Teror.

307 60 6
                                    

"Jadi? apa kamu berniat membantunya?." Tanya Glen saat aku sedang meneguk segelas air.

"Uhukuhukuhuk." Kaget gua saat Glen tiba-tiba datang membuat gua keselek.

"Sumpah ya ngeselin banget tau ga si lu." Geram gua.

"Jadi gimana?." Tanyanya dengan nada yang sangat tegas.

"Entahlah, gua merasa kasian pada Riko tapi, disatu sisi gua juga berat ngelakuin hal itu."

"Jangan melakukan sesuatu di luar kemampuanmu, apa lagi itu semua akan berdampak ke diri sendiri dan keluarga mu Zaa."

"Gua tau itu."

Lalu Glen pergi dari hadapan gua menghilang begitu saja. Gua mengusap wajah gua, merasakan sangat lelah dengan hari ini, energi gua terkuras oleh nenek tua tadi.

Gua berjalan menaiki tangga demi tangga.

Sesampai dikamar. Gua langsung membersihkan diri.

"Huft,,, seger juga mandi jam segini." Ujar gua pada diri sendiri.

Gua berniat menonton tv di ruang keluarga.

Sebelum itu gua mengambil beberapa cemilan lalu berjalan menuju ruang keluarga. Duduk di sofa sembari menyalakan tv.

Awalnya semua terasa biasa saja. Tapi seketika bulu kuduk gua langsung berdiri merasakan temperatur yang sangat dingin. Tv yang baru saja gua nyalakan tiba-tiba mati berbarengan dengan lampu secara serentak.

Gua langsung menelan ludah. Mempersiapkan diri dari hal yang selanjutnya akan terjadi. Tanpa pikir panjang gua taruh cemilan yang gua genggam di atas meja, lalu langsung berjalan perlahan menuju tangga.

"AAHHHHHH!." Teriak gua sangat kencang ketika kaki gua berhasil ditarik seseorang. Gua baru sadar kalau gua berada didalam kamar kak Gevan, sendirian dan gelap.

Gua langsung berdiri, mengedarkan pandangan ke sisi kamar. Tapi gua tak melihat satu sosok pun.

"Siapa?." Tanya gua sambil berusaha menenangkan diri.

Jeder...

Suara jendela yang tiba-tiba terbuka karena tiupan angin yang sangat kencang menimbulkan suara yang terdengar sangat keras.

"Mau apa anda disini? gua ga punya urusan sedikit pun sama anda!." Ucap gua tegas.

"Arghhh, perih." Rintihan gua pelan saat merasakan goresan silet tajam yang mendarat di pipi gua hingga berdarah.

"PERGI DARI SINI." Teriak gua sangat kencang.

Hening. Tidak ada jawaban, gua menelan ludah kembali entah sudah berapa kali gua melakukannya. Lalu sosok nenek tua itu perlahan mendekati dan gua berjalan mundur perlahan.

Hingga, sosok nenek tua itu tiba-tiba tepat berada dihadapan gua. Dan mencekik leher gua.

Gua tidak bisa berkata apapun sekarang. Jangankan berbicara nafas pun susah.

"MATI!."

Sekarang gua bisa menghirup udara dalam-dalam.

Selepas itu tiba-tiba lampu pun seketika menyala dan sosok nenek tua tadi menghilang begitu saja.

Gua masih enggan keluar dari kamar Ka Gevan. Trauma kejadian tadi terulang lagi.

Gua masih stay berada diposisi akhir, duduk dilantai dekat lemari baju Ka Gevan.

"Yaza."

Akhirnya ada seseorang yang datang.

Gua sangat hafal, suara itu adalah suara Glen.

"Glen gua disini." Sembari melambaikan tangan ke arah Glen.

"Sudah ku bilangkan jangan terlalu ikut campur urusan mereka, ini baru pemula Yaza kamu belum melakukan apa-apa saja makhluk itu sudah meneror mu seperti ini." Ucapnya menasehati gua.

"Tapi gua kasian Glen. Gua ga bisa berdiam diri seperti ini sedangkan jiwa Riko sedang dikendalikan oleh roh jahat itu."

"Kamu benar ingin membantunya?."

"Lu tau gimana cara melepaskan jiwa Riko dari nenek tua itu?." Tanya gua senang.

Glen masih enggan memberikan jawaban.

"Ayolah Glen gua mohon, kasih tau gua gimana caranya." Ucap gua dengan puppy eyes yang sangat nampak menggemaskan.

"Iyaiyaa. Sekarang kamu tidur, besok pagi sebelum kamu berangkat ke sekolah aku akan kasih tau caranya dan aku selalu akan mendampingimu dari kejauhan."

"Oke." Jawab gua langsung berdiri dan membantingkan tubuh di atas kasur Ka Gevan.

Gua sudah terlelap tapi masih bisa merasakan kehadiran Glen yang masih stay berada di kamar Ka Gevan.

Tidak ada waktu lama, gua merasakan ada balutan lembut yang mengusap goresan silet ulah nenek tua itu.

"Auu." Rintih gua.

Mata gua sedikit terbuka dan menampakan sosok Glen yang sangat tampan. Baru pertama kali ini gua melihat wajah asli Glen.

"Glen?."

Tidak ada sautan darinya.

Tapi Glen tersenyum sangat hangat membuat gua ingin terus berada didekatnya.

Jangat lupa vote & komen... Terus follow akun author😉

Jangan jadi readers yg bisu y🤗❤️

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang