Gadis bernama Ayra itu sedang asyik-asyiknya menonton televisi di ruang tengah. Sambil memeluk boneka panda miliknya, Ayra begitu fokus menonton film hingga tak sadar akan hal di sekitarnya.
Dari sejak awal menonton, Ayra sudah tertarik untuk terus mengikuti film itu hingga berakhir. Bahkan ia sampai tak menyadari bahwa saat ini sudah larut malam.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan lewat limabelas menit, tapi netra Ayra masih tertuju pada layar televisi yang menyala. Jika bukan karena iklan pandangan gadis itu tidak akan beralih sedetik pun.
Namun tiba-tiba saja televisi yang Ayra tonton mendadak mati. Gadis itu tertegun dan langsung menyadari keberadaan Reyhan yang berdiri didekatnya sambil membawa remote.
"Kok di matiin?" tanya Ayra dengan perasaan tidak rela.
"Udah malem. Waktunya tidur," kata Reyhan seraya menaruh remote yang dipegangnya di meja.
Ayra melihat ke arah jam dinding yang terdapat di ruangan itu, dan ia terkejut saat mengetahui bahwa sekarang sudah pukul sembilan lebih.
Namun setelah Ayra mengetahui hal itu, bukannya sadar ia justru malah merengek. "Tapi filmnya belum selesai, Kak. Aku mau nonton sampe selesai ...."
"Ayra ... besok kan sekolah, jadi tidurnya harus tepat waktu. Biar gak ngantuk dan gak kecapean." Reyhan memberi pengertian pada Adiknya dengan kata-kata yang lembut.
Pada akhirnya Ayra pun hanya bisa pasrah. Tidak mungkin ia menentang perintah Reyhan hanya karena sebuah film. Lagipula apa yang Kakaknya katakan itu memang benar, demi kebaikan Ayra juga.
"Yaudah deh. Tapi aku mau ke dapur dulu, mau minum." Gadis itu lantas beranjak dan menaruh boneka panda miliknya di sofa.
"Hati-hati turun tangganya," kata Reyhan.
Ayra hanya mendengar tanpa merespon. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Rasa kantuk yang mulai menghampirinya, membuat gadis itu menguap dengan mata yang semakin menyipit.
Pada saat itu Dita masih berada di dapur dan tengah merapikan peralatan masak yang berantakan. Ayra tidak tau bahwa Mamanya baru saja mengepel lantai dapur yang kotor akibat terkena tumpahan tepung.
Alhasil, ketika Ayra menginjak lantai yang masih basah itu, ia terpeleset hingga terjatuh dan kepalanya membentur kursi. Dita yang mendengar suara kegaduhan itupun terkejut. Seketika ia berbalik badan dan mendapati putrinya yang terduduk di lantai.
"Astagfirullahalazim. Ayra!" Buru-buru Dita menghampiri dan mengecek kondisi putrinya. "Ayra, kamu gak papa, Nak?"
Masih dalam keadaan sadar, Ayra meringis kesakitan yang ia rasakan di kepalanya. Pertanyaan beruntun dari Dita pun ia acuhkan karena rasa sakit itu.
"Ma, ada apa?" tanya Reyhan yang baru saja datang. Ia terkejut saat mendengar teriakan Mamanya dan langsung turun ke lantai bawah.
"Ayra kepeleset, Rey," ujar Dita panik. "Kamu juga hati-hati, lantainya masih basah."
Reyhan yang awalnya ingin berlari menuju sang adik, langsung mengerti akan ucapan Mamanya. Dengan perlahan ia menginjak lantai yang basah itu untuk mendekati Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Perindu Kakak ✔ [Proses revisi]
Ficção AdolescenteKisah tentang perjuangan seorang gadis yang sangat merindukan kasih sayang dari seorang kakak. Ayra, gadis yang selalu ceria namun terluka di baliknya. Dengan kepolosannya ia memperjuangankan suatu hal, yaitu mendapatkan kembali kasih sayang dari ka...