"Nih pake helm," kata Angga nyodorin helm ke vitta.
Bukan diambil malah diliatin sama vitta.
"kenapa?" tanya Angga.
"gua ga suka pake helm, rambut gua jadi lepek, terus muka gua aneh kalo pake helm,"
Angga ketawa, "gila sih perempuan, helm tuh buat keselamatan bukan fashion."
"kan deket, ga jauh juga tempatnya,"
Angga langsung pakein helm ke kepala vitta, "Jauh-deket kecelakaan ga ada yang tau, ga usah bawel," katanya di depan Vitta, enggak natap soalnya sibuk masangin belt.
Bayangin!! Depan muka Angga ngomong begitu.
Vitta langsung bingung, kenapa jantungnya deg-degan lebih cepat dari sebelumnya.
"Ayo, naik," kata Angga kemudian, vitta yang masih setengah puyeng pun naik dan mereka langsung berangkat.
Di tempat makan, selayak manusia pada umumnya Angga dan vitta makan. Ngobrol bahas apaan tau dan pasti ujungnya ke Naila lagi.
Vitta ga heran, soalnya kalo ngomongin Naila, pastiii ada aja yang bisa di bahas. Dan vitta ga masalah dengan itu.
"vit gua izin nyebat dulu ya, asem," kata Angga setelah selesai makan.
"yaudah, nyebat aja selow,"
"Nanti lu bosen gua tinggal,"
"gapapa anjir, gua bisa fangirl-ing dulu, mumpung wifinya kenceng, hehe,"
"satu spesies sama Naila ternyata," kata Angga sambil geleng-geleng.
"spesies apaan anjir,"
"fakir kuota,"
"Angga mulutnya!!!"
Angga nyengir terus beneran diri mau pergi, "jangan kangen ya gua tinggal,"
"bacottttt," kata vitta, Angga cuma ketawa.
Tapi diem-diem vitta tersenyum liat punggung Angga yang menjauh.
"Aduh angga gentle banget pake izin segala,"
Vitta inget betul kejadian itu terjadi dipertemuan kedua mereka, dan dia mulai ada rasa.
Di pertemuan berikutnya, Vitta mulai menyadari, kalo dia beneran suka Angga.
Sebelumnya vitta biasa aja kalo Angga cerita pasti ujungnya bahas Naila, tapi sekarang vitta agak gak suka. Kenapa sih harus bahas Naila?!!
Vitta sadar cuma dirinya yang suka Angga. Walau beberapa kali ketemu, tapi Angga ga pernah chat intens. Maksudnya, chat yang menjurus modus. Alias chat tanda-tanda Angga suka sama Vitta. Ga sama sekali. As a friend, vitta sadar itu.
Tapi waktu ke rumah Angga saat itu....
"Oh ini vitta temennya Angga,"
"iya, tante," kata vitta sambil salim ke mama Angga.
Bayangin, vitta kaya clueless banget, dia ga percaya kalo mama Angga seorang transgender. Mukanya cantik banget. Walau sudah terlihat berumur, tapi aura keibuannya terpancar jelas. Hijab-nya menandakan dia perempuan seutuhnya.
Bahkan di ruang tamu, ada foto keluarga besar, dimana ada sepasang suami-istri dan dua anak, yang vitta yakini satu anak laki-laki itu Angga.
Boong banget kalo vitta ga penasaran gimana asal-usul keluarga Angga. Tapi dia sadar diri, yakali nanyain hal pribadi gini.
Eh tapiiii mama Angga dengan sendirinya cerita. Waktu vitta ditinggal Angga pergi anter pesanan cathering, mama Angga cerita. Kalau dia seorang transgender yang sekarang jadi janda. Papa Angga sudah meninggal. Seseorang yang mencintai dia apa adanya. Angga dan kakaknya-joyi-bukan anak kandung, dan mereka sadar itu.
Mama Angga sempat down waktu ditinggal suami, tapi dia inget punya dua anak yang harus dia biayai, terlebih dia punya dua puluh pegawai yang harus dia tanggung.
Mama dan papa Angga dulunya merintis usaha cathering bersama, dimana semua pegawainya waria, transgender, dan transpuan. Mereka pejuang minoritas. Dan vitta kagum akan itu.
Tapi vitta jadi kaget waktu dua orang waria datang dari luar. Nyapa baik, tapi nyablak banget.
"Aduhhh ini siapa si cantik?"
Kebetulan Angga datang, eh tapi malah jadinya angga dicengin.
"Aduh Angga udah besar, bawa perempuan ke rumah,"
"Neng orang mana?!!" tanya salah satunya.
Vita cuma senyam-senyum kaya orang goblok dari tadi, pusing juga karena nambah orang. Mana lagi angga cuma cengengesan kan ditanya-tanya.
Vitta inget banget, waktu dia keluar mau pergi, kakak Angga-joyi-dateng.
"Eh dia vitta pacar lu?"
Bukannya ngebantah, angga cuma senyum. Gimana vita ga salah paham cobaaaaaa.
Eh pas ditengah jalan, "vit, maap ya ke ganggu sama yang lain tadi, risih ya dicengin,"
Ih kenapa minta maap?!!! Jelasin dong kenapa ga bantah?!!!
#####
Setelah merenungkannya beberapa hari terakhir, kayanya vitta memutuskan buat ngasih tau Naila.
Bodo amat, vitta cuma mau Naila tau kalo Vitta suka Angga. Vitta gamau setiap kali main, dia kaya ngumpet-ngumpet gamau Naila tau.
Apalagi kedua sahabatnya udah tau duluan, kan nanti Naila sakit hati kalo taunya ga dari mulut vitta sendiri.
Amel sama Tino udah dikasih tau duluan kalo vitta mau ngaku ke Naila. Dan dari jauh mereka berdua memantau vitta yang sekarang lagi ngedeket ke Naila. Mereka berdua gamau ada di tkp, soalnya takut canggung.
"Nai," panggil vitta.
Naila noleh dari nunduknya, dia sibuk nyalin jawaban tino.
"kenape?"
"liat sini dulu bentar ih, nyalin lu lama banget heran,"
"apasii," omel naila noleh ke vitta. "gua mau ngaku," kata vitta mulai serius.
"ngaku apaan anjir, gua gamau tau dosa lu, cukup lu sama tuhan yang tau, gua gamau tau beneran dah,"
"nai bacot banget heran,"
"ya lagian serius banget, ngaku apaan? Lu jadian sama Angga?"
Mata vitta ngebelalak sempurna, "Naiii,"
"Kenapa?"
"Kok lu tau gua mau ngomongin Angga?!!"
Naila ketawa, "hahaha, kenapa? Kaget? gua tau kali lu sering main bareng, heran dah," katanya sambil lanjut lagi nyalin tugas.
"Lu ga marah?"
"marah kenapa?"
"lu... Lu.. Lu kan suka angga," kata vitta ragu.
Naila ketawa kenceng banget, "gila lo! Suka as bestfriend, lo boleh jadian sama dia, tapi jangan larang gua sahabatan sama dia,"
"ih apaan siii, ini kan cuma gua yang suka, bertepuk sebelah tangan,"
"apaan, dia ngaku ke gua suka sama lu."
Okey, vitta ga bisa buat ga tersenyum.
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.