Ruang nomer 127.

201 31 16
                                    

Mamah pov.

"Alhamdulillah Rasa akhirnya kamu sadar juga." Ucap saya merasa lega.

Aura berteriak sangat keras ketika sadar, hingga membuat saya dan Dokter Rian heran dan bertanya-tanya apakah Aura sudah sadar atau belum.

"Kamu baik-baik saja." Tanya Dokter Rian pada Aura.

Aura menoleh kearah Dokter Rian dan menganggukkan pertanyaan nya, sontak Aura langsung berpaling ke saya.

"Tan, Aura tau gimana caranya mengembalikan Yaza pada kita." Jelasnya antusias.

"Gimana caranya Raa? cepat kasih tau Tante."

Sebelum menjawab pertanyaan saya, mata Aura langsung tertuju pada pada tangan kanannya yang kini masih setia menggenggam sebuah batu kristal merah.

Aura berdiri dengan masih agak lemas menuju keluar. Dan diikuti saya dan Dokter Rian dibelakangnya.

Setelah berada depan ruang mayat Aura langsung menunjuk ke arah ruang yang tepat berhadapan dengan ruang mayat, yaitu ruang nomer 127.

"Yaza ada di sana tan, dia disekap oleh sosok makhluk berjubah hitam dan sepertinya makhluk itu ingin mencelakakan Yaza."

"Dari mana kamu bisa tau kalau Yaza ada didalam sana? dan dari mana juga kamu tau kalau sosok makhluk berjubah hitam itu ingin mencelakakan Yaza." Tanya Dokter Rian.

"Tadi saya liat dok, tapi entah bagaimana saya bisa melihatnya yang pasti Yaza ada didalam dan sosok makhluk berjubah hitam itu sedang melukai Yaza menggunakan kukunya yang tajam dengan menggoreskan leher Yaza sampai sedikit bercucuran darah keluar dari leher Yaza."

"Astagfirullah Yazaaa." Teriak saya kaget dan merasa sangat khawatir setelah mendengar semua ucapan Aura.

Tanpa sadar air mata kembali membasahi seisi wajah saya.

"Gimana ini yan?." Tanya saya pada Dokter Rian.

"Tadi kamu bilang tau bagaimana cara mengembalikan Yaza?." Tanya Dokter Rian.

"Satu satunya cara, kita harus bisa menghancurkan batu kristal ini setelah itu Aura yakin Yaza akn kembali." Ujar Aura sangat serius.

"Kalau begitu ayo kita lakukan sekarang." Suruh Dokter Rian.

Saya yang masih syok belum bisa berkata apa-apa.

Dan segera Aura meletakan batu kristal merah dilantai tepat berhadapan dengan ruang nomer 127 dan ruang mayat.

Lalu dokter mengambil sebuah batu besar yang ada di dekat sana untuk menghancurkan batu kristal merah itu.

"Biar saya yang menghancurkan."

Dijawab anggukkan oleh saya dan Aura secara bersamaan.

"Prak." Suara benturan batu besar dan lantai yang tadi diambil Dokter Rian hingga membuat batu kristal merah itu terpelanting tidak jauh.

"Coba sekali lagi dok." Pinta Aura.

Untuk yang kedua kalinya Dokter Rian gagal menghancurkan batu kristal merah itu.

"Gimana ini Raa, apa ada cara lain?." Lirih saya.

Hingga tiba-tiba muncul dari ujung lorong para pasien yang tadi kelihatan berjalan lesu dengan pandangan sulit bisa diartikan.

Saya, Aura, dan Dokter Rian kembali di kuasai oleh rasa kaget dan panik.

"Ayo dok cepat hancurkan lagi batu kristal merah itu!." Perintah Aura karena merasa panik dan menghampiri saya untuk berusaha sedikit menenangkan saya.

"Masih tidak bisa." Ucap Dokter Rian.

"Biar saya coba." Suara saya dengan lantang.

Dengan bersusah payah saya mencoba menghancurkan batu kristal merah itu sebelum para pasien yang jiwanya sedang dikendalikan oleh roh jahat mendekati dan melakukan hal buruk yang tidak terduga.

Saya, Aura dan Dokter Rian bekerja sama untuk memecahkan batu kristal merah itu bersamaan sama.

Hingga akhirnya dalam sekali hantaman akhirnya batu kristal merah itu hancur berkeping-keping di sisi lantai.

Dan tiba-tiba kedua pintu dari ruang nomer 127 dan ruang mayat terbuka tidak lama dari itu pintu tertutup lagi dengan berulang kali.

Secara bersamaan dengan terdengar nya teriakkan seseorang yang berasal entah dari mana dan para pasien yang sedari tadi berjalan hingga hampir menyentuh kami tiba tiba jatuh berserakan di atas lantai.

"Ini semua kenapa?." Batin saya penasaran.

Tiba-tiba pintu ruang nomer 127 terbuka lebar bersamaan dengan hilangnya suara teriakkan yang menyeramkan itu dan memperlihatkan seorang gadis cantik terbaring di atas brankar dengan luka dileher beserta darah segar yang cukup deras mengalir disana.

"YAZAA." Teriak saya panik akan apa yang benar benar saya lihat.

Langsung saya berlari dan menghampiri anak perempuan kesayangan saya yang telah terkujur kaku.

Aura yang melirik Dokter Rian untuk menanyakan bagaimana dengan semua pasien yang masih tergeletak di atas lantai.

"Biar ini semua saya yang urus, lebih baik sekarang kamu hampir tante melihat bagaimana keadaan Yaza. Setelah ini selesai saya akan menyusul."

"Baik dok permisi."

"Sayang kamu gpp kan?." Tanya saya panik yang melihat Yaza masih setengah sadar.

Darah yang masih mengalir membuat membuat mata Yaza keriap keriep menahan dan merasakan darah yang terus mengalir tidak ada hentinya.

"Raa tolong panggilankan Dokter Rian." Ujar saya.

"Sebentar tan."

Aura yang melihat Dokter Rian lagi memberikan instruksi pada para perawat untuk mengurus semua pasien yang tergeletak di atas lantai hanya bisa menunggu nya sampai selesai.

Setelah sekiranya Dokter Rian sudah selesai berbicara pada salah satu perawatan Aura langsung menghampirinya.

"Dok leher Yaza yang terluka seperti nya harus dijahit."

"Sus tolong siapkan peralatan untuk menjahit luka dan tolong hantaran ke ruang nomer 127." Pinta Dokter Rian pada salah satu perawatan yang disana.

"Baik dok." Jawab salah satu perawatan itu.

"Baiklah coba saya lihat dulu." Sembari berjalan mendahului Aura.

"Yan cepat jahit lukanya saya ga sanggup melihat anak kesayangan saya terluka seperti ini." Ujar saya yang sudah tidak tahan menahan air mata.

"Tunggu sebentar mba saya lagi menunggu." Belum sempat selesai pembicaraan nya terpotong dengan kedatangan seorang perawat yang tadi Dokter Rian meminta tolong padanya.

"Ini dok."

"Oke terima kasih kamu tolong bantu saya ya, dan mba bersama Aura bisa menunggu diluar beri saya waktu untuk mengobati dan mengecek bagaimana keadaan Yaza."

"Lakukan yang terbaik." Lirik saya yang merasa pasrah untuk keluar bersama Aura dan menutup pintu ruangan itu.

Jangan jadi readers yg bisu y🤗❤️

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang