Bonus.

185 36 1
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, gua lihat mamah sudah berbaring di atas sopa, sedangkan Aura sudah pulang sejak tadi.

Entah dorongan dari mana gua ingin sekali kembali ke ruangan itu, gua berjalan keluar ruangan dan terus menelusuri koridor rumah sakit. Ada banyak makhluk tak kasat mata di rumah sakit ini, mereka bersekelebatan kesana kemari seperti tertiup angin, ada sosok kakek tua yang sepertinya meminta gua untuk mengurungkan niat untuk kembali ke ruangan itu.

Kakek tua itu hanya mengusir gua dengan tangan seperti meminta gua berbalik arah dan kembali ke ruangan gua.

Namun, rasi penasaran gua tidak lagi bisa dibendung. Lorong emang belum sepi, masih ada beberapa pengunjung atau kerabat pasien yang mondar mandir kesana kemari.

Gua memutuskan untuk tidak mempedulikan kakek itu, gua terus berjalan menuju ruangan itu dan menelusurinya untuk yang kedua kalinya. Lampu disini sangat remang, berbeda dengan ruangan lainnya. Bangku panjang terlihat berdebu menghiasi depan ruang anggrek.

Boneka itu. Lagi-lagi boneka punya Airin yang persis sekali sama seperti yang di ceritakan cleaning service tadi tergeletak diatas bangku panjang yang agak berdebu.

Bulu kuduk gua tiba-tiba berdiri serasa ada yang meniup nya, tapi itu tidak sama sekali membuat gua mengurungkan niat untuk menyelidiki lebih jauh ruangan itu.

Gua terus memajukan langkah hingga tepat berada di depan boneka itu.

"Haii ka."

"Huwaaa mamah..." Teriak gua sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Sungguh diluar dugaan, Airin menampakan wajahnya dengan sangat mengerikan dan tatapan yang sangat kecewa.

Gua masih belum bisa terbiasa melihat hal semacam itu dengan dikagetkan. Apalagi tubuhnya yang di lumuri darah, dengan tatapan yang sangat tajam sembari memeluk boneka itu.

"Kak! kak gpp?."

Gua menoleh ke belakang, melihat seorang anak kecil perempuan dengan rambut tergerai rapih dan terlihat panik melihat gua ketakutan. Lalu gua menggelengkan kepala berusah menceritakan semua yang terjadi.

"Barusan gu, gu aa melihat anak perempuan wajahnya menyeramkan di sini." Tunjuk gua tepat posisi Airin saat tadi menampakan dirinya.

"Seperti ini kak?." Tanyanya.

Gua menoleh ke arah suara itu, bagai tersambar petir di siang bolong apa yang gua liat kali ini adalah sosok Airin sembari tersenyum ke arah gua.

Gua terdiam dan mematung tanpa bisa berkutik sedikit pun, rasanya ingin berteriak pun susah.

"Hai, main yuk." Ajaknya sembari menyodorkan boneka yang sejak tadi ia genggam.

"Ahhhhh! Mamah tolong Yaza mah." Teriak gua yang langsung tergeletak di lantai.

"Hey kamu kenapa?." Tanya seseorang sembari menepuk-nepuk bahu gua.

"Lu pasti Airin kan? plis pergi dari sini!." Ujar gua sembari menjauhkan dari suara itu dengan telapak tangan yang masih menutupi seluruh wajah.

"Saya Syifa, cleaning service di rumah sakit ini. Kamu pasien VVIP nomer 07 yang tadi kan?." Tanyanya.

Gua membuka mata dan langsung melihat sekeliling dan hanya seorang cleaning service tadi yang ada di sini.

"Ohh mba Syiii ef fa yang tadi ya?." Tanya gua gugup.

"Kenapa kamu ada di sini?."

Gua masih melamun, membiarkan pikiran gua di kuasai oleh kejadian barusan.

"Hey, kamu lupa dengan ucapan saya tadi?! kalau sudah banyak korban kesurupan di ruangan ini setelah jam 9 malam, dan kamu juga lupa sekarang sudah jam berapa?!." Bentaknya membuat gua kaget dari lamunan.

Jelas sekali dengan ke adaan seperti ini gua lah yang berpotensi lebih mudah di rasuki ketimbang mba Syifa.

"Saya penasaran, dan rasa takut saya ga bisa di kalahin dengan rasa penasaran saya mba." Ujar gua sembari memijit pelan pelipis gua.

"Sudahlah sebaiknya kamu pergi dari tempat ini." Ujar mba Syifa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusah bantu gua berdiri.

Gua mengangguk dan mengikuti langkah mba Syifa untuk mengantarkan gua keruangan.

Thanks for reading^^

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang