Halo (/^_^)/
As always vote vote 💕Happy reading ❤️
.
.
.
.o0o
Pantulan kobaran api terlihat jelas di kedua bola mata permaisuri Chun yang sudah memerah. Rasa sakit dan nyeri di pergelangan tangan dan kaki permaisuri lenyap tergantikan oleh kekhawatiran yang jauh lebih besar. Ini tentang nyawanya, tentang semua ambisi yang terancam luluh lantak.
Naluri mendesak permaisuri Chun untuk menyelamatkan diri, apalah daya kedua kakinya tidak sanggup untuk menopang tubuh wanita itu. Dan lagi, pedang yang menancap di tangan kirinya masih berdiri tegak hingga menembus lantai kayu. Ia bahkan tidak mempunyai kekuatan untuk mengangkat tangannya yang patah, lalu bagaimana bisa permaisuri Chun mencabut pedang itu? Sempurna, ia tak punya celah.
Namun dia tidak akan menjadi permaisuri jika tak mempunyai akal yang panjang. Bersusah payah permaisuri Chun menggigit pedang itu untuk mencabutnya. Permaisuri meringis tertahan saat merasakan sudut bibirnya robek oleh tajamnya benda itu.
Klang
Usahanya membuahkan hasil. Dengan kasar permaisuri melempar pedang itu sembarang. Tertatih-tatih ia menyeret kakinya menuju lemari kayu yang berdiri kokoh di sisi kiri kamar. Ia berlomba dengan api yang kini menjilat-jilat di lantai dan langit-langit kamar.
"Arghhh!!!! Anak jalang sialan!!! Aku bersumpah akan membalasmu lebih dari ini!!!"
Api telah membakar tubuh permaisuri hingga membuatnya melolong kesakitan, namun itu tak menghalangi usahanya. Permaisuri mengerahkan semua kekuatan yang tersisa untuk menggeser lemari dengan bahu kanan dan punggung yang sudah melepuh. Berkali-kali ia berteriak frustasi karena lemari itu bahkan tidak bergeser sedikit pun.
Sayup-sayup terdengar suara riuh teriakan dari luar. Tapi terlambat, api telah melahap habis semua bagian paviliun. Permaisuri Chun pun tidak berharap akan bantuan itu. Setelah berkali-kali mencoba, sedikit demi sedikit lemari itu bergeser. Terlihat sebuah pintu seperti jalan rahasia dengan tangga menurun tak berujung.
Kesialan nampaknya belum puas menimpa wanita nomor satu di kerajaan Gu itu, langit-langit yang terbakar berjatuhan menghimpit punggungnya. Rasa terbakar menjalar hingga membuat permaisuri Chun kembali menjerit histeris. Nafasnya memburu, matanya pun kini berkunang-kunang. Sebelum kesadarannya menghilang, setengah hati permaisuri merelakan dirinya jatuh berguling menuruni tangga.
.
.
.
.Asap tipis mengepul di paviliun teratai yang sudah hangus tak berbentuk. Semalaman prajurit istana berjibaku memadamkan kebakaran hebat untuk pertama kalinya dalam sejarah kekaisaran Gu. Rakyat dan penghuni istana sudah membatin pemilik paviliun itu, permaisuri Chun, mustahil untuk selamat.
Kaisar Gu dan kedua pangeran Gu menatap datar bangunan yang telah gosong itu. Perlahan mereka melangkah masuk ke halaman yang dulunya rimbun oleh pohon Magnolia, tapi sekarang hanya abu yang tersisa. Samar-samar ketiganya mencium aroma arak. kaisar Gu mengernyit dalam, ia tidak bodoh, sudah jelas ini adalah sabotase. Sementara pangeran Huan, ia tak menampilkan ekspresi apapun.
Para Prajurit sibuk mengais dan memindahkan puing-puing yang tersisa. Lalu tiba-tiba seorang prajurit datang tergesa-gesa menghampiri ketiganya.
"Lapor yang mulia, kami menemukan dua mayat di depan kamar permaisuri," ucap prajurit itu.
Ketiganya langsung mendekat, ingin melihat apakah itu mayat permaisuri Chun atau bukan.
"Yang mulia, leher kedua mayat ini patah," lapor prajurit yang sudah memeriksa keadaan mayat itu.
Kedua mayat itu tidak bisa dikenali, sekujur tubuhnya telah hangus dan melepuh. Tapi melihat bentuk tubuh mayat itu yang gemuk, kaisar Gu dan kedua pangeran langsung tahu mayat tersebut bukanlah permaisuri Chun.
"Urus pemakamannya," titah kaisar Gu tenang.
"Baik yang mulia," jawab prajurit itu.
"Lapor yang mulia, kami menemukan lubang di kamar yang mulia permaisuri," lapor prajurit lain tergesa-gesa setelah menemukan sebuah lubang yang memiliki tangga. Kaisar Gu dan kedua pangeran langsung mendekati, mereka sudah menduga bahwa permaisuri Chun bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Kamar rahasia itu memang digunakan sebagai tempat berlindung.
Satu persatu anak tangga mereka pijak. Ceceran darah memoles tiap anak tangga. Semakin jauh, udara semakin panas dan pengap. Langkah kaisar Gu terhenti kala melihat permaisuri Chun tergeletak lemah dengan tubuh nyaris telanjang bersimbah darah. Segera ia melepas jubahnya untuk menutupi tubuh wanita nomor satu kerajaan Gu itu.
Kaisar Gu berjongkok memeriksa nadi di leher permaisuri yang kini merah melepuh. Sebelah alis kaisar terangkat, ia bisa merasakan denyut nadi permaisuri. Namun sangat lemah, seolah denyut itu antara ada dan tiada.
.
Eyoo... Gimana menurut kalian gais mati kagak tuh? :vudah tangan kaki patah, tangan ditusuk pedang, segala ditimpuk langit-langit, belom lagi jatoh di tangga... Kalo kaga mati bener- bener super dah :'v
Jangan lupa vomentnya gaisku 💕
See you in next chapter ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Return of Princess Lianxi
Fantasy[TAMAT] [ORIGINAL / BUKAN TERJEMAHAN] Seorang anggota intelejen profesional terpaksa meregang nyawa saat gagal menuntaskan misi. Namun takdir berkata lain, jiwa tangguhnya justru terlempar ke zaman kuno. Ia terbangun dalam tubuh tuan putri kedua kek...