Huang renjun hanya bisa pasrah dan juga menangis saat dirinya dirias. Yah renjun harus menikah dengan Lee jeno, kekasih dari park siyeon, yang tak lain adalah sepupunya.
Renjun baru saja pulang dari China, dia baru saja lulus s2. Renjun kembali ke Korea karena ia merindukan sang paman dan juga bibinya yg selama ini sudah merawat dirinya.
Renjun seorang yatim piatu, ayah dan juga ibunya meninggal saat renjun masih berumur satu tahun. Sejak saat itu, renjun diasuh oleh adik dari ibunya, Park doyoung.
Hari ini seharusnya adalah hari pernikahan sepupu renjun, park siyeon dan juga kekasihnya Lee jeno. Tp siapa sangka, siyeon pergi tanpa izin karena masih ingin mengejar mimpinya menjadi seorang aktris. Dan renjun lah yg menggantikannya karena renjun tidak mau sang bibi dan juga pamannya menerima malu.
Jeno saat ini berada diatas altar dengan pandangan yg sulit di artikan. Dia sungguh merasa marah dan juga kesal pada siyeon, mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun dan dihari pernikahan mereka dia justru pergi tanpa izin.
Pernikahan itu pun berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Jeno mengecup singkat bibir renjun dan menatapnya dengan sangat dingin dan juga datar.
Saat ini keluarga mereka semua menginap di hotel karena acara selesai tengah malam.
Renjun memutuskan untuk mandi terlebih dulu karena merasa sangat gerah. Didalam kamar mandi renjun merenungi semuanya, sebenarnya renjun ingin mengejar mimpinya sebagai jaksa, namun paman dan bibinya lebih penting dr cita citanya itu.
"Jeno, kau mau mandi juga?" Tanya renjun.
"Bukan urusanmu." Jawab jeno dingin.
"Sabar renjun, bagaimanapun jg sekarang dia adalah suamimu, dan kau harus mengabdi padanya." Gumam renjun.
Setelah selesai mandi, jeno membaringkan tubuhnya diatas sofa. Hal itu tentu saja membuat renjun bingung.
"Jeno, mengapa kau tidur di sofa, badanmu akan sakit semua." Ucap renjun yg tidak dijawab oleh jeno.
"Tidurlah disini, ranjang ini cukup besar dan muat untuk dua orang." Lanjut renjun.
"Kau kira aku mau tidur denganmu. Cihhh, jangan bermimpi." Jawab jeno ketus dan juga dingin.
Renjun hanya bisa menghela nafasnya kemudian berbaring dan memejamkan matanya. tubuhnya begitu lelah dan meminta untuk segera di istirahatkan.
Renjun berharap suatu saat nanti jeno mau menerima dan menghargainya sebagai seorang suami. Karena bagi renjun pernikahan itu suatu hal yg sakral dan hanya satu kali di dalam hidupnya.
Renjun bangun pagi pagi sekali dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia hanya bisa menangis mengingat bagaimana dinginnya sikap suaminya itu.
"Mengapa semuanya terjadi padaku, aku hanya ingin menikah dengan orang yg tulus mencintaiku hiks." Gumam renjun.
Karena merasa sudah terlalu lama didalam kamar mandi renjun pun memutuskan keluar. Dia melihat jeno yg masih tertidur, renjun pun berniat untuk membangunkan suaminya.
"Jeno bangunlah, ini sudah pagi." Ucap renjun pelan.
Karena merasa terusik, jeno pun bangun dan langsung berjalan menuju kamar mandi menghiraukan keberadaan renjun.
"Sabar renjun, ini baru awal." Gumam renjun menguatkan hatinya.
Renjun pun memilih untuk membereskan tempat tidur hotel itu.
"Bersiaplah, kita akan segera pergi." Ucap jeno yg lagi lagi terkesan sangat dingin.
Setelah mereka selesai berkemas, jeno membawa renjun ke sebuah rumah yg cukup besar.
"Ini rumah siapa Jen?" Tanya renjun.
"Harusnya ini menjadi rumahku dan juga siyeon, tp sialnya aku justru menikah denganmu." Jawab jeno.
Deg, ucapan jeno tadi sungguh menyakiti hati dan juga perasaannya. Renjun tau jeno tidak menyukainya, tp haruskah ia sekasar itu terhadapnya.
"Ayo, itu adalah kamar kita." Ucap jeno.
Setelah selesai membereskan pakaiannya dan juga pakaian jeno, renjun pun keluar dari kamarnya. Dan jeno sudah pergi entah kemana.
"tuan makanlah. Tuan jeno sudah menunggumu di meja makan." Ucap seorang asisten rumah tangga yg memperkenalkan dirinya sebagai bibi Kim.
Renjun pun mengangguk dan menghampiri suaminya untuk makan bersama.
"Renjun, aku harus pergi ke kantor sebentar. Ada pekerjaan yg harus aku tangani." Pamit jeno.
Renjun tentu saja mengijinkan.
Bagi yg bertanya mengapa jeno sedikit baik pada renjun, jawabannya adalah karena jeno mendengar tangisan renjun dikamar mandi hotel. Sebenarnya jeno sudah bangun dan saat ingin ke kamar mandi jeno mendengar renjun menangis. Setelah ia mendengar semuanya jeno kembali ke sofa dan pura pura masih tidur.
"Ini bukan kesalahannya, dan aku harus mencoba untuk menerima." Batin jeno.
Setelah selesai makan, renjun memilih untuk berkeliling rumahnya. Dan betapa sakit hatinya saat melihat foto suami dan juga sepupunya yg terlihat mesra itu masih terpajang di dinding ruang tengah. Renjun pun mengambilnya dan menggantinya dengan foto pernikahannya dengan jeno.
Pukul lima sore jeno kembali ke rumahnya. Dia sangat marah saat melihat fotonya bersama siyeon sudah tidak ada dan justru diganti dengan foto pernikahan yg sama sekali tak diinginkannya."Siapa yg berani mengganti fotoku dan siyeon." Kesal jeno.
"Jeno, tp aku adalah suamimu, dan tidak seharusnya kau memajang foto orang lain." Jawab renjun.
"Kau, berani sekali kau!" Bentak jeno.
"Jeno aku tau kau tidak menyukaiku, tp bisakah kau menghargai ku sedikit saja." Ucap renjun dengan air mata yg hampir jatuh membasahi pipinya.
"Aku memang menerimamu, tp jangan berharap jika aku akan mencintaimu. Itu tidak mungkin." Ucap jeno dan pergi berlalu meninggalkan renjun yg masih terdiam dengan tangisannya.
.
.
.
aku publish ulang, tapi aku ganti ke bxb. jadi kalau misalkan ada yg masih typo maafin ya 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Renjun ✔✔
FanfictionRenjun harus menggantikan posisi sepupunya untuk menikah dengan orang yg bahkan tidak dikenalnya. Bijaklah dalam memilih cerita. Mengandung sedikit konten dewasa. Ini hanya cerita, tolong jangan membawanya ke dunia real. bxb