7. Suka?

87 38 8
                                    

👑LEALDIRAJA👑

Rin
|Jaga Malea jangan sampe lecet
|Awas aja kalo lo buat nangis lagi!

Rival
Iya iya, jangan kuatir|
Lea aman sama gue|

Setelah membalas pesan singkat Rin, Rivaldi menyimpan smartphone-nya dalam saku.

Rin dan Arabelle baru saja mengunjungi mereka dan membawakan tas dua manusia itu, namun hanya dalam waktu singkat mereka pamit pulang.

Kini keduanya kembali dilanda kecanggungan.

Bel pulang sekolah memang sudah berbunyi lima menit yang lalu, tapi Malea dan Rivaldi masih anteng di dalam UKS.

"Lea, lo.., udah baikan?"

Pertanyaan yang dilontarkan Rivaldi terdengar begitu kaku.

"Em..., u-udah mendingan sih, tapi masih agak pusing," Malea menjawab dengan gugup.

Cewek itu bahkan tidak tahu mengapa dia harus gugup seperti itu.

"Lea."

"I-ya," balas Malea.

Karena tidak menemukan topik yang tepat akhirnya Rivaldi mengeluarkan sebuah ajakan.

"Pulang yuk!"

"Ayo!"

Dan lagi, kesunyian kembali menyelimuti.

Srek!

"WOII, VAL!"

Panggilan itu membuat Malea dan Rivaldi menoleh pada sosok yang baru saja menyibak tirai.

Dia Reza.

"Val, lo lupa hari ini kita latian?" tanya Reza. "Coach nyariin lo tuh," lanjutnya.

Rivaldi baru ingat jika dia ada jadwal latihan. "Ah, sorry gua lupa."

Reza melirik Malea, Rivaldi mengikuti arah pandangan Reza. "Le, kayaknya lo pulang dulu aja deh, biar gue telpon mama gue buat jemput lo." usul Rivaldi setelah berpikir keras.

Perlombaan basket sudah dekat, dia sebagai kapten basket tidak bisa meninggalkan kewajibannya begitu saja, namun dia juga berat untuk meninggalkan Malea.

"Kalo gua nungguin lo main basket ga apa kan?" tanya cewek itu. "Tante Catherine pasti masih sibuk sama tokonya," tolak Malea menyebut nama Bunda Rivaldi.

Rivaldi membuka mulut namun belum sempat bicara karena Reza menyela, "Boleh dong!"

Rivaldi menatap galak pada temannya itu.

"Malea cuma mau nonton, ga masalah kan?" bela Reza. "Yakali lo biarin cewek sakit pulang sendirian."

"Oke deh, tapi lo duduk aja, jangan ngapa-ngapain, kalo pusing, mual, sakit, atau apa aja langsung bilang, paham?"

Malea tersenyum memandang Rivaldi. "Oke, faham," cewek itu mengangkat tangannya membuat tanda OK.

Rivaldi menepuk puncak kepala Malea sekilas lalu menggandeng tangan cewek itu.

Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil.

Reza yang merasa menjadi obat nyamuk mendesah malas. "Val, gua duluan ya! Lo juga buruan ganti keburu kena hukum coach," pamit cowok itu sebelum berlari keluar UKS.

°•.•°🍁°•.•°

Malea menunggu Rivaldi di tribun penonton sambil memakan cemilan.

Perlu diingat Malea selalu membawa berbagai jenis snack dalam tas sekolahnya, jika dia lupa maka Rivaldi akan dengan senang hati membelikan cewek itu snack.

Lama memandang Rivaldi, Malea teringat kejadian yang membuatnya menghindari cowok itu.

Ia sedikit merasa bersalah, karena traumanya dia memperlakukan sahabat baiknya seperti itu, ini membuat nafsu makannya menghilang seketika.

"Hai, Malca ya?" tanya cowok yang baru saja duduk di Sebelah Malea.

Malea menoleh sedikit terkejut, seperdetik kemudian Malea mengukir senyuman. "Eh kak Raja, apa kabar?" tanya Malea basa-basi.

"Gua baik, kan tadi kita ketemu, lagian harusnya gua yang tanya gitu, lo udah baikan?"

Malea nyengir lebar. "Udah kok, gua sehat wal'afiat."

Melihat senyuman Malea Raja ikut tersenyum. "Syukur deh, lain kali hati-hati ya, jangan bengong mulu!" kata Raja menasehati.

Malea mengambil posisi tangan hormat. "Siap senior!" Tentunya lengkap dengan cengiran.

Raja terkekeh karena tingkah cewek itu. "Lo lucu tau gak," ungkap Raja membuat Malea kembali nyengir lalu mengucapkan terimakasih.

"Oh iya, kakak ga ikut latihan? Kok di sini?"

"Enggak, kelas 12 udah mulai fokus ujian,  jadi kita cuma mampir aja sesekali."

Malea mengangguk-angguk paham. "Kakak mau chips ga?" tawar Malea menyodorkan makanan yang ia bawa.

"Gua ambil ya," izin Raja memasukkan tangannya pada bungkus plastik yang Malea sodorkan.

"Silahkan yang mulia Raja," canda Malea dibalas kekehan oleh Raja.

"Lea, kayaknya kemanapun lo pergi, lo cuma tebar kebahagiaan," ungkap Raja sebelum memasukkan chips dalam mulutnya.

"Ya bagus dong, artinya gua itu positif dan membawa berkah," balasnya setengah bercanda.

"Btw kak, menurut kakak nih ya, Aldi tuh orang nya kayak gimana?" tanya Malea tiba-tiba.

"Aldi? Anak kelas gua?" Raja kembali bertanya.

"Eh? Bukan, bukan," sergah cewek itu. "Maksud gua tuh Rivaldi kak."

Saat mendengar nama itu seketika suasana hati Raja sedikit menurun, entah apa alasannya yang jelas dia tidak suka, namun dia tetap mengungkapkan pendapatnya.

"Oh, Rival, anaknya baek sih, basketnya jago, ramah, gampang berbaur, positif lah auranya." Raja mengungkapkan semua itu sambil menatap sosok yang sedang bermain basket di bawah.

Malea setia meneliti raut wajah Raja yang sedang memperhatikan Rivaldi.

"Terus kak Raja suka gak sama dia?" tanya Malea membuat Raja menoleh menampilkan raut wajah bingung.

Sebenarnya sekarang, Raja sedikit tidak menyukainya, namun dia menelan ketidaksukaan itu dan mencampur kebohongan falam jawabannya.

"Suka-suka aja sih, 'kan anaknya baek, menghormati senior juga," jawabnya setengah jujur.

Namum Malea adalah Malea, otaknya tidak bekerja seperti manusia pada umumnya.

"Oh, seperti itu." Malea berucap sambil tersenyum ambigu.

[To be Continue]

LEALDIRAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang