Bab 7 | Dua Tamu

36.1K 4.4K 125
                                    

Halo gaiskuu (/^_^)/
Vote dulu biar rame
*Follow Dyeta juga kalo boleh muehehe XD

Happy reading ❤️
.
.
.
.

o0o


Lolongan kesakitan di lorong penjara menyentak Lianxi dari alam mimpi. Matanya berkeliling dari balik jeruji besi, mengawasi sekitar dalam keremangan. Lengang, tak ada siapapun. Hanya jeritan pilu yang saling bersahutan dari lorong gelap tak berujung. Tanpa dijelaskan pun, Lianxi tahu penjara bawah tanah ini digunakan untuk tempat eksekusi.

"Ha... Siapa yang menginginkan kehidupan malang seperti ini?"


Perlahan Lianxi melepas selimut tebal yang membungkus tubuhnya semalam. Tak pernah ia duga selimut hangat itu diberikan oleh tangan pria yang pernah ingin menamparnya. Secuil sudut hatinya menghangat, tapi terlalu dini untuk menyimpulkan sikap 'kakak kandungnya' itu sebagai bentuk perhatian.


Sayup-sayup terdengar derap langkah dari pintu masuk. Lianxi dengan sabar menunggu siapa yang akan menjadi tamunya kali ini. Tak lama, muncul dua pria yang ia kenal. Tatapan dingin tak bersahabat seolah menjadi sapaan wajib untuk Lianxi.

"Untuk apa melihat putri yang menyedihkan ini?" sindir Lianxi.

"Kau masih belum menyadari kesalahanmu?"

"Jika yang Anda maksud adalah sikapku, kurasa itu sangat berasalan dan aku yakin kalian tahu tanpa perlu kujelaskan,"

"Keras kepala bukanlah sikap seorang putri!"

"Seorang ayah tidak akan membuat putrinya menderita!"


Deg


Ucapan Lianxi jelas menohok jantung kaisar Gu. Tidak ada ayah manapun yang ingin melihat anaknya menderita. Tapi bagi kaisar Gu, Lianxi tak ubahnya seperti sebuah keraguan dan sisa memori kelam yang selalu membuat hatinya sesak dan teriris.


Pangeran Huan pun tak luput dari percikan sindiran pedas Lianxi. Sebagai seorang kakak, seharusnya ia menaruh kepedulian pada adiknya tak terkecuali Lianxi. Tapi begitulah kebencian dan keraguan bersatu membuang keinginan kecilnya.

"Mengapa? Apa ucapanku salah? Bahkan seorang putri yang lahir dalam keluarga tak sempurna diluar sana... akan tertawa melihatku!"

"Tutup mulutmu!!" murka kaisar hingga menggema di lorong penjara.

"Anda bukanlah seorang ayah yang baik yang mulia,"

"Aku tidak punya putri sepertimu!!"


Deg


Kalimat pendek bernada tinggi itu berhasil membuat Lianxi terhenyak.  Luka yang selama ini menoreh hatinya seolah belum cukup. Lagi-lagi tubuh itu bereaksi dengan sendirinya. Haruskah seorang putri mendengar ucapan bak mata pedang itu? Hati siapa yang tidak tercabik-cabik.

"Ha! Siapa yang sudi mempunyai ayah seperti ini?! Yang terucap dari mulutnya hanya bisa melukai putrinya!"  teriak Lianxi dalam hati.

"A-ayahanda..." ucap pangeran Huan terbata.


Terus terang, pangeran Huan tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut kaisar. Entah mengapa, ulu hatinya terasa perih bak tersayat pisau. Dilihatnya punggung kaisar semakin jauh dan hilang dalam gelapnya lorong, saat ingin beranjak pun rasanya begitu sulit.

"Apa kau puas?!" geram pangeran Huan.

"Bukankah pertanyaan itu lebih tepat untukmu... Kak?"

"Perbaiki sikapmu jika kau ingin bebas!"

"Aku akan bebas tanpa perlu menuruti semua perintah kalian!" sergah Lianxi lantang.

"Kau terlalu angkuh!"

"Apa bedanya denganmu? Kau... Kau tahu wanita licik itu berbohong, tapi lihat apa yang lakukan? Kau menutup mata dan telingamu!"

Benar... Tentu pangeran Huan tahu permaisuri Chun telah memfitnah Lianxi. Satu sudut hatinya berontak ingin menyingkap tirai kebohongan permaisuri, tapi sekali lagi... Kebencian menuntutnya untuk menutup mata. Seperti dahulu, sekarang dan mungkin yang akan datang.

.

Eyo~~
Kuy vomentnya gaisku 💕
Biar rame XD
Makasiww😘

Return of Princess LianxiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang