belum selesai bicara, Rivaldi membekap mulut Malea dari belakang seolah sedang memeluknya.
"Udah bang, jangan didengerin omongan mahluk ini, btw thank's tisunya kemaren," ucap Rivaldi memaksa Malea berdiri dan pergi dengan posisi masih membekap mulut Malea, tak lupa memeluk perut teman sejak kecilnya itu, untuk memastikan agar tawanannya tidak lepas.
Rin dan Arabelle ikut menyusul Rivaldi, sedangkan Raja hanya bisa menatap heran keempat adik kelasnya itu.
"Hoi, Ja! Balik yuk!" ajak seorang cowok menyadarkan Raja.
"Oh, Dante?"
Cowok yang dipanggil Dante itu mengerutkan dahi. "Lo abis kesambet atau gimana?" Dante bertanya saat melihat ekspresi Raja yang agak linglung.
"Enggak, gue barusan ketemu adek kelas aneh," balas Raja asal menepis segala pertanyaan absurd di kepalanya.
Mendengar jawaban itu Dante ber-oh-ria sambil mengangkat alisnya. Tak terlalu mengambil pusing maksud ucapan Raja.
Lagi pula bukan urusannya juga, hidup itu mudah kalau tidak suka mencampuri urusan orang lain.
°•.•°🍁°•.•°
"Lea, dengerin gua baik-baik!" ucap Rivaldi dengan raut wajah serius.
Malea mengangguk patuh dengan wajah antusias, menunggu apa yang akan disampaikan Rivaldi.
"Lea, sekarang udah waktunya, jadi izinin gua buat masuk ke kamar lo," pinta Rivaldi membuat Malea membelalakkan matanya was-was.
"Lo mau ngapain Al?" Malea merentangkan kedua tangannya menahan Aldi yang berniat membuka pintu kamarnya.
"Mau razia," ucap Rivaldi datar sambil meraih pegangan pintu.
Malea tahu jika razia yang dimaksud Rivaldi adalah menyingkirkan semua barang-barang Malea yang berbau bl agar cewek itu lekas bertaubat.
"NOOO!!" Malea berusaha menangkis tangan Rivaldi panik.
Rivaldi terus menerus mencoba meraih knop pintu dibelakang Malea, tentunya Malea tak akan membiarkan itu terjadi.
Dak!
Kali ini tangan Rivaldi tidak mengarah pada knop pintu, tapi telapak tangan itu mendarat di pintu tepat samping telinga Malea.
Mendadak keadaan di sana berubah, sunyi, Malea berhenti bergerak, bahkan lupa bernafas cewek itu sedikit melirik tangan Rivaldi yang berada di sisi kirinya.
Saat menatap Rivaldi mata mereka bertemu, dengan gelisah tangan Malea merayap meraih knop pintu kamarnya. Jantunng Malea berdetak gila-gilaan saat ini.
Entah setan mana yang merasuki Rivaldi, tatapan cowok itu terkunci beberapa saat pada bibir merah mudah Malea sebelum menyadari raut wajah cewek itu.
Cairan bening keluar dari mata Malea membuat Rivaldi langsung mundur, memberi ruang di antara mereka.
"Eh?" Malea memasang wajah bingung sekaligus takut.
"Lea, lo oke? Maaf, gua gak maksud tadi," ucap Rivaldi panik.
Malea masih pada posisinya, meanatap kosong kedepan, gadis itu berusaha mengatur nafasnya, dia ketakutan, kakinya lemas, hampir saja dia terjatuh, untungnya Rivaldi menahan kedua pundaknya.
Setelah mendapat kekuatannya kembali Malea melepaskan genggaman Rivaldi dan menjauh darinya.
"Tadi, gua ah- gausah dipikirin," ucap Malea kaku di akhiri kekehan. Cewek itu mengusap kasar air matanya yang sempat keluar.
Canggung.
Belum pernah mereka merasa secanggung ini, terlebih lagi rumah Malea sangat sepi.
Ayahnya baru akan pulang malam, ibunya sudah meninggal saat Malea masih SD selain mereka tak ada lagi yang menghuni rumah ini.
"A-Aldi, lo mau minum apa?" tanya Malea memecah keheningan.
"Ah-apa yang ada aja," jawab Rivaldi kaku.
"Oke, tunggu aja di ruang tengah ya!" Sejurus kemudian Malea berjalan menuju dapurnya.
Sebenarnya Rivaldi sudah biasa mengambil makanan atau minuman apapun semaunya. Rumah Malea sudah seperti rumah Aldi sendiri sejak dulu, begitu juga sebaliknya.
Malea hanya mencoba menenangkan dirinya dengan kabur dari Rivaldi meski hanya sejenak, Rivaldi mengerti akan hal itu, maka dari itu dia tidak berusaha mengejarnya.
Di sisi lain Rivaldi mengusap wajahnya kasar dan berjongkok sambil bersandar pada tembok kamar Malea.
"Apa yang lo pikirin sih Al? Argh!" bisiknya menggeram kesal pada diri sendiri diikuti hembusan nafas kasar.
Dia sadar jika dirinya baru saja membuka kembali trauma Malea yang mereka sembuhkan dengan susah payah.
[To be continue]

KAMU SEDANG MEMBACA
LEALDIRAJA
Fiksi Remaja[Repost, Stuck] Pernah gak naksir sahabat sendiri? Tapi apesnya cewek yang kamu taksir cuma menganggap kamu sebagai sahabatnya, permanen pula! Eh.. Malah muncul cowok lain yang berusaha deketin dia. Lebih parah lagi cewek yang kamu taksir itu fuj...