Setelah kejadian malam itu, di saat Ayra secara terang-terangan menolak permohonan maafnya, Reyhan menjadi kesal pada dirinya sendiri. Pemuda itu pergi ke kamar dan emosinya memuncak dengan penuh rasa penyesalan.
Reyhan merasa sudah gagal menjadi seorang kakak. Seharusnya yang ia lakukan adalah menyayangi dan mengasihi adiknya, bukan malah menyakiti hingga gadis itu menderita.
Reyhan tidak ingin mengatakan bahwa Ayra salah karena telah menolak permohonan maafnya. Ia sadar bahwa semua berawal dari ulahnya sendiri yang terlalu mengikuti hawa nafsu.
Di bawah hamparan langit-langit kamar, Reyhan terduduk di lantai dengan posisi kaki yang bersilah. Kiranya pemuda itu terus melamun tiada henti, merenungi perbuatannya di masa lalu.
Walau Reyhan tau bahwa merenung tidak akan mengubah segalanya yang sudah terjadi, akan tetapi hanya hal itulah yang saat ini bisa ia lakukan. Pada akhirnya nanti Reyhan akan tetap memenuhi janjinya, yaitu memperbaiki diri dan membahagiakan Ayra.
Jam di dinding terus bergerak seiring berjalannya waktu. Detik demi detik telah terlewati dengan perasaan yang mendiami masing-masing jiwa. Langit semakin berubah sebagaimana mestinya bersamaan dengan burung-burung yang berkicau.
Susah payah Reyhan memejamkan matanya semalam dan kini ia juga tengah berusaha membuka matanya kembali. Pasalnya hari ini ia sama sekali tidak bergairah melakukan sesuatu apapun.
Rasa penyesalan yang Reyhan derita saat ini membuatnya tidak bersemangat untuk beraktivitas. Bahkan saat matahari telah menerikkan sinarnya, pemuda itu tetap tak bergeming dari tempat tidur.
Namun Reyhan tetap berusaha untuk bangun dari pembaringan demi memenuhi janji dan menebus kesalahannya. Sesuatu yang telah Reyhan ucapkan sendiri dengan tekad yang penuh, harus terlaksana sesuai prinsip yang selama ini ia terapkan.Saat Reyhan keluar dari kamar, pandangannya mengedar ke sekeliling, ia mencari sosok Adiknya yang bisa dipastikan belum berangkat sekolah. Itu terbukti ketika Reyhan melihat Ayra keluar dari kamarnya sambil membawa tas.
"Pagi, Dek," sapa Reyhan sembari tersenyum kemudian. Ia tetap sabar walau Adiknya itu memasang wajah datar ketika mereka bertemu pandang.
Tidak ada tanggapan dari Ayra atas sapaan maupun senyuman Reyhan, dia malah acuh lalu melenggang pergi begitu saja. Hal itu membuat Reyhan segera mengejar langkah Ayra dan mencekal pergelangan tangannya.
"Sikap kamu jangan kayak gini dong, Dek." Reyhan berucap dengan nada sendu, begitu juga dengan raut wajahnya.
"Terus Ayra harus bersikap kayak gimana?" balas Ayra seraya melihat kedua manik mata Reyhan dengan seksama.
"Maafin Kakak, dan bersikaplah kayak biasanya, kayak dulu lagi. Bisa kan, Dek?" pinta Reyhan selembut mungkin.
Ayra tidak langsung menjawab. Gadis itu fokus menatap kedua mata Reyhan yang menunjukkan ketulusan. Jujur, Ayra merasa tersentuh akan hal itu. Namun di sisi lain, perasaannya masih belum bisa menerima.
"Sulit," jawab Ayra singkat. Gadis itu kemudian melepas pergelangan tangannya dari cekalan Reyhan dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Sulit bukan berarti gak bisa," kata Reyhan sembari mengejar langkah Adiknya menuruni anak tangga.
Pernyataan Reyhan itu sukses membuat Ayra menghentikan langkahnya tepat di pertengahan anak tangga. Ia berbalik badan sejenak, menatap Kakaknya yang juga turut menghentikan langkahnya. Beberapa saat kakak beradik itu beradu pandang, hingga Ayra memutus kontak mata tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Perindu Kakak ✔ [Proses revisi]
Roman pour AdolescentsKisah tentang perjuangan seorang gadis yang sangat merindukan kasih sayang dari seorang kakak. Ayra, gadis yang selalu ceria namun terluka di baliknya. Dengan kepolosannya ia memperjuangankan suatu hal, yaitu mendapatkan kembali kasih sayang dari ka...