Pilu.

390 73 8
                                    

Gua menatapi langit-langit kamar. Selimut tebal masih menemani malam hari yang sangat dingin. Gua merubah posisi menjadi duduk, dan fokus menatap bintang yang berkilau di langit malam. Jam sudah menunjukkan pukul 02:30.

 Jam sudah menunjukkan pukul 02:30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau memikirkan apa?." Tanya Glen yang berhasil mengagetkan gua.

"Astagfirullah. Lu mau bikin jantung gua copot hah?." Tuduh gua sembari mengusap dada.

Glen hanya terdiam.

"Kalau jantung mu copot sudah pasti kamu akan sepertiku kan?." Ujarnya tanpa memberikan ekspresi apapun.

Gua melotot tajam pada Glen. Dan agak kesal dengan ucapan Glen yang suka frontal seperti itu.

"Gua masih ingin berada di dunia ini Glen. Gua juga masih ingin mengikuti jejak ayah sebagai dokter dan ingin sukses seperti karier ayah." Ujar gua.

Glen mulai terkekeh dengan ucapan gua barusan.

"Apakah kamu yakin bisa mewujudkan cita-cita mu itu hemm?." Tanyanya sedikit meragukan kemampuan yang gua punya.

"Bisa ga si lu sedikit bersikap manis kalo gua lagi ngomong serius, jangan bisanya mengejek!." Ujar gua kesal.

Glen nampak makin terkekeh melihat raut wajah gua yang sangat kesal atas ucapannya.

"Iyaaiyaa aku yakin kamu akan sukses diwaktu nanti. Dulu aku juga sepertimu Zaa." Ujarnya mulai mendekati gua dan berbaring di samping kasur yang sekarang gua duduki.

"Kalau boleh tau, dulu cita-cita lu apa?." Tanya gua dengan antusias.

"Dulu aku ingin menjadi penulis yang terkenal, ingin menjadi nahkoda kapal yang sangat pemberani menerjang ombak, ingin sekali menjadi pilot mengelilingi negara-negara dengan melihat dari atas awan sana." Jawanya panjang lebar sembari menunjuk langit berhias bintang.

Lalu Glen menatap gua dalam-dalam.

"Tapi itu semua tidak akan menjadi kenyataan." Lirihnya.

Glen menunduk beberapa detik. Gua masih stay menunggu Glen menceritakan semua apa yang dia rasakan.

"Ayah tiri ku seorang prajurit angkatan laut pada masa itu, pangkatnya aku lupa apa. Lagi pula tidak penting juga bukan. Awalnya aku bangga memiliki ayah tiri seorang prajurit yang akan menjaga aku dan ibu tapi itu semua hanyalah hayalan semata." Glen menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.

"Dia menikah dengan ibu ku pada saat aku berumur 15 tahun, dan meminta ku agar masuk sekolah pelayaran. Aku menentang keras pada saat itu, tapi ayah tidak terima malah ia memukuliku jika aku tidak mau masuk sekolah pelayaran." Terangnya.

"Tapi aku bersikeras untuk menentang ayah tiri ku itu, aku tidak mau hidup ku diatur terlebih lagi perihal cita-citaku."

"Ayah tiri ku sangat jahat Zaa. Hingga pada suatu ketika, ayah marah besar saat tau aku mendaftarkan di sekolah pilihanku dibanding mengikuti kemauannya. Ayah menyeret ku ke ruangan bawah tanah."

"Dan disana aku lihat banyak sekali tulang belulang dengan aroma busuk yang memenuhi ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dan disana aku lihat banyak sekali tulang belulang dengan aroma busuk yang memenuhi ruangan itu."

"Lalu aku dilempar ke sisi ruangan, rasanya semua tulang ku patah hakibat di hantam batu besar yang ada dibelakangku, dan aku sedikit memegang lendir berbau amis yang sangat menyengat. Aku sangat yakin kalau itu darah seseorang."

"Tidak cukup itu saja. Ayah tiri ku belum puas mungkin, lalu ia mencambuk ku berkali-kali menggunakan rantai yang biasanya ayah tiri ku gunakan untuk merantai anjing pelacak nya hingga aku terkulai lemas tak berdaya."

Glen semakin menundukkan kepalanya.

"Saat tubuhku membutuhkan pertolongan. Aku meminta ayah tiri ku untuk menolong ku, tapi saat aku mengerang kesakitan ayah malah memukul kepalaku menggunakan batu besar." Ujar Glen yang terdengar sangat pilu.

"Dari kejadian itu aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi Zaa. Seketika aku keluar dari tubuhku dan melihat sekujur tubuhku terkulai lemas dengan luka parah hakibat benturan benda tumpul."

Gua tercengang mendengarnya.

"Aku merasa binggung pada saat itu, kenapa aku bisa melihat seseorang yang mirip denganku, namun tubuhnya berlumuran darah. Dan melihat ayah keluar dari ruangan itu tanpa merasa bersalah. Aku sempat memanggil-manggil ayah untuk meminta ayah memberi pertolongan pada soseorang yang mirip sekali dengan ku, tetapi dia tidak mendengar bahkan saat aku pegang tanggany tangan ku menembus tangan ayah tiri ku itu, akhirnya aku pasrah dan terus memperhatikan sosok yang mirip sekali dengan ku. Seketika ada seorang anak kecil yang menghampiriku, ia berkata bahwa ayah tiri ku itu ada orang yang sangat jahat, dan seorang pembunuh. Sudah banyak sekali orang yang tewas diruang itu."

Gua masih fokus mendengarkan ceritanya.

"Anak kecil itu bercerita banyak tentang kejadian yang pernah terjadi di ruangan itu."

"Ayah ku suka menyakiti orang lain, ia juga suka menyiksa bahkan menyiksa satu keluarga dan keluarga itu adalah keluarga anak kecil yang pada saat itu menceritakan semua kepada ku."

"Ia bilang ayah suka menguliti rekan-rekan nya yang hampir menyingkirkan jabatanya pada saat itu. Tak hanya itu saja, ayah juga sering membunuh dengan sadis di ruangan bawah tanah. Sudah banyak sekali Zaa, orang-orang yang dibunuh ayah aku pun merasakan kehadiran makhluk-makhluk aneh di ruangan itu ditambah lagi sangat terdengar jelas suara rintihan kesakitan yang aku pun bisa merasakannya. Memang tidak punya hati!." Ujar Glen geram."

"Semenjak kejadian itu aku pergi aku pergi dari rumah. Dan mencari kehidupan baruku. Hingga akhirnya aku dan kamu dipertemukan pada saat itu." Ujar Glen dengan senyum yang mengembang."

Gua merasakan kehangatan senyum yang terukir di wajah Glen, sangat jarang sekali Glen menampakan senyum seperti itu. Dan gua membalas senyuman Glen, Tapi ada yang janggal dari cerita Glen barusan.

"Sebentar. Saat kejadian itu dimana ibu lu Glen?." Tanya gua sangat binggung.

"Ibu ada Zaa. Tapi..." Ujarnya semakin membuat gua penasaran.

"Aku harus pergi."

"Tunggu. Lu ga boleh pergi sebelum lu menceritakan semuanya ke gua Glen." Paksa gua.

"Ga bisa sekarang Zaa, aku harus pergi." Seketika Glen menghilang membuat gua jengkel pada dirinya.

"Kebiasaan banget sih seenaknya datang, seenaknya juga pergi."

Jangat lupa vote & komen... Terus follow akun author😉

Jangan jadi readers yg bisu y🤗❤️

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang