"Dek, mau ke mana?" tanya Jun ketika ia melihat Suri yang menuruni tangga dengan terburu-buru sambil menenteng dompet dan tas belanja.
"Ke minimarket sebentar."
"Naik apa?"
"Sepeda."
"Mas Jun anter, ya. Udah gelap nih. Nanti kamu kenapa-kenapa lagi."
"Nggak usah, deh. Suri bisa sendiri," balas Suri jengkel. Huh, memangnya dia anak TK? Jarak antara rumahnya dan minimarket tidak jauh, hanya lima menit bersepeda! Terkadang sifat overprotektif Jun itu sangat memalukan.
Setelah ia berhasil mengeluarkan sepedanya yang terjepit di antara lemari perkakas dan motor papanya, Suri tak segera pergi. Kondisi rumah Raka yang masih gelap membuatnya bingung. Mama Dian tak pernah teledor untuk menyalakan lampu seluruh rumah saat malam tiba. Apa mungkin Mama Dian sedang pergi? Lalu, bagaimana dengan Raka? Mana Papa Bimo belum pulang, dilihat dari mobilnya yang masih belum terparkir di garasi.
Meski ia masih marah, tapi perasaan khawatirnya jauh lebih besar. Sambil menebal-nebalkan muka Suri menuntun sepedanya mendekati rumah Raka. Ia tak peduli jika nanti Raka meledek sifat gengsinya. Toh, dia sudah kebal. Tinggal balas saja dengan pukulan. Beres perkara. Yang penting sekarang ia bisa tahu Raka sedang apa di dalam rumah yang gelap begitu.
Suri mengerenyit bingung saat mendapati pagar rumah Raka ternyata terkunci. Jadi benar Mama Dian tidak di rumah. Bisa jadi Raka juga ikut pergi bersama ibunya, kan? Argh ... kenapa tadi dia pulang lebih dulu tanpa melihat Raka di kelasnya lebih dulu?!
Akhirnya, Suri memilih untuk pergi ke minimarket sambil uring-uringan.
Setibanya di rumah, Suri yang baru menaruh kembali sepedanya di garasi tiba-tiba dikagetkan oleh suara Jun.
"Dek, Dek, kamu tahu, nggak?"
"Apa sih Mas Jun? Heboh banget," sahut Suri sewot. Ia dengan sengaja membanting belanjaannya di meja. Untung saja isi tas belanjanya tidak ada barang yang mudah pecah.
"Raka masuk rumah sakit lagi, Dek."
Kaleng biskuit yang dipegang Suri terjatuh hingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Mas, bercandanya nggak lucu. Serius."
Jun mengerenyit. "Papa Bimo yang bilang, kok. Tadi Mas ketemu sama Papa Bimo sebelum kamu balik. Tuh orangnya baru mau ke rumah sakit."
Suri spontan berlari keluar pagar ketika deru mesin mobil terdengar dari seberang. Belum sempat Suri sampai di depan pagar, mobil yang membawa Papa Bimo telah meninggalkan rumahnya.
Rencana Suri untuk mengajak Dessy menginap di rumahnya terpaksa batal karena keesokan harinya, Suri berniat untuk menjenguk Raka sepulang sekolah. Jun—yang memang disuruh olehnya untuk menjemput—sudah menunggu manis di depan gerbang.
"Mas, udah tanya Raka dirawat di rumah sakit mana?"
Jun mengacungkan jempol lalu memberikan helm warna pink ngejreng pemberian darinya. Tadinya ia ingin protes dan memaksa untuk bertukar helm, hanya saja, untuk kali ini ia akan membiarkan karena mereka tengah mengejar jam besuk sore.
.
.
.
"Lo ngapain ke sini lagi, sih? Bosen gue liat muka lo terus," gerutu Raka saat ia mendapati Adnan masuk ke dalam kamar rawat inapnya.
Bukannya marah, Adnan malah menyengir lebar. "Bro, ada PR fisika segunung, nih. Bantuin gue, ya. Lo nggak rugi, kok. Soalnya lo bisa sekalian ngerjain bagian lo juga!" serunya sambil menaruh setumpuk buku di atas paha Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Regrets
RomanceAda dua hal yang membuatku menyesal. Pertama, jatuh hati padamu. Kedua, terjebak dalam kelemahan diri sendiri. ----- Suri hanya ingin membalas perlakuan Sinta terhadap Raka (sahabat masa kecilnya) karena Sinta telah mencampakkan Raka tanpa kejelas...