Laboratorium.

424 81 10
                                    

Gua dan Aura menelusuri koridor kelas demi kelas hingga sampai dikelas kami.

Kita berdua pun masuk dan segera menuju tempat duduk, kebetulan bangku gua paling pojok kiri. Gua juga sebangku dengan Aura.

"Selamat pagi anak-anak. Buka buku matematika halaman 189, sekarang kalian baca dulu ya nanti bapak kasih latihan untuk hari ini." Instruksi Pak Jay guru matematika dikelas gua.

Gua pun memfokuskan untuk belajar hari ini. Semoga saja tidak ada kejadian aneh lagi hari ini.

Jam pelajaran Pak Jay pun selesai, disusul mata pelajaran Bu Tini Guru kimia yang sangat terkenal killer.

Saat Bu Tini memasuki kelas, seketika seisi kelas hening tanpa diberikan aba-aba.

"Kalian duduk sesuai kelompok minggu lalu ya. Hari ini ibu ingin kerja kelompok mengenai reaksi penetralan asam basa." Penjelasan Bu Tini untuk pembelajaran hari ini.

"Yaza ibu minta tolong ya. Kamu ke laporatorium yang ada di gedung belakang ibu lupa membawa pelat tetes dan pipet tetes." Pinta Bu Tini kepada gua.

"Baik bu."

"Zaa, lu ga mau gua temenin?." Tanya Aura sedikit agak panik pada raut wajahnya.

"Ga usah Raa, gua bisa sendiri."

"Yudah deh kalo ada apa-apa telfon gua, lu bawa hp kn?."

"Iya nih, tenang aja." Ujar gua sembari mengeluarkan ponsel yang ada di kantung baju gua.

"Oke deh sip."

________

Laboratorium.

"Dimana sih tempatnya, gua lupa lagi menanyakan dimana tempat pelat tetes dan pipet itu." Ujar gua pada diri gua sendiri.

"ALLAHU AKBAR." Teriak gua kaget sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Gua terjatuh dan sedikit mengintip, melihat di samping anatomi itu terlihat sosok mirip dengan patung yang gua lihat tadi pagi saat sampai disekolah. Ia menyeringai besar, wajahnya penuh luka yang hampir membusuk membuat gua mual melihatnya.

 Ia menyeringai besar, wajahnya penuh luka yang hampir membusuk membuat gua mual melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu gua mencoba membaca ayat kursi.

"Amin ya rabbal allamin." Ucap gua untuk menutup doa berharap makhluk itu pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

Keadaan terasa lebih tenang dan kembali seperti semula.

"Alhamdulillah." Ujar gua sembari bernafas lega setelah makhluk itu hilang.

Gua mengedarkan pandangan ke ruangan ini. Tenyata aman tidak ada lagi gangguan dari mereka.

Sekarang gua kembali mencari apa yang diminta Bu Tini.

Satu persatu laci gua buka tapi tidak menemukan benda itu.

Saat berada disisi kanan laboratorium, mata gua tertuju pada laci putih yang sedikit agak terbuka.

Lalu gua menghampiri laci itu.

"Ini dia." Ujar gua senang saat melihat benda yang dari tadi gua cari.

Setelah menutup kembali laci itu gua segera berjalan keluar laboratorium.

Tapi baru beberapa langkah tiba-tiba.

Bragh...

Pintu ruangan ini tertutup.

"Astaga." Ujar gua panik.

Sesampai di pintu gua langsung mengotak-atik gagang pintu tapi hasilnya nihil. Pintu itu tidak terbuka, seperti ada yang mengunci dari luar.

"Hey, gua mohon stop ganggu gua." Bentak gua pada siapapun yang ada diluar.

Tidak ada jawaban.

Bragh...

Suara tabung reaksi yang terjatuh tanpa sebab.

"Apa lagi ini." Tanya gua kebingungan.

Tiba-tiba ada sesosok makhluk yang mengangkat tabung itu.

"Mau apa kamu." Tanya gua pada makhluk itu.

"Hrrrrrh... Seharusny aku yang menanyakan itu, untuk apa kamu kesini." Tanya makhluk itu dengan suara berat.

"Gua kesini cuma mengambil ini, gua juga ga ngeganggu lu kan." Jawab gua sembari memperlihatkan apa yang gua pegang.

"Kehadiran kau disini membuat ku tertarik menjadikan kau tumbal ku malam ini." Makhluk itu terlihat meliuk-liukkan kepalanya.

"Maksud nya apa?." Ujar gua dengan bibir bergetar tidak sanggup menahan ketakutan.

Makhluk itu tau kalau gua ketakutan hingga membuat ia mendekat ke arah gua dan.

"Argh... Sakit lepaskan." Berontak gua saat tangan itu berhasil mencekik leher gua.

"Stop, argh. Mau lu a paa hah." Ujar gua terbata karna menahan sakit cekikan makhluk itu.

Tangannya berkuku panjang dan sangat lancip membuat goresan-goresan dileher gua.

"Oke. Mau lu apa." Ucap gua pasrah.

"Mau ku kamu, hahahaha." Ujar makhluk itu dengan mencekik gua lebih kerasa dari sebelumnya.

"HUARRR... DUARRR." Glen datang membuat seisi ruangan ini berantakan dengan api yang menyala-nyala dari sekujur tubuhnya.

"Glen." Ucap gua tidak berdaya.

Glen memberikan pelajaran pada makhluk itu. Tapi ia tetap merasa bangga dan menyeringai bangga.

Dengan sekali hentakan makhluk itu terjatuh, melepaskan cekikan pada leher gua.

Makhluk itu merasa kesakitan

"Hrrrrr, saaa--sa kit." Makhluk itu mengerang kesakitan.

Tanpa banyak waktu. Ia telah lenyap bagai kembang api yang meledak dan hilang begitu saja.

Jangat lupa vote & komen... Terus follow akun author😉

Jangan jadi readers yg bisu y🤗❤️

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang