[13] Fear 2

884 119 10
                                    

Selamat datang di part 13 yang akhirnya datang setelah beberapa abad :")

Maaf baru bisa update. Karena aku sedang menyesuaikan diri sama tugas-tugas kuliah yang baru. Semoga masih ada yang setia mantengin cerita lumutan ini ya teman-teman semua 😌 Terimakasih sekali yang masih setia di sini.
Selamat membaca dan semoga tidak mengecewakan ^^

Selamat membaca dan semoga tidak mengecewakan ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•°•°•°•°•

Sejak kejadian dimana Lumi terlihat panik ketika melihat Delta Ace, gadis itu terlihat lebih sering melamun. Tak jarang matenya itu tanpa sebab menangis, meski tanpa suara itu tetap mengkhawatirkannya.

Levant sudah memeriksakan Lumi pada dokter lain. Dokter tersebut mengatakan jika Lumi hanya terlalu banyak pikiran. Gadis itu tidak boleh memikirkan hal lain yang mengakibatkan dia menjadi stress, kemudian bisa menurunkan sistem imun dan menghambat proses pemulihannya.

"Aaron." Levant yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku, tersentak mendengar suara lirih itu.

Dia segera bangun dan menghampiri Lumi yang masih terlihat tidur, tetapi beberapa kali mengigau. Terus memanggil nama kakaknya. Wajahnya tampak mengerut dan tubuhnya bergerak gelisah.

"Ssstt.. tenang, Sayang." Levant merebahkan tubuhnya di sebelah Lumi, karena untungnya ranjang pasien di sana bisa menampung dua orang.

Dengan perlahan dia memeluk tubuh mungil Lumi dan membuai gadis itu. Beberapa kali Lumi masih terus meracau, Levant pun terus mencoba menenangkannya. Beberapa saat kemudian matenya kembali tenang dan tertidur kembali.

Levant mengelus wajah gadisnya dengan lembut. Menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah ayu itu.

"Levant." Kini terdengar Lumi mengigau memanggil namanya. Terdengar seperti gumaman lirih. Dengan keadaan masih tertidur. Senyum terkembang di wajah Levant karenanya.

"Ya, Sayang. Aku di sini," bisiknya di telinga Lumi. Dia kembali memeluk gadis itu dengan erat dan berhati-hati agar tak membuat Lumi kesakitan.

Beberapa menit kemudian, kedua mata itu terbuka perlahan. Menampakkan netra birunya yang begitu jernih. Levant memberikan senyum terbaiknya.

Lumi mengerjapkan matanya. Lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu, menyembunyikan wajahnya yang tersipu. Dan terdengar tertawa pelan diikuti tubuh Levant yang bergetar karena tawanya.

"Selamat siang," sapanya.

Gadis itu hanya menatapnya polos. Membuat Levant gemas untuk tidak memberikan kecupannya di pipi Lumi yang tampak jelas merona karena kulitnya yang putih.

Membuat Levant tertawa melihatnya.

Ketukan di pintu mengalihkan atensi keduanya. Levant turun dan membuka pintu. Seorang perawat masuk membawakan makan siang. Perawat tersebut berlalu setelah urusannya selesai.

As Right As Rain (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang