Part 8

1.5K 138 62
                                    

Nenek dan ibu Lee Gon sedang berbincang di Pavilion ibu Suri. Jamuan pesta penyambutan Sukwon memang masih berlangsung. Hanya saja untuk mereka berdua yang sudah semakin berumur jamuan tersebut jelas membuat mereka cepat lelah. Maka dari itu nenek dan ibu Lee Gon mengundurkan diri terlebih dulu dan membiarkan mereka yang Masih muda melanjutkan jamuan.

Nenek Lee Gon menyesap ramuan herbal yang baru saja diberikan oleh dokter istana, " Eomma Mama, sejak tadi saya perhatikan wajah anda seperti khawatir akan sesuatu. Apa ada sesuatu yang kurang nyaman?".

Nenek Lee Gon menghela napasnya berat, " entahlah, perasaanku melihat Hwanghu* Dan Sukwon membuatku sedikit khawatir. Aku jadi mengingat kembali perhitungan Saju Sukwon dan Gunghap antara Pyeha dan Sukwon".

Nenek Lee Gon berhenti sejenak menarik napas berusaha mengingat semuanya, " kau pasti Masih ingat apa Yang dikatakan oleh Kepala Gwansanggam* bukan?"

Ibu Suri Park menarik napas dalam mencoba mengingat segala perkataan Gwansanggam sebelum pernikahan Tae Eul dan Lee Gon. "Perhitungan Saju* Sukwon, Palja*nya menunjukkan bahwa ia akan menjadi orang yang berpengaruh, bijaksana dan begitu dicintai oleh Pyeha dan Rakyat. Gunghap mereka juga sangat harmonis, bahkan Sukwon bisa saja melahirkan putra. Aku hanya khawatir jika Sukwon melahirkan putra dan putranya itu ditunjuk menjadi Taeja*. Pasti akan ada gesekan di Dalam Naemyeongbu, terutama untuk Tahta Bulan. Kau tau bukan HwangTaehu, bahwa Sukwon berasal dari Klan yang kuat dan berpengaruh, baik dari pihak ayah maupun ibunya".

Ibu Lee Gon yang sejak tadi mendengarkan perkataan ibu mertuanya itu akhirnya buka suara, " saya mengerti kekhawatiran ibunda, aku juga sempat berpikir seperti itu. Dengan pengaruh yang besar seperti itu, pasti Sukwon akan mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Dan aku yakin juga akan banyak orang yang ingin mengambil keuntungan dengan mendekati Sukwon. Tapi saya percaya bahwa Sukwon dan keluarganya tidak akan melakukan hal yang bisa merugikan dirinya apalagi Pyeha. Anda jangan khawatir lagi ibunda, saya khawatir jika ibunda terlalu memikirkannya akan berdampak pada kesehatan ibunda".

" Baiklah, aku juga berharap seperti itu. Dengan adanya Sukwon aku berharap bahwa Pyeha akan semakin kokoh Di tahtanya".

***
Cuaca dimalam ini cukup dingin, namun di dalam pavilion Sukwon suasananya seakan berbeda. Lee Gon yang seketika melihat istrinya keluar dari kamar mandi dengan Sokgot tipisnya dan rambut hitam panjangnya yang terurai. Sesaat setelah melihat pemandangan istrinya dengan penampilan seperti itu, pertahanan dirinya runtuh sudah. Iris matanya menggelap dengan gairah yang tiba-tiba ia rasakan. Melihat istrinya itu, Lee Gon lantas menarik pinggangnya dan tanpa basa-basi melumat bibir Tae Eul.

Tae Eul yang mendapat perlakuan seperti itu dari suaminya terpekik kecil, tangannya terkunci di antara pelukan suaminya yang posesif ditubuhnya. Lee Gon melumat bibir istrinya, seperti tidak ada Hari esok. Tangannya dengan posesif merengkuh pinggang istrinya sedang yang lain merengkuh tengkuknya memaksa ia untuk semakin dalam mencium istrinya itu. Dan ketika lidah Lee Gon mulai memaksa untuk semakin mendesak kedalam kehangatan ciumannya, Tae Eul dengan segenap kekuatan nya menahan tangannya dan sedikit mendorong Lee Gon, " Pyeha..", desah Tae Eul diantara lumatan suaminya itu.

Merasakan dorongan tangan Tae Eul didadanya, Lee Gon segera tersadar ditambah dengan panggilan istrinya itu, ia mencoba mengendalikan dorongan hasratnya yang meluap. Lee Gon melepas ciumannya, ia meletakkan keningnya dikening Tae Eul. Napas keduanya sama-sama memburu, efek dari ciuman tadi.

Manik mata Lee Gon menatap wajah istrinya yang terlihat panik namun semburat merah itu tidak bisa tersembunyi dari pipi istrinya yang begitu putih. Ia mendekap Tae Eul seperti takut jika ia melepaskan istrinya, ia akan roboh. Lee Gon sedikit melonggarkan rengkuhannya, " maafkan aku Sukwon, aku sempat tidak bisa mengendalikan diriku".

The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang