[20] Jealousy

990 119 9
                                    

Aloaa.. Maaf ya setelah sekian purnama baru update 😭

 Maaf ya setelah sekian purnama baru update 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•°•°•°•

Selepas menggigit Zima, Levant tidak langsung menjauhkan wajahnya. Dia berlama-lama di sana. Menenggelamkan hidungnya di helaian rambut putih keperakan milik gadisnya. Mencium dan menghirup dalam-dalam aroma memabukkannya. Suara decakan lelan terdengar karena Levant beberapa kali mengecup kulit leher gadisnya.

Zima tanpa sadar mengerang lirih. Merasa kegelian dengan apa yang dilakukan Levant padanya.

"Ekhm!" Suara deheman Abryn membuyarkan semuanya. Levant dengan berat hati mengangkat kepalanya. Menatap calon betanya dengan tatapan kesal.

"Really?! Lebih baik kau cari saja tempat lain untuk melakukannya. Kau tidak lihat semua orang melihatmu?" Levant hanya mengendikkan bahunya tak acuh.

Dia sengaja melakukan hal spontan itu untuk menenangkan matenya. Dilihat dari sifatnya, Zima itu cukup sensitif. Akan menjadi masalah jika Zima sampai salah paham.

"Ah, maafkan ketidaksopananku," ujar Levant agak keras. Semua warrior kembali pada kegiatan mereka masing-masing.

Levant sepenuhnya sadar dengan apa yang dia lakukan. Bukan merasa malu, dia malah merasa bangga bisa melakukannya. Hal itu menunjukkan bahwa dia memang benar-benar ingin menunjukkan eksistensi pasangannya.

Lagipula mereka sering menemukan dan melihat yang lebih dari apa yang dia lakukan barusan. Lalu untuk apa Abryn sampai berlebihan seperti tadi.

Levant masih setia melingkarkan lengannya di tubuh matenya. Menatap wajah masam Vaela, Levant berdecih dalam hati.

"Kau tadi mengatakan ingin berlatih?" Vaela mengangguk dengan semangat, sedangkan Zima mendongak menatap Levant dengan dahi mengerut dalam.

Levant mengangguk mendengar jawaban Vaela. "Kau bisa berlatih bersama Abryn."

Abryn menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba gatal. Seharusnya dia pergi saja sejak tadi. Berurusan dengan Vaela adalah hal yang merepotkan. "Tapi aku harus menemui ayahku untuk pelatihan selanjutnya, Levant," kilah Abryn.

Levant mengendikkan bahunya. "Kau bisa panggilkan calon gamma-mu, Abryn? Kulihat dia tidak terlalu sibuk."

Abryn mengangguk paham. "Ah, ya. Tadi aku lihat Jeha sudah selesai dengan pelatihannya juga," jawab Abryn ketika mengingat perempuan yang akan menjadi gamma-nya di masa depan sudah selesai dengan pelatihannya. Vaela pasti tidak akan tahan dengan sikap kaku Jeha yang sudah mendarah daging. Abryn tertawa jahat dalam hati.

As Right As Rain (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang