Terlihat aneh.

234 38 2
                                    

Dengan perasaan yang tidak karuan gua berjalan melewati setiap kerumunan siswa/siswi.

Seharusnya dengan kejadian kesurupan massal kemarin pihak sekolah meliburkan semua murid, ini malah memberi peringatan agar siswa/siswi harus tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah.

Bukan karena hal apa cuma gua takut makhluk-makhluk itu masih memiliki dendam dan berniat melakukan hal seperti kemarin.

Tepat dibawah pohon palem yang berada di depan koridor sekolah. Gua melihat sosok yang begitu mengerikan, berbadan besar dan sangat bau. Gua berhenti dengan tatapan terkejut dengan mata yang menunjukan ketakutan. Gua berjalan mundur saat makhluk itu mulai menghampiri gua.

Para siswa/siswi yang melihat gua, hanya bisa menatap heran dan takut.

"Apa Yaza melihat sosok yang ada di bawah pohon palem itu?."

"Anak kelas 11 juga waktu itu pernah pingsan ketakutan gara-gara melihat hantu di bawah pohon itu."

"Dilihat dari ekspresi Yaza, sepertinya dia begitu takut."

"Apalagi katanya pas kejadian kesurupan massal kemarin dia sama Vano di temukan di gudang sekolah yang udah terbengkalai."

Begitulah kira-kira omongan ketiga perempuan yang melihat gua bertingkat aneh.

"Mau apa?." Tanya gua dengan penuh ketakutan, sesekali gua melihat siswa/siswi yang ada di sekeliling gua hanya menatap tanpa berniat membantu.

Sosok itu mulai dekat, gua pun mulai berkeringat dingin.

Tiba-tiba Glen datang memberikan tatapan yang sangat tajam pada makhluk itu sehingga makhluk tadi ketakutan dan menghilang.

Gua hanya berdiam dan merasa tidak nyaman dengan kemampuan yang gua miliki.

"Kamu gpp?." Tanya Glen yang dibalas anggukan oleh gua.

Dengan wajah lesu gua memasuki ruang kelas, seluruh teman sekelas gua menatap aneh saat melihat kedatangan gua.

"Lu gpp kan Zaa?." Tanya Aura yang sudah datang duluan.

Gua tersenyum menanggapi pertanyaan Aura barusan.

"Semua orang pasti nganggep gua ini gila." Ucap gua dalam hati.

"Ga usah dipikirin omongan mereka." Ujar Aura saat melihat gua melamun, tapi tidak ada sautan dari gua.

"Jangan kan berharap punya teman banyak, mereka aja tidak pernah menyapa gua."

"Bahkan tidak sedikit dari mereka yang suka membicarakan gua dari belakang."

"Padahal kemarin niat gua hanya ingin membantu."

"Kalau tau akan jadi seperti ini lagi lebih baik gua dengerin ucapan Glen, agar bersikap bodo amat pada mereka."

"Rasanya gua ingin mati aja kalau terus-terusan diasingkan seperti ini."

"Kepala gua rasanya ingin mau pecah mikirin ini semua."

"Benar-benar mau pecah!."

"AAAHHHH!." Teriak gua membuat semua yang ada dikelas menatap gua.

"Zaa lu kenapa?!." Tanya Aura yang juga ikut kaget mendengar teriakkan gua.

Menyadari akan sikap teman sekelas yang begitu menatap gua dengan tatapan aneh, gua pun pergi meninggalkan kelas.

"Cape rasanya kalau seperti ini terus, rasanya gua pengen banget mata gua ini buta biar ga bisa lagi melihat makhluk-makhluk itu."

"Setiap gua membuka mata bukan keadaan normal yang gua liat. Semua yang ga bisa orang liat, gua bisa melihatnya, semuanya menatap gua dengan tatapan penuh kebencian, menatap dengan penuh pertanyaan, semuanya mereka perlihatkan didepan gua."

"Padahal gua bukan teman mereka bukan juga ingin mengganggu mereka, kenapa mereka selalu mengikuti gua? KENAPA?!."

Glen yang sedari tadi mengikut gua sampai rooftop menatap gua dengan perasaan bersalah.

"Maaf." Ucap Glen.

"Maaf buat apa lagi."

"Aku tau kamu ga nyaman dengan keberadaan aku." Ujarnya sembari menundukkan kepala.

"Bukan gitu Glen. Lu tau bagaimana perasaan gua, gua tertekan."

"Kamu boleh keluarkan semua unek-unek yang membuat kamu tertekan, aku janji akan selalu ada buat kamu, selalu menjaga mu dari gangguan mereka." Ujar Glen yang sesungguhnya buat gua menatapnya sendu.

Cukup lama gua dan Glen berdiam diri, hanya kicauan burung yang membuat suasana tidak terasa sunyi.

• • •

"Eh anak mamah sudah pulang." Ucap mamah yang menyadari kehadiran gua, gua berjalan menuju sofa yang berada di depan televisi.

"Kamu ga enak badan?." Tanya mamah yang di balas gelengan oleh gua.

"Makan dulu yuk sayang."

"Ga deh mah, Yaza mau ke kamar aja." Jawab gua meninggalkan mamah.

Jam menunjukkan pukul 20:45.

"Perasaan aku kok ga enak ya." Ucap Glen tertunda di tanah.

"Apa terjadi sesuatu pada Yaza. Kalau gitu aku coba datangin dia, semoga aja ga terjadi sesuatu ." Sambungnya.

Glen sudah berada di ruang keluarga rumah gua. Suasana rumah sunyi, hanya sesekali ada makhluk halus di depan Glen dengan tersenyum ramah namu Glen hanya menatapnya aneh.

"Yaza pasti di kamar." Glen pun berjalan menuju kamar gua.

Ia terkejut saat melihat gua terbaring lemah dengan wajah pucat dan menggigil. Panik bingung, dan takut yang Glen rasakan saat ini.

"Yaza.. Zaa, kamu gpp?."

"Dii, dii... ngin." Ucap gua terbata.

"Apa yang harus aku lakukan Zaa? aku ga tau."

"Ah ia mamah mu. Kamu tunggu disini dulu ya, aku coba datangin mamah mu, pasti dia ada di kamar."

Glen pun menghampiri mamah yang sedang berbaring di kasur dengan leptop di hadapannya. Ia mulai berbicara dengan mamah namun tidak berhasil.

Sepertinya Glen akan nampak seperti hantu bodoh kalau lagi panik seperti itu, mana bisa ia berbicara dengan mamah.

Tanpa pikir panjang Glen punya ide untuk naik ke atas menuju kamar gua dan berusaha menjatuhkan barang-barang.

Glen menjatuhkan jam weker namun tidak kunjung berhasil.

Prang...

Untuk yang kedua kalinya tidak ada reaksi apapun. Ia mencobanya lagi.

Ia mendobrak pintu kamar gua dengan cukup keras.

Jeder...

Mamah pov.

"Suara apa itu, seperti dari kamar Yaza." Ucap mamah segera menuju kamar gua.

"Astagfirullah." Ucap mamah yang terkejut melihat pecahan kaca jam yang berserakan di lantai.

"Mah..." Ucap gua dengan suara pelan.

"Kamu kenapa Zaa?."

Karena tidak ada jawaban mamah langsung mengecek suhu tubuh gua.

"Astagfirullah 40 derajat sayang, kita harus ke dokter." Ucap mamah namun di balas gelengan oleh gua.

"Dokter Rian, bentar ya sayang mamah telfon Dokter dulu."

Tak lama Dokter Rian pun tiba, ia pun segera memeriksa keadaan gua dan memberikan beberapa obat.

"Yaza hanya demam kok mba, jangan terlalu cape dan jangan biarin dia stres. Mungkin untuk 3 hari ke depan istirahat aja di rumah kurangin aktifitas di luar rumah." Jelas Dokter Rian.

"Syukurlah." Ujar mamah.

"Ini obatnya di minum 3 kali sehari. Jangan terlalu cape, Jaga kesehatan oke."

"Iya om terimakasih."

"Kalau gitu om pergi dulu."

Thanks for reading^^

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang